15. Wisuda

8.4K 398 7
                                    

"Sebelum lo tidur lo ngapain?" Tanya Geo lagi.

"Duduk di sofa pojokan sendirian."

"LO PERNAH GITUAN SAMA FERDY DI HARI LAIN?"

***

Zia dengan secepat kilat menutup mulut Geo.

"Gila lo, Beo. Ini perpustakaan. Lagian gue nggak gitu kali." Jawab Zia.

Zia langsung melepaskan tangannya dari mulut Geo saat Geo mengangguk.

"Tapi lo nggak bohong kan, Zi?" Tanya Geo lagi, memastikan.

"Gue beneran, Ge. Gue nggak bohong, elah" Jawab Zia dengan nada malas.

"Lo ngganggap gue apa coba?" Tanya Geo tiba-tiba.

Zia terlihat seperti berfikir.

"Teman?" Jawab Zia tapi terkesan bertanya.

"Teman?" Tanya Geo memastikan kembali jawaban Zia.

Zia mengangguk.

"Emang kenapa? Apa coba hubungannya sama pertanyaan pertama?" Tanya Zia bingung.

"Ya gue mastiin aja, gue tau kok kalo lo nggak bohong. Karena lo nganggap gue TEMAN, itu artinya lo nggak mungkin bohongin gue." Kata Geo dengan menekan kata 'Teman' sambil memasang senyum diwajahnya.

Zia hanya mengangguk tersenyum senang mendengar kalimat Geo.

---

Zia keluar dari ruang konsultasi dengan wajah murung.

'Gue harus gimana? Gue nggak mungkin ngasih tau ini ke Beo.' Pikir Zia.

Geo memperhatikan wajah Zia yang murung.

"Kenapa? Ada masalah, Zi? Lo nggak kenapa kenapa kan?" Tanya Geo.

Zia menggelengkan kepalanya.

"Gue nggakpapa kok, Ge. Kata dokter cuma sakit perut biasa, tanda tanda diare katanya. Oiya, lo ikut wisuda yang 3 minggu lagi itu kan?" Tanya Zia.

"Iya, insyaallah sih gue ikut kalo nggak ada halangan. 4 hari lagi gue mau sidang skripsi. Kenapa?"

"Hmm.. nggak papa sih, cuma gue tiba-tiba pengen ketemu ibu. Pengen pulang ke kampung." Kata Zia.

Raut wajah Geo berubah seketika.

"Lo beneran nggak kenapa kenapa kan, Zi?"

Zia dengan ragu menganggukkan kepalanya.

"Lo bisa pulang nanti aja kan? Habis hari wisuda juga libur tahunan, lo bisa pulang kampung besoknya. Please, dampingin gue pas wisuda nanti, gue nggak punya siapa siapa selain lo." Pinta Geo dengan wajah murung.

Zia merasa dia sudah bertindak jahat kalau dia meninggalkan Geo di saat yang paling penting dalam hidupnya.

"Tapi gue nggak yakin bisa nemenin lo, Ge." Kata Zia.

"Tapi lo bisa usahain kan? Sekali ini aja. Gue nggak mau sendirian di hari penting itu." Pinta Geo lagi.

Zia mengangguk.
"Gue bakal usahain buat lo, Ge."

Geo langsung tersenyum.

"Kalo gitu, ayo cari baju buat gue sidang sama baju buat lo pas gue wisuda." Ucap Geo sambil memegang tangan Zia.

Zia tersenyum lalu mengangguk.

'Yang penting lo senang, gue juga senang, Ge. Asal lo nggak tau aja apa yang sebenarnya terjadi sama gue.' Kata Zia dalam hati.

Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang