Jilid 3

5.7K 71 0
                                    

Adapun Liem Hoan yang juga memondong tubuh puterinya yang ke dua, mengamuk pula mempergunakan pedangnya Tadinya ia hendak membantu Kwee Cun Gan saking bencinya ia melihat Auwyang Tek. Akan tetapi seorang panglima pengawal sudah menyambutnya dengan senjata golok besar. Lima orang kawan Kwee Cun Gan atau anggota dari Tiong-gi-pai telah bertempur pula dikeroyok oleh banyak orang pengawal pilihan sehingga ruangan itu sebentar saja tdah menjadi medan pertempuran yang ramai.

Berkali-kali Kwee Cun Gan mendesak hebat untuk membuka jalan darah, namun Auwyang Tek yang sudah dapat menduga, mencegahnya mencari kesempatan. Pemuda ini mendesak hebat, melancarkan pukulan-pukulan Hek-tok-ciang yang hawanya mempengaruhi keadaan di sekelilingnya. Liem Hoan sendiri pada suatu saat terkena sambaran angin pukulan Hek-tok-ciang, mengeluh dan terhuyung-huyung. 

Seorang pengawal menusuknya dengan tombak. Baiknya Liem Hoan masih dapat menguasai diri, begitu melihat tombak meluncur, ia terus melempar diri ke belakang dan melakukan gerakan poksai (bersalto) sampai tiga kali.

"Bagus...!" Panglima pengawal yang menombaknya itu berteriak memuji Memang indah sekali gerakan Liem Hoan tadi. Dalam keadaan limbung dan lagi sedang memondong sebuah jenazah, masih dapat melakukan gerakan poksai seperti itu, benar-benar hanya dapat dilakukan oleh seorang ahli akrobat yang pandai.

Juga Kwee Cun Gan mulai terdesak hebat. Jenazah yang dipondongnya merintangi gerakannya, padahal ilmu pedangnya dari Kun Lun pai itu mengandalkan kelincahan dan kecepatan gerakan. Betapapun juga, ilmu pedangnya benar-benar lihai.

Dua kali sudah seorang pengawal mencoba-coba untuk membantu Auwyang Tek, akan tetapi tiap kali seorang pengawal maju, ia roboh terkena sinar pedang yang gemilang itu. Terpaksa pengawal-pengawal yang lain mundur tak berani sembrono mendekati pertempuran hebat itu Dua orang yang bertempur ini tingkatnya sudah terlampau tinggi sehingga hawa pukulan masing-masing saja sudah tak tertahankan oleh para pengawal.

Sementara itu, lima orang kawan Kwee Cun Gan sudah terdesak hebat oleh pengeroyokan para pengawal. Biarpun mereka inipun gagah perkasa dan setiap orang dari mereka sudah merobohkan sedikitnya tiga orang lawan sehingga di tempat itu sudah bergelimpangan tubuh para pengawal, namun fihak lawan terlampau banyak dan mereka sendiri sudah luka-luka. Jalan keluar tak mungkin dibuka, pengepungan terlampau rapat. Oleh karenanya, sebuah serampangan toya membuat ia jatuh terguling bersama jenazah anaknya yang masih itu, para anggota Tiong-gi-pai ini menjadi nekat dan bertempur mati-matian. Tingkat kepandaian mereka sedikit lebih rendah dari pada Liem Hoan dan dalam pertemputan mati-matian, seorang demi seorang dari lima anggota Tiong-gi-pai ini roboh!

Kwee Cun Gan menjadi marah dan jengkel sekali. Untuk menolong anak-anak Liem Hoan, ternyata sekarang anak-anak itu tidak tertolong malah ia kehilangan kawan-kawannya! Bukan itu saja, melihat keadaannya, agaknya dia sendiri dan Liem Hoan takkan mampu keluar dari sini. Sebetulnya dia dan Liem Hoan masih dapat mempertahankan diri oleh karena Auwyang Tek berseru kepada orang-orangnya supaya yang dua ini ditawan hidup-hidup. 

Setelah mengetahui bahwa yang datang adalah Kwee Cun Gan ketua Tiong-gi-pai, tentu saja Auwryang Tek menghendaki tokoh ini tertawan hidup-hidup agar ia dapat menikmati jasanya ini di depan ayahnya dan juga di depan kaisar.

Liem Hoan tak dapat mempertahankan diri lebih lama lagi. Beberapa kali jenazah Siang Lan terlepas dari pondongannya, akan tetapi untuk ke sekian kalinya ia selalu menyambar pula jenazah puterinya sambil mengamuk terus, tidak perduli akan luka-luka di tubuhnya. Hebat amukan guru silat ini sehingga sejak bertempur sedikitnya ada tujuh orang pengawal sudah dirobohkannya. Akhirnya, sebuah serampangan toya membuat ia jatuh terguling bersama jenazah anaknya yang masih dipeluknya.

Juga Kwee Cun Gan sudah payah sekali keadaannya, Kini Auwyang Tek dibantu oleh empat orang panglima pengawal yang cukup tangguh menggunakan tombak dan toya panjang mengurung dan mendesaknya. Ketua Tiong-gi-pai ini benar-benar gagah perkasa. Ia sudah lelah sekali, dan dua kali sudah pundaknya kena serempet hawa pukulan Hek-tok-ciang yang membuat ia merasa panas, namun pedangnya masih diputar cepat melindungi seluruh tubuhnya. Semua ini ia lakukan dengan memondong sebuah jenazah, benar-benar mengagumkan sekali.

Pusaka Gua Siluman - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang