Angin lalu Refranda

90 8 0
                                    

Tumpukan buku paket beserta kumpulan kertas yang menggulung membuat Dafira kesulitan untuk berjalan seperti biasa.

Hari ini Dafira ditugaskan oleh guru Matematika untuk mengambil buku paket untuk anak satu kelas dengan gulungan kertas rangkuman rumus tanpa bantuan sebagai bentuk hukumannya karena melamun disaat pembelajaran dimulai.

Dengan tersenggok-senggok Dafira mencoba menstabilkan beban buku dan kertas yang bahkan tertumpuk hingga menutup kepala.

"Aduh masih jauh lagi." keluh Dafira melambatkan jalannya ketika buku paket yang diatas mulai bergoyang tak seimbang, bukannya seimbang buku itu malah tambah bergoyang membuat Dafira kehilangan konsentrasi dan....

Bruk.

Buku paket beserta gulungan kertas bawaanya terjatuh karena menabrak seseorang.

Dafira menghela nafasnya lelah lalu memunguti buku paket dan menyusunnya untuk segera ia bawa sebelum Bu Rena guru killer itu menghukumnya lebih berat lagi.

Setelah selesai barulah Dafira menatap seseorang yang masih berdiri dihadapannya untuk meminta maaf.

"Maaf tadi aku nggak.." ucapan Dafira tiba-tiba terhenti ketika matanya menatap sosok lelaki yang sedang menatapnya datar.

"Eh, Refranda maaf ya enggak sengaja." Dafira tersenyum canggung dan mengambil buku paketnya hendak mengangkat buku itu tapi tangannya malah ditepis lembut oleh Refranda.

Refranda menatap sekilas wajah bingung Dafira lalu mengambil alih buku paket bawaan Dafira tadi. "Bawa aja gulungan kertasnya orang pendek nggak baik bawa beban berat tubuhnya nanti bisa nggak berkembang." ucap Refranda meninggalkan Dafira begitu saja yang masih diam berdiri karena sikap Refranda.

Tuhan bolehkan Dafira baper?

--------------------

Pelajaran telah selesai waktunya anak SMA Cahaya menikmati masa istirahatnya sejenak sebelum memulai kembali pembelajaran yang menguras otak.

Di lorong kelas Dafira terus saja tergelak mendengarkan cerita Ilana yang baru saja menjalani masa Pdkt dengan teman di sosial medianya yang ternyata menjadi korban penipuan publik yang sedang marak terjadi.

Awal mereka menjalani Chatting Ilana merasa sangat senang karena mendapatkan gebetan baru yang keren dan ganteng bahkan Ilana sampai mengganti Display Picturenya dengan foto lelaki gebetan barunya dan saling berbalas PM.

Menurut Ilana lelaki itu tipikal orang yang asik, easy going dan nggak jaim.

"Gila gue itu udah ngerasa nyaman banget tahu nggak sih sama doi." ucap Ilana menghela nafas.

"Yaudah sih cinta kan nggak memandang wajah, siapa tahu lo bakalan ngikutin jejak Belle." ledek Andya mengikut Dafira yang setengah mati sedang menahan tawanya.

"Tapi kan kalau Belle itu berjuang buat Ayahnya lha gue, kalau Ayah gue tahu bisa kena ledek."

Muka Dafira dan Andya sudah memerah, ternyata menahan tawa sama susahnya dengan menahan pup.

Dafira menggigit dan mengulum bibir bagian bawahnya, sumpah sabahatnya ini masih terlalu polos.

"Bego sih lo jadi cewek." Andya memalingkan wajahnya dan langsung mengeluarkan tawa yang sedari tadi ia tahan disusul oleh tawa Dafira yang ikut melengkapi penderitaan Ilana.

"Ih, mana gue tahu sih kalau doi pake efek+edit foto, gue juga shock pas ketemu sama dia secara live." ucap Ilana menatap berang kedua sahabatnya yang masih saja menertawakan kebodohannya.

Dafira menghela nafas menghentikan tawanya. "Makanya kalau sebelum kenal dan nyaman sama seseorang itu kamu harus pastiin semua tentang dia itu Real bukan Fake jadi nggak akan ngerasa ketipu gini kan."

Refranda [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang