Mata Galih langsung tertuju kepada sosok cantik tak berjilbab yang sedang asyik belajar membaca. Dia adalah Naira. Galih sedang berada di rumah orang tua Naira.
" Galih, silahkan duduk." Kata papa Naira menganggu kebahagiaan Galih menatap Naira.
Naira yang mendengar nama Galih disebut mendadak kaget. Naira tidak yakin Galih beneran datang kesini.
Tidak ada lantunan musik pengiring yang romantis, angin berhembus semilir atau parodi dengan alur lambat seperti di drama. Tapi Galih melihat Naira saat ini sangat cantik sekali.Galih memperhatikan setiap sisi Naira yang tak dapat melihat. Matanya terbuka lebar, ada senyum kecil di ujung bibirnya, tangan Naira meraba perlahan buku berhuruf braile, ada kerutan di dahinya seperti mencoba memahami yang ia baca.
Galih mengabaikan dirinya sedang ditatap oleh bapak mertuanya karena ia tak berhenti menatap Naira.
" Ehem" Papa Naira memberi kode agar konsentrasi Galih kembali. Galih hanya tersenyum.
" Asalamualikum Nai. Aku datang." Ucap Galih sambil menatap Naira dengan tatapan yang sangat dalam.
Seketika kegiatan Naira berhenti. Tangannya tak lagi meraba buku dipangkuannya. Senyumannya hilang berganti wajah datar."Kamu ngapain kesini?" Tanya Naira tak percaya.
Galih tenang menanggapi reaksi Naira. Galih merubah posisi duduknya di sebelah Naira. Bunyi gesekan sofa membuat Naira tau Galih mendekat, Nairapun bergeser membuat jarak mereka lebih besar.
" Aku ingin jemput kamu pulang. Ayo kita kembali ke rumah kita Nai." Ajak Galih penuh harap.
" Bukannya kita setuju, aku akan tinggal disini dulu?"
" Nai, papa yang telepon Galih suruh dia kesini untuk jemput kamu."
" Kenapa pa? aku mau disini dulu." Rengek Naira.
" Kamu bukan anak manja lagi Nai yang kalo ada masalah kamu selalu kabur ke orang tua. Sekarang kamu sudah punya suami. Apapun masalah kamu selesaikanlah secara bersama. Ikutlah dengan suamimu. Ga baik seorang istri meninggalkan suaminya sendiri. Selesaikan masalah kalian di rumah kalian." Jelas papa dengan bijak.
" Pa, Galih sud.." Perkataan Naira terhenti karena dipotong papanya.
" Kamu ga usah ceritain masalah kalian ke papa. Kamu jaga saja sebagai rahasia kalian. Sekarang kamu berkemas lalu ikut suamimu pulang." Potong papa.
"Iya sayang, kamu ikut Galih pulang ya. mama sedih liat kalian seperti ini. Mama seneng sih Naira disni tapi, Hiks." Ujar mama yang baru bergabung dalam obrolan. Sifat sentimental mama akhirnya keluar. Mama meletakkan minum diatas meja lalu duduk di sofa.
" Ma, jangan ngebuat suasana tambah drama ah." Tegur papa.
Galiih terus menatap Naira. Menerka apa reaksi Naira selanjutnya. Galih melihat tangan Naira tidak bisa diam, jari-jarinya meremas satu sama lain.
Galih memegang tangan Naira. Spontan Naira langsung menariknya ingin terlepas namun Galih memegangnya cukup erat hingga Naira mengalah." Ayo kita pulang, kita selesaikan semuanya di rumah ya." Ajak Galih dengan manis.
Galih lalu berdiri kemudian membantu Naira berdiri. Galih terus memegang tangan Naira tak mau dilepaskan.
" Ma, pa kita pamit dulu ya. Maafin Galih ya." Kata Galih meminta maaf lalu salim kepada mama dan papa mertua.
" Iya, papa maafin. Jaga Naira ya." Kata papa. " Belajar memaafkan kesalahan suami tidak membuat istri kalah." Ujar papa kali ini kepada Naira.
" Iya pa. Nai pamit pulang ya."
" Galih pamit ya ma."
" Nai juga ya ma."
KAMU SEDANG MEMBACA
E.Y.E
RomanceAku hanya memainkan peranku dengan baik. Menikah dengannya bukan tanpa pemikiran matang dan petunjuk dari Allah. Aku yakin tapi aku tidak mencintainya - BELUM. Naira Rosaline Hafsyah Dia wanita baik dan berjilbab - maksudku agamis, mungkin. Aku meni...