Rasanya, Aneh aja

123 7 1
                                    

Bego,bangsat ,idiot !!!

Penyambut pagi yang indah, bagaimana tidak baru saja Ilana salah mengirim pesan yang tadinya untuk Rizal gebetan barunya eh malah kekirim ke mantan biadabnya itu.

Rasanya kuping Dafira sudah panas mendengar umpatan Ilana dan pekikan super heboh Andya.

Hari senin dimana para siswa harus datang lebih awal karena upacara dan baru saja Dafira datang dengan rajin malah disuguhi pemandangan gaenak, kalau tau begini sih mendingan Dafira datang kaya biasanya aja deh pas mau bel baru datang.

Dafira emang pemalas kalau datang kesekolah berbeda dengan Refranda yang sangat rajin bahkan lelaki itu selalu datang kesekolah ketika pak satpam baru saja membuka gerbang.

"Udah deh berisik tau,lagian chatnya juga udah kekirim kan? Udah di read juga."

"Apa lo bilang Ra? Ya Tuhan mau ditaruh dimana muka gue kalau ntar ketemu bego." tuding Ilana melempar buku matematikanya dengan kesal.

Andya memutar bola matanya malas. "Ya bego di lo juga sih La,udah tau mantan biadab masih aja di save kontaknya,bukannya DC aja."

"Lho kok lo jadi ikutan mojokin gue sih. Dasar temen nggak guna,biadab kalian semua." Ilana memekik kesal membuat Dafira dan Andya mengendus kesal.

"Yaudah sih kalau nggak guna kita pergi aja Ra,awas ya Lo kalau nyari kita lagi. Bye." Andya menarik lengan Dafira untuk keluar kelas meninggalkan Ilana sendirian.

Didepan kelas tanpa sengaja pandangan Dafira dan Refranda saling bertabrakan keduanya diam. Saling menerka arti pandangan masing-masing.

Dalam hati Dafira merasa miris melihat tatapan itu,tatapan Refranda yang berubah menjadi sendu kala menatapnya ingin rasanya Dafira berteriak memprotes sambil merengkuh Refranda kedalam pelukannya.

Jujur Dafira lebih senang menatap mata datar Refranda daripada mata sendunya. Semuanya terasa begitu menyesakan,memilukan.

"Yaa ampun Re lo jalan cepet banget dah gue kan susah ngejarnya." sahut seorang pria bertubuh tegap dengan wajah tampan yang tidak bisa diragukan lagi.

"Hay guys I'm back ada yang kangen sama Devon si cakep kalem ini?" Devon berseru heboh di depan kelas menepuk-nepuk dadanya bangga dengan kedua tangan yang melambai-lambai.

Ditempatnya duduk Ilana melengos kenapa cowo aneh itu harus datang lagi sih. Batinnya dongkol sendiri. Bagaimana tidak dongkol kalau yang datang itu musuh bebuyutannya si Devon yang selalu saja mencari masalah dengannya.

"Itu tuh Devon Wijaya sodaranya Refranda sekaligus sahabat karibnya Amira." bisik Andya dengan kembali meneruskan langkahnya menarik Dafira menuju lapangan yang menyisakan sedikit perasaan gundah di hati Dafira.

***


Hatinya benar-benar gundah,pikirannya melayang pada ucapan Andya tentang pria tampan yang pastinya masih jauh lebih tampan dari Refranda itu.

Untuk apa dia kembali?

Pertanyaan itu selalu muncul dalam benaknya, membuat Dafira tidak fokus bukannya dia tidak suka hanya saja hatinya sedikit merasa perasaan yang entahlah dia juga tidak paham.

Semacama perasaan takut,was-was atau mungkin tidak enak sampai lamunannya tiba-tiba tersadar ketika guru fisika masuk dan meminta para muridnya untuk mengumpulkan soal tugas mingguan membuat Dafira kelabakan sendiri.

Pasalnya Dafira tidak menemukan lembar tugasnya itu apalagi soal tugas itu yang akan menjadi nilai ulangan untuk minggu ini.

Bagaimana ini,alamat nilai fisika Dafira bisa merah di raport nanti apalagi Dafira yang memang tidak pintar-pintar amat dengan fisika bisa dipastikan nilainya akan merah. Oleh karena itu hanya kertas tugasnya itu pengelamat nilainya yang malah lupa dia bawa setelah mengerjakannya semalaman suntuk.

Disebelahnya Refranda memincingkan mata menatap gelagat panik Dafira gadis itu terus membongkar isi tasnya berkali-kali sambil menggigit jari telunjuknya.

Refranda menghela nafasnya berjalan kedepan untuk mengumpulkan tugas.

Didepannya kelas Bu Nia sudah kembali dari luar dan segera memberi tugas baru untuk dikerjakan sembari dirinya mulai mengoreksi tugas yang diberikannya minggu kemarin.

"Lho ini kok tugasnya cuman ada 19 satu lagi mana,siapa yang nggak ngumpulin tugas?" tanya Bu Nia dengan tegas.

"Saya bu,saya kan baru pindah ke sekolah ini lagi jadi saya engga sempet ngumpulin tugas tahu tugasnya aja engga." balas Devon mengangkat tangannya.

"Saya tahu. Dan saya bukan ke kamu Devon,lagian kalau nanti saya kasih tugas juga belum tentu kamu kerjakan." Bu Nia mengendus sebal. "Kamu kan beda banget sama sodara kamu Refranda yang emang rajin banget aneh deh saya sekolah udah tentram juga ngapain kamu kembali lagi." sambung Bu Nia memandang Devon keki si tengil pembuat rusuh sekolahan malah kembali lagi.

Ditempatnya Devon terkekeh geli. Baginya sudah biasa kalau guru serta teman yang lainnya selalu membandingkan Devon dengan si jenius Refranda jelas berbeda.

Refranda yang pendiam,jutek dan dingin sedangkan Devon yang friendly.

Refranda yang rajin sekolah Devon yang rajin bolos sekolah.

Refranda yang ini, Refranda yang itu dan Devon yang begini-begini aja.

"Maaf Bu." baru saja Dafira ingin mengangkat tangannya Refranda sudah lebih dulu mengaku sembari berjalan keluar kelas menyisakan tanda tanya bagi teman-teman dikelas tak terkecuali Bu Nia yang dibuat terheran-heran.

Tidak biasanya Refranda lalai pada tugas mungkin itulah yang membuat mereka semua merasa tak percaya.

Dafira terdiam, perlahan perasaan itu muncul.

Perasaan bersalah.

Dibangkunya Devon tersenyum simpul, pria itu tahu kalau Refranda tadi sengaja menuliskan nama orang lain dilembar tugasnya sebelum mengumpulkan tugasnya kedepan.

"Ternyata udah ada seseorang yang bisa ngalihin perhatiaan lo lagi." ucap Devon dengan suara yang mengerupai bisikan untuk dirinya sendiri.

***


Devon menaikan sebelah alisnya, ikut duduk disamping tubuh Refranda yang sedang asik memberikan makanan untuk kelinci perliharaan Mama Nadine.

Si putih dan si hitam begitu sederhana nama yang diberikan Nadine kepada kelinci lucu
Itu tapi dibalik itu semua Nadine mempunyai maksud tertentu dengan nama putih dan hitam Nadine ingin memberi tahu Refranda kalau hidup itu tidak akan selamanya terang dan putih akan ada saatnya kita mengalami kehidupan yang gelap dan hitam tapi percayalah dibalik hitamnya awan pekat akan muncul pelangi indah.

"Makin gendut aja ya mereka." celetuk Devon ikut memberi makan pada si putih.

"Ngeliat pengorbanan lo tadi gue ngerasa kalau lo udah punya perhatiaan lain selain dia."

"Gue engga pernah lho liat seorang Refranda mau nyerahin tugas sekolahnya secara cuma-cuma apalagi sama cewek, gue aja yang sodara lo nggak pernah lo kasih liat tugas apalagi ngasihin gitu aja." ucap Devon terus mengeluarkan pendapatnya.

"Re, lo suka ya sama cewek itu?" Devon sengaja mencekal tangan Refranda yang ingin pergi.

"Terserah." balas Refranda dengan wajah datar andalannya.

"Rasanya, aneh aja lo bisa sebegitunya sama cewek selain Amira, Re." ucap Devon yang tidak digubris Refranda, pria itu masih tetap dengan wajah datarnya melangkah pergi meninggalkan Devon.


***

Untuk cerita ini gaakan ada visual Dafira nya ya. Kenapa karena saya belum nemu yang pas menurut saya jadi buat sosok Dafira bisa bayangin sendiri takutnya selera saya dan kalian juga kan beda. Jadi disini saya hanya akan post foto Dafira yang sengaja nggak nunjukin mukanya.

Kalau tentang yang visual saya post menurut saya kurang pas aja untuk jadi Dafira jadi saya ambil foto belakangnya aja.

Untuk sosok Refranda juga kalian gausah terlalu matok ke Shawn kalian bebas berimajinasi sesuai khayalan kalian.

Makasih.

Refranda [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang