Suasana ini baru bagi Galih dan Naira. Seminggu sebelumnya Naira hanya menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri bahkan terkadang tidak sarapan. Naira bagai hidup sendiri tidak ada yang harus ia layani.
Sekarang sejak Galih kembali ke kantor pusat setiap pagi Naira menyiapkan sarapan untuk suaminya. Sarapan sederhana seperti nasi goreng, bubur ayam, omelet, omurice, dll. Setiap subuh pula Naira membangunkan Galih agar tidak telat solat subuh berjamaah di Masjid.
Tapi hanya sebatas itu. Mereka berdua tidak pernah mengobrol satu sama lain. Naira hanya pamit cium tangan suaminya lalu berangkat kerja duluan. Sepulang kerja juga seperti itu. Naira menyiapkan makan malam lalu mereka makan dalam diam.
Galih mempunyai tugas membersihkan kamar pribadinya, ruang tamu, kamar mandi dan juga mencuci baju mereka berdua. Walaupun dibantu mesin cuci, Galih akan mengucek bagian baju yang terkena noda hingga bersih. Sedangkan Naira betugas memasak, membersihkan kamarnya sendiri, dapur dan menyetrika baju.
Pernikahan mereka terlihat sehat dari luar. Mereka berdua tidak pernah ribut. Jangankan ribut, mengobrol saja sangat jarang. Rumah mereka bersih. Naira melayani Galih dengan sangat baik. Naira selalu menyiapkan makanan kesukaan Galih. Ia pula menyiapkan pakaian kerja Galih sesuai selera Galih.
Naira tidak pernah keluar rumah tanpa izin dari suaminya. Naira seperti tidak punya suami karena ia jarang membicarakan suaminya di dunia nyata maupun di dunia maya.
Galihpun tidak pernah memarahi Naira ataupun mengomentari pekerjaan Naira. Ia membantu sesuai tugas yang mereka sepakati tanpa diskusi.
Faktanya hati mereka dingin seperti es, keras seperti batu, rapuh seperti debu. Galih terus saja dingin kepada Naira. Tidak menganggap Naira ada. Sedangkan Naira juga dingin karena ia menjaga hatinya.
Galih mengira pernikahan ini akan sangat sulit tapi kenapa begitu mudah?
Naira selalu melayani dirinya dengan baik, sangat baik malah.
Maksudnya, Naira sudah seperti istri soleha yang tak banyak bicara.
Naira memainkan perannya dengan sangat apik. Galih sampai terkekeh memikirkannya.Naira sungguh-sungguh tidak mencampuri urusan Galih, tidak bertanya apapun pada Galih yg bukan urusannya. Naira hanya bertanya
" Kamu mau makan apa? "
" Kamu pulang jam berapa? "
" Mau pakai baju ini? "
" Udah bangun? "Tunggu!
Sejenak Galih tersadar dari pikirannya.
Kenapa dirinya mulai penasaran tentang Naira?
Kenapa jadi Galih yang ingin mencampuri urusan Naira.***
Malam minggu Galih dan Naira adalah menghadiri undangan dari bos papanya Naira. Naira mengenakan gamis dengan potongan A line berwarna silver dipadukan dengan outer hitam tanpa lengan dan pashmina abu-abu yang menutup dada. Naira terlihat anggun dan begitu menawan.
Tak kalah dengan istrinya Galih sangat tampan dan berwibawa. Ia mengenakan kemeja navy dengan balutan jas abu-abu tanpa kancing. Ia juga mengenakan celana bahan berwarna abu-abu.
Ketika pasangan ini memasuki aula pesta banyak mata menatap setiap langkah mereka. Mereka berpikir Galih dan Naira sangat cocok, sama-sama berkilau membuat orang ingin menatap mereka.
" Galih, Nairanya di gandeng donk. Harus mesra pengantin baru tuh " Ujar sang bunda kepada Galih.
Galih dan Naira sudah berada bersama keluarga mereka. Ternyata orang tua Galih juga mengenal bos papanya Naira sehingga mereka hadir di pesta malam ini.
" Tidak bunda, Naira bukan anak kecil lagi " Ucap Galih
Bunda yang tidak ingin di bantah lalu berkata lembut namun dengan tatapan tajam " Galiihhhh "
KAMU SEDANG MEMBACA
E.Y.E
RomanceAku hanya memainkan peranku dengan baik. Menikah dengannya bukan tanpa pemikiran matang dan petunjuk dari Allah. Aku yakin tapi aku tidak mencintainya - BELUM. Naira Rosaline Hafsyah Dia wanita baik dan berjilbab - maksudku agamis, mungkin. Aku meni...