epilog

154 10 2
                                    

7 tahun kemudian

Seorang pria dengan tinggi diatas rata-rata melangkahkan kakinya dengan penuh wibawa, wajahnya masih sama-sama menawan seperti dulu.

Pria dengan kacamata hitam yang bertengker itu terus menyeret kopernya dengan gagah ditambah dengan pakaian kerjanya yang membuatnya semakin memikat pandangan mata.

Tiba didepan bandara si pria langsung masuk kedalam taksi yang akan membawanya ke apartemen yang sudah ia tinggali selama 7 tahun terakhir ini.

Hari ini New Zealand hujan, hujan gerimis yang bisa dikatakan kecil tapi hawa dinginnya sangat mencekam.

Setelah sampai pria itu langsung membayar taksi dan menuju lift, rasanya badannya sudah sangat remuk akibat jam terbang yang sangat padat.

Baru saja akan menekan password apartemen tiba-tiba saja tubuhnya menenggang kaku melihat kehadiran seseorang yang sudah lama tak diliatnya.

Semuanya sudah ditinggalkan tapi mengapa seorang pria paruh baya itu bisa menemukannya padahal dirinya sudah sangat menutup akses agar Papanya tidak bisa menemukannya.

Keduanya saling terdiam baik Adrian maupun Refranda hanya saling menatap mengartikan masing-masing tatapan yang terpancar hingga suara deheman Adrian memecahkan keheningan diantara mereka.

"Ada apa?" suara dingin Refranda tak mengurungkan niat Adrian untuk mengatakan yang selama ini ingin diungkapkan.

"Catrine sakit." Refranda berdecih tak memperdulikan Adrian dengan langsung menekan digit password apartemen.

"Papa mohon temui dia untuk yang terakhir kalinya." langlah Refranda terhenti menatap sekilas wajah Adrian yang sudah memelas.

"Bukan urusanku."

Adrian menatap sendu Refranda yang telah masuk kedalam apartemen tanpa memperdulikan dirinya yang masih berdiri didepan pintu apartemen.

Adrian berbalik ketika ada seseorang yang menyentuh bahunya lembut. "Papa Refranda?" Adrian hanya mengangguk lemah menatapnya.

"Memangnya Catrine itu si~ Ups maaf biar saya coba bantu bujuk Refranda ya Om."

"Kamu serius?" Adrian tersenyum senang harapannya kembali ketika orang itu akan membantunya.

"Ini kartu nama saya dan alamat saya jika Refranda mau menjenguk Ibunya karena saya harus segera kembali ke Indonesia kasian Ibunya tidak ada yang menjaga."

"Ibu?"

Adrian mengangguk mengajak orang itu untuk berbicara menceritakan apa yang semoga saja bisa membuat Refranda mau menjenguk Catrine.

***

Baru saja Refranda membaringkan tubuhnya bel apartemen sudah berbunyi dengan kencang membuatnya mau tak mau harus membuka pintu.

"Hai."

"Mau apa? Gue capek." Refranda mengendus kesal karena seseorang itu sudah lebih dulu nyelong masuk dan duduk di sofa ruang tamu.

"Pulang ajalah gue tahu lo juga capek kita kan baru pulang."

"Ada syaratnya?"

"Apaan?" Refranda menatap nyeri pada seseorang yang sedang membisikan niatan kedatangannya lalu merubah ekspresinya menjadi datar.

"Nggak mending lo pulang sana." Refranda menarik paksa orang itu untuk keluar dari apartemennya.

"Gue cuman nggak mau lo nyesel, seenggaknya lo masih bisa ketemu orang tua kandung lo." ucapan orang itu membuat Refranda terdiam. "Temui dia sebelum lo terlambat."

Refranda [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang