Closer

96 7 0
                                    

I've been sleeping with the lights on cause the darkness is surrounding you. This is my world, this is my choice and you're the drug that gets me through

Life Support - Sam Smith

Waktu semakin berlalu dan hubungan Refranda dengan Dafira semakin menunjukan hasil positif banyak yang terheran-heran karena perubahan sikap Refranda. Ada yang ikut merasa senang melihat Refranda yang lebih berekspresi tapi tidak banyak juga yang merasa dongkol sendiri seperti merasa sirik pada Dafira yang bisa dekat dengan Refranda Si Casanova sampai para ship Refranda-Amira yang ikut kecewa karena pasangan cinta melegenda sekolah sudah bisa berpaling ke lain hati.


Perubahan itu juga yang dirasakan oleh Refranda dengan senyuman semuanya akan terasa lebih ringan. Beban hidupnya seakan terangkat walaupun keadaan dirumah masih sama saja mencekam hanya bersama Dafira saja Refranda bisa menunjukan sisi lain dalam hidupnya kadang mereka bisa tertawa bersama, saling bertukar pikiran sampai dengan menangis bersama.

Setelah sekian lama baru kali ini Refranda kembali menemukan jalannya kembali. Alasannya hidup dan nikmatnya kehidupan yang selam ini hanya bisa ia cita-citakan.

Dan tanpa tahu malu perasaan itu mulai muncul perasaan ingin memiliki, perasaan cemas serta perasaan yang membuat hatinya bergemuruh setiap kali berdekatan dengan gadis itu.

Dielusnya dada yang masih berdebar dengan tak karuan, lalu matanya menatap kepada gadis yang sedang membetulkan tali sepatu disebelahnya.

"Makasih Re." Refranda diam mematung hatinya masih berdebar hanya karena senyuman Dafira.

"Kita mau kemana lagi?"

"Pulang."

"No." Dafira menggeleng kepalanya kuat.

"Terus kemana lagi? Ini udah mau hujan."

"Ke toko buku aja yuk."

"Tapi kita naik sepeda saya takut kamu kehujanan." Dafira memutar bola matanya malas, kebiasaan Refranda masih saja pake kosa kata Saya.

"Aku Re Aku jangan saya terlalu formal tahu."

"Nggak sop_,"

"Aku atau aku nggak mau lagi jalan sama kamu." potong Dafira membuat Refranda menghela nafasnya kasar.

"Fine."

"Yaudah yuk." Refranda hanya mengangguk pasrah ketika Dafira menarik tangannya debaran itu kembali muncul.

"Ayo jalan dong Re, kok diem aja sih?" tanya Dafira dengan heran.

"Bisa dilepas nggak?"

"Apanya?"

"Pelukan." ucap Refranda menatap risih tangan Dafira yang memeluk perutnya erat.

"Dingin." rengek Dafira ketika Refranda ingin melepas paksa pelukannya.

"Engga enak dilihat orang kita masih pake seragam Ra."

"Hidup itu kita yang jalanin bukan orang lain jadi buat apasih peduliin mereka." balas Dafira masih keukeuh dengan pelukannya sumpah sebenarnya alasan Refranda minta dilepas karena Refranda sudah tidak bisa mengendalikan debaran jantungnya Refranda takut Dafira bisa mendengarnya.

"Go let's Go." tepukan di bahu Refranda membuat dia mau tak mau mulai mengayuh sepedanya.

"Agak cepetan Re jalannya." perintah Dafira yang langsung disetujui Refranda karena malas berdebat dengan gadis licik itu.

Jalanan yang terbilang agak sepi membuat Refranda mengayuh sepedanya semakin cepat ditambah denga awan yang semakin pekat tanda hujan akan segera turun.

Sementara dibelakang Dafira mulai melepaskan pelukannya, mencoba untuk berdiri dan mengalungkan tangannya pada leher Refranda angin yang berhembus meniup rambut panjangnya didekatannya wajah Dafira pada bagian leher Refranda menghirup aroma maskulin Refranda yang selama ini membuatnya candu selalu merindukan Refranda lalu menaikan wajahnya tepat pada telinga Refranda. Dibisikannya sesuatu yang membuat Refranda tersenyum masil terus megayuh sepedanya.

"Aku nyaman dekat kamu. Dan aku mau ini untuk selamanya." perlahan sebelah tangan Refranda terangkat, mengelus lembut pipi Dafira yang sedang bersandar di pundaknya.

"Aku juga." balas Refranda melirik Dafira sebentar dengan senyum manisnya dan kembali fokus mengayuh sepeda.

Dafira tersenyum merentangkan kedua tangannya, di hirupnya udara sebanyak-banyaknya lalu berteriak sembari tertawa bahagia.

Hidupnya bahagia, hidupnya bahagia karena Refranda.

Sampai di toko buku Dafira kembali terdiam dengan wajah memerah ketika Refranda mengisir rambutnya dengan jari milik Refranda merapikan rambut Dafira yang nampak agak kusut karena terpaan angin.

"Yaudah yuk." ajak Refranda menggenggam tangan mungil Dafira membawanya masuk kedalam toko buku dengan santai bahkan Refranda tidak memperdulikan tatapan memuja dari para gadis yang memperhatikan dirinya dengan begitu intens.

"Gausah peduliin mereka ini hidup kita bukan mereka." ucap Refranda dengan keras tanpa takut terdengar mereka yang mungkin akan sakit hati karena ucapannya.

"Kesana yuk." ajak Dafira menunjuk bagian favoritnya. Bagian novel remaja.

"Aku tuh nggak pernah nyangka ya kalau cerita yang selama ini sering aku baca di novel itu emang ada dikenyataan. Aku nggak yakin aja zaman sekarang ada cowo yang beneran sweet sama pasangannya kaya dicerita." Dafira memperlihatkan novel ditangannya kepada Refranda.

"Selama ini aku nggak pernah ngerasain gimana jatuh cinta sama seorang pria, aku nggak pernah menjalin hubungan sama siapapun sampai aku bener-bener ngerasa jatuh cinta sama orang itu sampai bisa buat duniaku runtuh hanya karena kehilangan dia." dielusnya novel-novel remaja yang berjejeran di rak buku sambil terus berjalan.

"Karena selama ini aku hanya ngerasaan itu semua dalam ilusiku. Aku hanya pernah jatuh cinta dan patah hati pada tokoh cerita dalam novel yang aku baca. Pengecut? Nggak aku bukan pengecut tapi aku hanya ingin merasakan cinta kepada seseorang yang memang benar-benar bisa membuatku jatuh cinta bukannya orang baru yang dipaksakan masuk ketika diawalnya saja aku emang nggak pernah tertarik sama dia.

"Aku nggak pernah ngerasain diistimewakan sama seorang pria. Dan itu sebabnya waktu diawal pertemuan kita aku ngotot minta kamu buat bantu aku cerita tentang kisah cinta kamu. Sebenernya bukan hanya karena impianku membuat novel tapi lebih dari sekedar itu. Aku mau mendengar bagaimana caranya seorang pria dingin seperti kamu menceritakan gadis yang dicintainya. Seorang casanova sekolah yang bahkan kehadirannya bisa mendinginkan suasana berbuat hangat kepada seorang gadis." Dafira menghapus jejak air mata yang sudah meluncur dengan sendirinya.

"Dan sekarang aku ngerti rasanya. Aku ngerti itu semua karena kamu ada disamping aku. Awal kamu menolak untuk berkerja sama dengan aku. Aku selalu menepis perasaan yang muncul tapi salahkan cinta yang nggak bisa berpihak pada siapa dia jatuh cinta.

"Aku jatuh cinta sama kamu tapi aku tahu diri. Nggak sepantasnya aku jatuh cinta sama seseorang yang masih berada dibayang-bayang masa lalunya. Aku_,"

"Jangan pernah ucapin sesuatu yang malah membuat kamu sakit." bisik Refranda dalam pelukannya. Dipeluknya semakin erat gadis yang selama ini ternyata menyimpan rasa cinta untuknya.

"Air mata ini. Jangan melakukan sesuatu yang bodoh sampai menyakibatkan air mata ini jatuh lagi." dihapusnya air mata Dafira yang masih mengalir dengan sendirinya.

"Apa mengungkapkan perasaan cinta aku ke kamu itu adalah kebodohan?"

"Engga."

"Lalu?"

"Kita jalani bersama."

"Kamu masih mencintainya?"

"Apa bisa kamu melupakannya?"

"Kenapa kamu nggak jawab aku?"

"Ada sesuatu yang hanya aku tahu. Dan aku akan ceritain semuanya sama kamu."

Refranda [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang