Sesampainya di mobil buru-buru Galih mengecas telepon genggamnya. Setelah kembali menyala Galih kembali menelepon Naira. Ada nada sambung namun tidak diangkat.
Hingga..." Halo..halo...Halo..." Ucap lelaki disebrang saat teleponnya tersambung.
" Halo, maaf pak saya bicara dengan siapa ya? Bukannya ini hape punya istri saya?" Tanya Galih heran ketika suara lelaki yang terdengar.
" Oh bapak suami mba ini? Maaf pak saya hanya mengangkat teleponnya. Mba yang punya hape ini kecelakaan pak. Keadaannya cukup parah. Sekarang ada di RS dekat Paledang. "
" APA? KECELAKAAN? Saya segera kesana."
Naiiii kenapa kamu bisa kecelakaan?? Kenapa bisa terjadi sama kamu? Ya Allah semoga kamu baik-baik aja Nai. Tunggu Nai aku sedang menuju kesana.
Pikiran dan hati Galih sekarang hanya tertuju pada Naira. Galih lalu menghubungi seluruh keluarganya agar segera datang ke RS. Galih akan menyusul kesana karena jarak Galih yang paling jauh saat ini.
Pikiran Galih sudah sangat kalut. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan ekstra namun tetap hati-hati. Hanya Naira yang ia pikirkan saat ini. Ia sangat ingin melihat keadaan Naira. Memastikan tidak terjadi apa-apa pada istrinya. Ia ingin segera berada di sisi Naira.
Di rumah sakit semua sudah berkumpul kecuali Galih. Ada Bunda dan Ayah Galih ada Mama dan papa Naira ada juga Gilbran serta Gita. Semua menunggu di depan ruang IGD, menunggu dokter melakukan tindakan.
Galih akhirnya sampai di RS. Mukanya sudah sangat kusut dan penuh kekhawatiran.
" Ma, Bunda..gimana keadaan Nai?" Tanya kepada dua wanita yang kedua-duanya sedang menangis.
" Naira masih didalam sayang. Dokter sedang memeriksa dia. Kita harus tunggu sampai dokter keluar. " Ujar bunda dengan suara parau.
Galih terduduk di kursi tunggu. Ia memegang kepalanya yang serasa berat sekali. Menunggu adalah hal yang sangat menyebalkan apalagi menunggu untuk kabar yang belum jelas.
" Sabar ya Galih, kita sama-sama nunggu kabar dari dokter. Kita berdoa saja yang terbaik untuk Naira. " Ucap mama memberi semangat kepada menantunya.
Faktanya hati mama bagai teriris pisau tajam. Anak semata wayangnya baru saja mengalami kecelakaan dan keadaannya saat ini belum pasti. Tapi sebagai orang tua bersikap memberi semangat untuk menantunya adalah keharusan.
" Kenapa Naira bisa kecelakaan?? Siapa yang bawa Naira kesini?" Tanya Galih tiba-tiba. Galih melihat ke arah semua orang berharap ada yang menjawab pertanyaannya. Namun mereka semua hanya tertunduk diam.
" Hmmmm saya saksi mata dan yang membawa istri bapak kesini." Jawab laki-laki yang baru saja datang. " Tadi istri bapak sedang mengendarai motor. Dari arah berlawanan ada mobil yang oleng lalu menyerempet istri bapak. Mungkin kalo hanya diserempet tidak akan separah ini pak, sayangnya istri bapak terpental jauh hingga menabrak trotoar. Pelakunya sudah ada di kantor polisi pak. " Jelas laki-laki itu.
" Apa? Diserempet? Bagaimana bisa? Ya Allah Nai..." Kata Galih histeris.
" Maaf pak jika saya lancang. Semoga istri bapak tidak terjadi apa-apa karena kecelakaannya tadi cukup parah." Ucap laki-laki itu hati-hati.
" Makasih banyak ya pak. Makasih sudah bawa istri saya kesini." Ujar Galih lemah dengan rasa terima kasih yang besar.
Lelaki itu bernama Jaka. Pak Jaka menceritakan semua kronologis kecelakaan Naira. Naira sedang mengendarai motor dengan kecepatan normal tiba-tiba dari arah berlawanan sebuah mobil BMW terlihat oleng dengan laju ke kanan dan ke kiri. Pak Jaka melihat motor Naira menjadi hilang kendali untuk menghindari mobil tersebut hingga akhirnya mobil BMW itu menyerempet motor Naira. Motor dan Naira terseret jauh sekali hingga berakhir menabrak trotoar.
Pengendara mobil BMW langsung diamankan warga sekitar sebelum lari. Beberapa warga langsung membawa pelaku ke kantor polisi sebelum diamuk masa. Pak Jaka dan teman-temannya langsung membawa Naira ke rumah sakit. Ketika di RS hape Naira berbunyi lalu pak Jaka berinisiatif mengangkat panggilan tersebut agar bisa mengabari keadaan Naira
" Siapa disini keluarganya ibu Naira?" Tanya dokter ketika keluar dari ruang IGD.
" Saya dok." Ujar Galih yang langsung berdiri. " Saya suaminya, bagaimana istri saya dok?" Tanya Galih tidak sabar.
" Istri anda terkena benturan yang cukup kuat. Beberapa tulangnya patah di bagian kaki dan tangannya. Untung saja Tulang lehernya tidak patah melihat dari kecelakaan tersebut bisa saja terjadi. Kita masih harus melakukan beberapa operasi. Operasi untuk tulang yang patah serta operasi untuk mengeluarkan gumpalan darah di kepalanya. Saya minta persetujuan keluarganya dulu. " Jelas dokter kepada Galih dan semua yang menunggu.
" Lakukan dok. Lakukan apapun yang terbaik untuk istri saya. Tolong bantu istri saya dok. Saya akan menandatangi surat persetujuan operasi. Tapi apa saya bisa melihat istri saya sekarang?" Kata Galih penuh harap.
" Maaf pasien belum bisa untuk di lihat sekarang. Saya akan berusaha, biarkan Allah yang menentukan. Kita berdoa yang terbaik. Saya permisi dulu. " Ujar dokter kemudian kembali ke dalam ruang IGD.
" Terima kasih dokter." Ucap Galih.
***
Hening. Ruang tunggu IGD menjadi hening. Mama maupun Bunda sudah berhenti menangis dan memilih menunggu sambil berdoa. Papa dan Ayah juga memilih berdoa di mushola.
Para lelaki memilih solat malam di mushola. Setelah solat malam mereka larut dalam doa untuk kesembuhan Naira. Hanya Allah yang bisa menyembuhkan Naira. Hanya Allah yang mampu membuat keajaiban.
Sudah lebih dari 3 jam Naira di ruang operasi namun dokter belum keluar juga. Gita menjaga Mama dan Bunda yang tampak sangat tertekan. Gita mencoba menguatkan mereka walau Gita sendiri butuh dikuatkan.
Doa-doa mustajab mengalir dari hati penuh khawatir.
Berharap pada Allah akan kebaikan terjadi saat ini.
Agar air mata segera mengering
Sehingga senyuman segera hadir.
KAMU SEDANG MEMBACA
E.Y.E
RomanceAku hanya memainkan peranku dengan baik. Menikah dengannya bukan tanpa pemikiran matang dan petunjuk dari Allah. Aku yakin tapi aku tidak mencintainya - BELUM. Naira Rosaline Hafsyah Dia wanita baik dan berjilbab - maksudku agamis, mungkin. Aku meni...