Dingin yang menghangat

81 8 0
                                    

Menompang dagu dengan kedua tangannya Dafira melenguh malas menatap pusing pada papan tulis yang sudah penuh dengan coretan-coretan rumus yang tidak terlalu diperhatikan oleh Dafira.

MATEMATIKA adalah pelajaran yang paling dibenci Dafira, kehadirannya yang seakan mengganggu ketenangan kehidupan seorang Dafira.

Andaikan ada sekolahan yang terbebas dari pelajaran matematika, Dafira pasti sudah pindah kesekolah tersebut.

Dengan perasaan was-was Dafira kembali melirik pria disebelahnya yang masih tetap memfokuskan pandangannya kedepan.

Bukannya Dafira udah bilang kalau Refranda akan nampak sangat mempesona ketika sedang menampakan wajah seriusnya.

Apalagi kalau memperserius hubungan mereka Dafira melengos, mengapa semenjak mengenal Refranda dampak kepedeannya tambah menggila seperti ini.

Masih terekam jelas memory antara dirinya dan Refranda beberapa hari yang lalu, mengapa setelah kejadian di club malam itu Dafira merasa sikap Refranda sedikit mulai menghangat padanya.

Buktinya saat ini Refranda membalas lirikannya sambil tersenyum simpul, senyum yang banyak Dafira nikmati akhir-akhir ini.

Ya walaupun ngomongnya masih irit tapi akhirya sekarang Refranda udah mulai bisa tersenyum.

Ya enggak terlalu banyak sih cuman 3 kali tapi itu udah termasuk rekor bagi seorang Refranda Aditama yang nggak pernah menarik sudut bibirnya keatas alias tersenyum. Dan ini harus disyukuri kalau perlu tumpengan terus dibagiin deh ke tetangga.

Deng! Deng!

Bel berbunyi pertanda bahwa badai telah berlalu dan akan dilajut besok.

MATEMATIKA akhirnya kau enyah juga.

Refranda membereskan buku beserta alat tulis yang berserakan di mejanya, memasukan semuanya kedalam tas.

Sedangkan Dafira sudah siap dengan tas digendongannya, berdecak kesal membaca pesan Bunda karena supirnya tidak bisa menjemput hari ini, Ayahnya akan pulang dan Bunda yang akan memakai supir dan mobil yang biasa menjemputnya untuk menjemput Ayahnya dari Bandara.

"An, bawa mobil nggak aku ikut dong supirku nggak bisa jemput." Andya menggeleng pelan. "Maaf Ra, mobil gue lagi dibegkel gue juga ini mau lagi pesen taksi."

Melengos, kini giliran Ilana yang menadapatkan tatapan memelas Dafira. "Ilana sayang _, "

"Sorry Ra, gue juga dijemput pacar baru gue, dan pacar gue bawa motor. So gue nggak mungkin dong ngangkut lo kecuali kalau lo mau semotor bertiga macam cabe-cabean." 

"Ogah, lagian kok kamu udah ada pacar baru lagi sih? Bukannya baru kemarin lusa putus sama Davin? Gampang banget sih kamu move on." Ilana mengangkat bahunya acuh.

"Ya mau gimana lagi orang gue nggak ada perasaan sama mereka semua, yang ini juga cuman buat formalitas doang." Ilana meringis mendapat cubitan tajam Dafira.

"Jangan mainin perasaan orang kaya gitu, nanti kena karma lho."

"Ih, Dafira omongannya karma ya sekarang jadi takut deh gue." sambung Andya.

"Lebay lo Ra, lagian sebelum Tuhan kasih gue karma seharusnya Tuhan kasih dulu karma ke Nando karena gara-gara dia gue jadi punya banyak playmate yang nggak gue cinta satupun.

"Asal lo tau ya Ra, cinta itu misteri hati dimana cuman hati yang bisa nentuin sama siapa kita bakalan jatuh cinta bahkan diri kita sendiri aja nggak akan bisa ngebantah apa yang udah hati kita pilih, mau salah ataupun bener, mau bahagia maupun terluka hati punya kehendaknya sendiri yang nggak akan bisa diganggu gugat." Ilana meremas pelan bahu Dafira.

Refranda [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang