Buku Bahasa Inggris Refranda

316 6 0
                                    

Dafira menyeka keringatnya yang membanjiri dahi karena harus membersihkan kelas, sebenarnya ini salahnya juga karena minggu lalu Dafira kabur, padahal kan Dafira kabur juga untuk mengejar Refranda.

Setengah jam berlalu akhirnya kelas bersih, dengan riang Dafira mengambil tasnya tapi gerakan Dafira tiba-tiba terhenti ketika matanya melihat sebuah buku bersampul coklat diatas meja Refranda.

Ah, buku Bahasa Inggrisnya Refranda tertinggal padahal kan tadi Miss. Rina memberikan PR dan besok harus dikumpulkan jika bukunya Refranda tertinggal terus bagaimana dengan besok, masa iya Refranda tidak akan mengerjakan tugasnya dan dihukum oleh guru secerewet seperti Miss. Rina.

Tanpa pikir panjang Dafira langsung mengambil buku Refranda, Dafira harus mengantarkan buku Refranda, tapi apa mungkin Refranda masih berada di sekolah yang sudah sepi seperti ini.

Bruk.

Dafira mendongkakan kepalanya menatap seseorang yang ditabraknya. "Maaf Pak saya tidak sengaja." sesal Dafira ternyata yang ditabraknya itu Adrian, Ayahnya Refranda.

"Tidak apa-apa lain kali lebih hati-hati ya." Adrian tersenyum ramah.

Anak sama Ayah emang beda seribu persen. Batin Dafira membalas senyuman Adrian.

"Hmm, yasudah kalau begitu saya duluan." pamit Adrian berjalan melalui Dafira.

"Eh, tunggu Pak Adrian." Adrian membalikan tubuhnya, menyerit bingung ketika Dafira menahan tangannya.

"Boleh saya kerumah Bapak, eh maksudnya saya mau nganterin buku Bahasa Inggris Refranda yang ketinggalan di bangkunya Pak padahal kan tadi Miss. Rina memberikan PR yang harus dikumpulkan besok kalau buku Refranda ketinggalan nanti Refranda bisa kena hukum Miss. Rina." jelas Dafira dibalas kekehan geli Adrian.

"Kamu perhatian sekali ya pada anak saya." ucap Adrian.

"Ah engga Pak sesama teman kan kita harus saling membantu." Dafira menundukan kepalanya mencoba untuk menutupi wajahnya yang pasti sudah memerah seperti udang rebus.

"Tidak usah ditutupi seperti itu saya sudah tahu. Oh iya nama kamu siapa?"

"Dafira Pak." ucap Dafira menggigit bibir bawahnya gugup.

"Dafira senang berkenalan denganmu, tidak apa-apa malahan saya senang jika Refranda bisa bergaul dan berteman dengan orang lain selama ini Refranda selalu menutup diri, tidak ada yang tahu dirinya bagaimana bahkan saya sebagai Ayahnya tidak banyak mengetahui.

"Tidak ada yang tahu bagaimana Refranda selain Amira, Refranda itu bukan sosok orang yang mudah mempercayai bahkan saya juga merasa bahwa Refranda tidak bisa mempercayai saya sama seperti dia mempercayai Amira." Dafira menahan nafanya, entah kenapa mendengar Adrian memuji Amira membuat hatinya merasa, entahlah bukannya harusnya Dafira merasa senang ya dengan informasi ini jadi Dafira bisa lebib banyak mengetahui hubungan Refranda dan Amira.

"Pak Adrian yang sabar ya." Dafira menatap Adrian tak enak.

"Tidak masalah, bagaimana jadi kerumah Refrandanya? "

Dafira menganggukan kepala lalu Adrian mengambil note dan menuliskan alamat rumahnya.

"Maaf ya Dafira saya tidak bisa mengantar habis ini saya masih ada urusan."

"Gapapa Pak, makasih ya." ucap Dafira.

Adrian mengangguk melangkahkan kakinya pergi.

-------------------

Dafira mengendus kesal melirik jam tangan yang menempel pada pergelangan tangan sebelah kirinya sudah setengah jam Dafira memencet bel rumah Refranda tapi selama itu pula pintu rumah masih tertutup rapat.

Refranda [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang