'Jangan pernah berlagak seakan kamu mencintaiku, bila memang kamu tak pernah cintai aku. Karena cintaku tidak sebercanda itu.'
---
"Gimana nih taruhannya? Lama banget lo. Tinggal diajakin aja susah banget." Kata salah satu dari mereka.
"Nggak segampang itu"
Geo mengurangi brightness laptopnya untuk melihat siapa dibelakangnya, yang ternyata adalah Ferdy dkk.
Geo menghentikan aktivitasnya demi mendengarkan apa yang sebenarnya jadi bahan taruhan dari mereka.
'Kok gue jadi kepo gini ya? Bodo amat. Kalo itu taruhan yg nggak baik kan gue bisa laporin polisi.' Pikir Geo.
"Masa lo gitu aja nggak bisa Fer? Gue mah kalo gitu langsung aja, tanpa nunggu lama-lama. Capek nunggu waktu yg tepat." Kata salah satu dari mereka.
"Bener tu kata Roni, langsung aja kenapa sih? Biar nggak kelamaan."
"Kalian juga kali, udah siap belum duit taruhannya? Terus lo Ron, udah siap belum kehilangan mobil lo itu?" Ucar Ferdy dengan senyum seringai.
Geo yang melihat itu merasa ilfeel.
'Apa coba senyum gitu? Sok ganteng banget. Masih ganteng gue kemana-mana mah.' Kata Geo sambil merapikan rambutnya.
"Ya udah lah. 2juta kan satu orang?" Kata laki laki yang dikenal sebagai Dion.
"Mobil gue mah siap kapan aja. Asal lo laksanain aja tu taruhan." Ucap Roni.
"Gampang aja sih asal duit 10juta sama mobil Roni sudah siap." Ucap Ferdy.
Geo mendengar itu kaget bukan main.
'Apa coba yang mereka taruhin sampe duit 10juta+mobil sport Roni?'
---
Geo berjalan menuju Masjid yang ada di Universitas.
Geo sengaja berputar melewati baris perempuan untuk melihat apa Zia datang ke Masjid untuk solat atau nggak.
Setelah yakin kalau Zia nggak datang, Geo mengirimkan pesan kepada Zia.
Geo Gustavano: Belakangan ini gue nggak pernah liat lo solat Dzuhur di Masjid. Solat kek. Kalau udah punya pacar, solat malah dilupain.
Belakangan ini memang Geo sering melihat Zia selalu duduk di bangku taman dengan Ferdy pada jam solat Dzuhur.
'Bukannya gue cemburu, tapi ini sudah keterlaluan. Kenapa dia lebih mentingin manusia daripada urusannya sama Tuhan? Apa coba hebatnya Ferdy dibanding gue? Kemana-mana tetap gue lah yg lebih.' Pikir Geo.
Tiba-tiba notif hp Geo bunyi.
Ziany Amelia. N: Geo? Lo udah maafin gue? Oke gue solat sekarang.
'Ni anak kayanya harus di lurusin pikirannya.'
Zia datang dengan berteriak, menuju Geo yang keluar dari Masjid karena sudah selesai solat dzuhur.
"Lo kenapa sih? Jadi cewek kok nggak bisa diam? Berisik!" Ucap Geo.
"Maafin gue ya, Ge. Janji deh gue nggak bakal masuk kamar lo lagi, gue janji deh bakal rajin solat." Kata Zia sambil memamerkan tanda peace di jarinya.
"Gue nggak larang lo masuk kamar gue kok. Gue juga udah maafin lo. Tapi lo kalau mau solat, jangan jadiin gue sebagai alasan, gue bukan Tuhan lo. Lo solat harus niat dari hati."
"Iya iya, gue bakal solat niat dari hati. Kalo lo nggak ngelarang gue masuk kamar lo, kenapa lo selalu ngunci kamar? Gue kan pengen tau, surat gue lo baca atau nggak." Ucap Zia dengan wajah murung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby
Teen Fiction[[Highest Rank on Teen Fiction: #32 at August 27, 2016]] Is this an accident? Maybe yes, maybe no. But this is a godsend for me. Enjoy XOXO