Love

10.6K 559 22
                                    

Galih terlambat sampai di rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam ketika ia melihat jam tangannya. Galih heran mendapati  rumah dalam keadaan gelap. Namun ia abaikan saja dan langsung menuju kamarnya. Ia tidak menyadari ada seseorang yang terlelap di atas sofa.

Di resto tadi Galih sempat membaca SMS dari Naira yang mengajarkan jika ia sudah di rumah. Galih sebenarnya sedikit khawatir karena Naira pulang ketika hujan masih deras. Hujan membasahi kota Bogor cukup rata hingga sampai ke lokasi Galih berada tadi.

Mengingat SMS tadi Galih merasa Naira sudah tidur di kamarnya dan lupa menghidupkan lampu rumahnya. Mungkin karena sudah terlalu lelah.

Keesokan paginya ternyata Naira tidak menyiapkan pakaian kerja Galih. Galih heran apa mungkin Naira masih segan kepadanya karena masalah yang kemarin?

Di meja makan-pun belum tersedia sarapan. Rumahnya sepi seperti tidak ada penghuni. Tidak ada suara berisik dari subuh tadi. Galih juga tidak mendengar bunyi kamar Naira terbuka. Kenapa Naira belum menyiapkan sarapan?

Galih yang penasaran lalu mengetuk pintu kamar Naira dan memanggil namanya. Tidak ada sahutan dari dalam. Galih memperkuat ketukannya dan meninggikan suaranya, mungkin Naira ada di kamar mandi.

Beberapa menit tidak ada sahutan juga dari dalam. Galih lalu memegang handle pintu kemudian membukanya. Kosong. Tidak ada Naira disana. Naira juga tidak ada di dalam kamar mandi. Kemana perginya Naira?

Galih keluar dari kamar Naira. Ia heran kemana istrinya pergi. Apa Naira sudah berangkat pagi-pagi sekali? Apa Naira bahkan tidak pulang semalam?

" Maaf...Maaf "

Galih mendengar suara parau. Asal suara itu dari ruang tamu. Ia seperti mengenal suara itu. Galih bergegas mengecek ke ruang tamu. Ia kaget. Naira tertidur di atas sofa.

" Maaf...aku minta maaf " Naira ternyata mengigau.

Galih lalu membangunkan Naira dengan menggoncang badannya.

" Nai bangun Nai.." Ujar Galih panik

Naira tidak juga terbangun. Tak sengaja tangan Galih menyentuh tangan Naira. Panas. Galih meletakkan punggung tangannya di kening Naira. Panas sekali. Naira demam.

Galih dengan sigap menggendong Naira dan membawanya ke kamar Naira. Galih meletakkan Naira di atas ranjangnya.

" Ya ampun Nai, baju kamu basah. " Kata Galih yang sadar ketika menggendong Naira baju Naira ternyata basah.

Baju Naira sudah basah sejak pulang kantor semalam karena kehujanan. Naira yang lelah dan kecewa tidak ada Galih di rumah memilih menunggu Galih di sofa sambil merebahkan badannya. Tapi ternyata dia tertidur karena kelelahan dan berakhir demam.

Galih panik ia bingung apa yang harus ia lakukan. Naira terus saja mengigau meminta maaf membuat Galih merasa tidak enak hati. Galih harus mengganti baju Naira yang basah jika tidak Naira akan semakin demam.

Galih mengambil sembarang baju dari lemari Naira. Saat di depan Naira gerakannya terhenti sebentar ia ragu untuk membuka baju Naira. Tapi ia sadar mereka adalah muhrim tidak masalah jika dirinya harus mengganti baju istrinya.

Dengan kekuatan batin dan keyakinannya Galih mengganti baju Naira. Ia tidak ada maksud atau nafsu apapun. Ia hanya khawatir keadaan istrinya.

Setelah itu Galih sibuk mengompres kening Naira. Tadi ia sudah menelepon dokter agar segera datang

" Istri saya sakit apa? " Tanya Galih kepada dokter yang memeriksa Naira

" Istri anda demam tinggi sekali dan nyeri maag sepertinya belum makan cukup lama. Istirahat beberapa hari Insya Allah akan pulih. Tolong dijaga agar istri anda mendapat istirahat yang cukup. Di cek jangan sampai panasnya tinggi lagi. Ini saya kasih resep obat ya. " Ucap Dokter.

E.Y.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang