Jilid 2

7.5K 78 1
                                    

Kata-kata Haminto Losu terhenti secara tiba-tiba dan wajahnya berubah pucat, tangannya cepat memegang lengan Lee Ing dan ia bersiap-siap melindungi cucunya yang dikasihinya sepenuh jiwa itu. Ia mendengar sesuatu yang belum terdengar oleh Lee Ing, bahkan belum terdengar oleh Lo Houw.

Melihat sikap kong-kongnya seperti orang ketakutan, Lee Ing menghibur, "Kong-kong. jangan takut. Andaikata mereka itu musuh ayah, biarlah mereka datang. Kebetulan sekali, kita mendapat kesempatan untuk membantu ayah membasmi musuh-musuhnya! Kalau kita kalah, sampai mati-pun aku tidak penasaran demi untuk membela ayah yang tak pernah kulihat itu, hitung-hitung aku berdarma bhakti kepada orang tua."

"Husshhh...." kata Haminto Losu, akan tetapi kata-katanya tertahan karena mendadak, seperti siluman saja, di depan mereka sudah berdiri seorang laki-laki gundul yang mukanya buruk dan menggelikan. Orang itu sukar ditaksir usianya, melihat keriput-keriput pada mukanya itu tentu usianya sudah lanjut, sedikitnya limapuluh tahun, akan tetapi sepasang matanya kocak dan bening seperti mata bocah, kepalanya gundul akan tetapi tidak sekelimis kepala Haminto Losu, melainkan di sana ada titik rambut hitam menjongat seperti duri tumbuh di padang pasir, kepala itu kecil bundar seperti bola, hidungnya bengkok ke bawah seperti tidak bertulang, mulutnya mewek dan jenggotnya pendek-pendek jarang seperti rambut di kepalanya. Ia mengenakan pakaian sederhana, gerombyongan tidak keruan bentuknya dan sikapnya seperti hwesio.

"Kau inikah puteri Souw Teng Wi?" hwesio itu yang tadinya berdiri dengan kedua lengan bersedakap, kini menudingkan telunjuk kanannya ke arah Lee Ing. Karena munculnya orang gundul ini seperti setan, begitu tiba-tiba, Lee Ing, Lo Houw dan Haminto Losu untuk sejenak ternganga saja di atas tanah. Kini mereka melompat bangun dan Lee Ing menjawab dengan suara nyaring,

"Betul aku Souw Lee Ing puteri Souw Teng Wi. Kau ini siapakah, orang tua?"

"Heh-heh-heb-heh...!" Hwesio itu tertawa terkekeh-kekeh. Suara ketawanya tidak keras akan tetapi mengandung pengaruh yang mendebarkan jantung sehingga Haminto Losu kaget bukan main. Dari suara ketawanya dan munculnya yang tiba-tiba tadi saja sudah membuktikan bahwa hwesio ini adalah seorang sakti, Iweekangnya hebat dan ginkangnya tinggi sekali.

"Pantas pantas! Ayah naga tentu puterinya bukan sebangsa cacing. Kau berbakat dan bertulang baik, mari kau ikut dengan aku. nona!"

"Nanti dulu, orang tua. Kau siapakah dan mengapa aku harus ikut dengan kau? Aku hendak pergi mencari ayahku," jawab Lee Ing, tetap tabah.

Kembali hwesio itu tertawa ngikik. Mendengar suara ketawa ini, orang yang bernyali kecil akan meremang bulu tengkuknya, seperti mendengar suara ketawa setan atau orang gila.

"Pinceng bernama Bu Lek Hwesio dan aku mengajakmu menemui ayahmu. Marilah!" Sambil berkata demikian. kedua tangannya bergerak-gerak maju dan iapun melangkah ke depan.

Lee Ing bergerak mundur dan Haminto Losu memegang lengan gadis itu. Akan tetapi bukan main hebatnya, semacam tenaga menarik yang seperi angin puyuh datang membetot tubuh Lee Ing dan biarpun Haminto Losu mengerahkan Iweekangnya, di lain saat tangan gadis itu sudah dipegang oleh Bu Lek Hwesio yang masih tertawa-tawa.

"Nanti dulu, sahabat!" Haminto Losu melompat ke depan menghadapi hwesio aneh itu. Haminto Losu merasa curiga dan tidak percaya kepada hwesio thi yang lihai sekali. Tidak bisa ia mempercayakan cucunya begitu saja kepada orang yang belum dikenalnya baik baik. "Tanpa bukti-bukti yang nyata tidak bisa kau membawa cucuku begitu saja"

"Apakah kau yang bernama Haminto dan yang tadi melukai dua orang anak muridku?" hwesio itu bertanya, matanya disipitkan, kepala ditarik ke belakang.

Haminto Losu cepat mengangkat tangan memberi hormat. "Memang betul, aku yang rendah bernama Haminto dan tidak kusangkal bahwa tadi aku telah bertempur dengan dua orang muda sampai mereka itu terluka. Akan tetapi, adalah mereka yang terlalu mendesak dan memaksaku. Sesungguhnya kami datang ke Tiong-goan bukan dengan maksud mencari permusuhan, melainkan hendak mencari mantuku, Souw Teng Wi ayah cucuku ini. Kalau betul sahabat dapat memberi keterangan di mana adanya Souw Teng Wi, aku akan menghaturkan terima kasih dan merasa bersyukur sekali dan biarlah aku sendiri mencarinya bersama cucuku." Sudah jelas bahwa Haminto Losu berlaku mengalah dan merendah sekali, ia berlaku hati-hati karena belum tahu orang macam apakah yang ia hadapi ini, kawan ataukah lawan.

Pusaka Gua Siluman - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang