Kebetulan atau memang jodoh?

149 8 0
                                    

Beberapa kali Dafira merasa jika jantungnya kembali berdetak secara abnormal, hatinya berdebar, tubuhnya bergejolak hanya karena duduk bersebelahan sekaligus ditatap oleh sepasang bola mata hitam legam milik seorang Refranda Aditama.

Entah harus merasa senang atau tersiksa karena beberapa jam yang lalu Farhan memberinya kabar bahwa Dafira satu kelompok bersama dengannya dan juga dengan Refranda. Tugas kelompok yang sekarang menjebaknya dalam situasi ini, satu sisi Dafira merasa senang karena bisa berkelompok dengan Refranda tapi disisi lain Dafira harus merasa tersiksa karena perasaan aneh itu kembali muncul setiap berdekatan dengan Refranda, bagaimana sih rasanya seorang wanita jika sedang berdekatan dengan orang yang dia taksir? Serba salah, gugup semuanya bercampur aduk.

"Jadinya kita bakalan bikin makalah tentang apa ini? Kok lo dari tadi malah nunduk terus sih." gerutu Farhan menunggu usulan dari Dafira.

Dafira menarik nafasnya dalam, "Gimana kalau tentang kebudayaan di Indonesia aja? " diliriknya Refranda yang masih saja menatapnya secara intens.

Farhan mengusap dagunya sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Ide bagus yaa, walaupun gue lebih suka tentang Sejarah manusia purba."

"Sini biar saya aja yang ketik." ucap Refranda mengambil alih pada laptop yang sudah menyala dan juga buku paket yang sudah mereka pilih tadi.

"Eh, sini biar gue aja dikte, soalnya gue suka ngantuk kalau cuman diem aja apalagi di perpustakaan yang sepi begini." Farhan mengambil buku paketnya dan mulai men-dikte.

"mending lo rangkumin dulu deh dari tadi diem mulu." diliriknya Dafira, Dafira menaggukan kepala lalu mulai merangkum bagian mana saja yang menurutnya penting.

Dafira memberikan bukunya kembali pada Farhan, "Eh udah, tumben hari ini lo banyak diem, lagi sariawan ya? " tanya Farhan dan mulai men-dikte.

Dalam diamnya Dafira sesekali melirik dan mencuri pandangannya pada Refranda yang sedang serius mengetik, lelaki itu nampak sangat tampan dengan wajah seriusnya, tubuhnya tegap, matanya menyorot pada layar laptop dihadapannya tangan yang sangat cekatan ketika mengetik setiap kata-kata yang Farhan lontarkan. Perfect bahkan Refranda lebih terlihat seperti seorang CEO yang sedang bekerja dan entah kenapa dalam hatinya Dafira selalu mendamba akan sosok Refranda yang misterius.

Dua jam berlalu dan Refranda dan Farhan telah selesai mengerjakan tugas mereka.

Farhan masih menatap Refranda yang sedang men-save file tugas mereka pada flashdisk. "Gimana kalau flasdisknya sama gue aja sekalian biar gue tambahin lagi materinya kebetulan dirumah ada buku sejarah sodara gue."

Refranda mengangguk setuju dan memberikan flashdisknya pada Farhan, "Eh Ra, ntar yang printnya lo aja deh, tinta gue habis." ucap Farhan memasukan flashdisknya ke kantung seragam.

"iya deh soalnya aku juga ngerasa nggak enak dari tadi cuman nontonin kalian." jawab Dafira memasukan laptopnya kedalam tas.

Farhan menepuk bahu Dafira pelan. "Gue duluan ya ada latihan basket. Bye Ra, bye Re." pamit Farhan meninggalkan kami berdua di dalam ruangan yang sangat sepi pula karena para siswa sudah pulang dari tadi bahkan penjaga perpus pun sudah tidak ada.

Dafira berdeham, menatap Refranda dengan ekor matanya. "Aku pulang dulu ya Re." pamit Dafira dengan senyuman ramah seperti biasanya, senyuman yang tanpa ia sadari membuat Refranda merasa nyaman.

Diam, Refranda hanya diam, bahkan untuk melirik Dafira pun tidak.

Dafira mendesis, menertawakan kebodohannya ternyata Refranda sudah kembali berubah seperti dulu, kenapa lelaki itu sangat mudah untuk berubah-ubah? Apa mungkin dia turunan manusia bunglon?

Refranda [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang