Nightmare

140 6 1
                                    

"pokoknya aku akan mengantarkanmu check up Re, tidak ada bantahan lagi."

Refranda menghela nafasnya lelah, sulit baginya untuk membujuk Amira agar tidak perlu ikut menemaninya check up apalagi hari ini akan ada kuis di kelas mereka.

"Tapi aku bisa sendiri, apalagi hari ini sedang ada kuis fisika, jika kamu tidak mengikutinya nilai fisikamu akan tambah buruk." Refranda hafal sekali bahwa Amira, kekasihnya itu paling buruk dalam mata pelajaran fisika, padahal dalam pelajaran lain Amira paling jago.

"Tidak Re, aku tidak peduli dengan nilaiku yang aku pedulikan itu kamu, aku ingin memastikan sendiri bahwa kamu baik-baik saja."

"dengarkan aku Amira, aku kerumah sakit hanya untuk check up bukannya operasi, jadi kamu tidak usah khawatir." Amira mengkerucutkan bibirnya kesal. Lagi-lagi Refranda menolaknya untuk ikut bersamanya dengan nada suara yang terkesan datar tapi terdapat kelembutannya didalamnya.

"Masuklah kelas, sebentar lagi jam istirahat usai." Refranda menunjukan senyuman tipisnya lalu pergi meninggalkan Amira begitu saja.

"Tidak Re, aku mau ikut." kekeh Amira berlarian menyusul Refranda yang sudah berjalan menuju gerbang sekolah tapi Refranda malah mengacuhkannya dengan terus berjalan dengan tergesa tanpa mengindahkan sedikitpun teriakan Amira yang menyuruhnya berhenti.

"Refranda berhenti, Re,__" teriakan Amira tiba-tiba saja terhenti ketika matanya melihat sebuah mobil yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi hendak menabrak Refranda.

Sementara Refranda yang tak lagi mendengarkan teriakan Amira reflex menghentikan langkahnya, menatap Amira dengan dahi berkerut. Amira tiba-tiba saja diam mematung ditempatnya menatap Refranda, lalu sedetik kemudian berlari secepat mungkin dan mendorong tubuh Refranda hingga Refranda jatuh menghantam trotoar jalan.

"Apa yang kamu lakukan Amir,__" ucapan Refranda terhenti seketika ketika ia melihat dengan jelas bagaimana Amira tergeletak lemah tak berdaya dengan darah yang mengalir dimana-mana hingga wajah dan tubuhnya terbalut oleh darah.

Dengan panik Refranda langsung bangkit dan berlarian menuju Amira tanpa memperdulikan kepalanya yang terasa pening dan mengeluarkan darah, baginya keadaan Amira yang saat ini jauh sangat penting.

"Amira." Refranda meletakan kepala Amira pada pahanya, menatap Amira dengan sendu.

"Re, kepalamu berdarah." sayup-sayup Amira membalas tatapan Refranda dengan lembut tangannya terulur untuk menyentuh luka yang terdapat pada pelipis bagian kiri Refranda.

"Tidak usah mengkhawatirkan aku Amira, lukamu jauh lebih parah." Refranda menangkap tangan Amira untuk diciumnya dengan lembut.

"Re, jika ini terakhir kalinya kita bersama. Aku ingin mengucapkan terimakasih untuk cintamu padaku."

"Tidak Amira, jangan berkata seperti itu kita masih bisa bersama, percayalah padaku."

"Refranda jika aku pergi tolong terimalah bagian organ tubuhku ditubuhmu. Aku sudah melakukan tes dan hasilnya ternyata cocok." Amira tersenyum lembut pada Refranda.

"Terimalah hatiku untuk menggantikan hatimu yang rusak. Terimalah hati barumu dan lupakan dendammu pakailah hati barumu itu untuk mencintai dan menyayangi orang lain dan berhentilah untuk membenci." Amira melepaskan tangannya dari genggaman Refranda.

"Aku mencintaimu, dan itu akan selalu. Bolehkah aku meminta pelukan terakhirku? "

Masih dengan tatapan sendunya Refranda akhirnya menganggukan kepalanya pelan membawa tubuh Amira kedalam pelukannya tak peduli dengan seragam yang terkena oleh noda darah Amira. Refranda mengelus pelan punggung Amira membuat Amira tersenyum dalam lengkukan leher Refranda.

Refranda [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang