Jilid 5

4.4K 60 1
                                    

"Hei, enak ya pukulanku?" Lee Ing "mendayung" papan dengan tangan kirinya mendekati ilkan yang masih "pening", mencari kesempatan baik lalu kembali tangannya bergerak. Kini ia telah mencabut saputangan pembungkus rambutnya yang panjang. Saputangan ini setelah terkena air laut dan kering kembali, menjadi kaku. Di dalam tangan Lee Ing yang sudah melatih diri dengan tenaga Iweekang, saputangan itu merupakan senjata yang cukup kuat. Saputangan diayun, menjadi kaku seperti penggada dan "krakkl" kembali kepala ikan dihantam, sekarang lebih keras dari pada tadi. Pecahlah kepala ikan itu dan binatang yang sial ini berputaran sebentar, air menjadi merah terkena darah. Akan tetapi alangkah kecewa hati Lee melihat tubuh ikan itu tenggelam.

"Sialan!" gerutunya. "Makanan tinggal memasukkan mulut menghilang."

Tiba-tiba ia melihat sirip-sirip ikan bergerak cepat sekali dari depan. Ternyata itulah serombongan ikan hiu, ikan liar yang haus darah. Mau tidak mau Lee Ing bergidik melihat ini. Hiu yang panjangnya rata-rata dua meter ini kalau mengeroyoknya. tentu akan dirobek-robek dan dibagi-bagi oleh mereka.
Baiknya hiu itu datang karena bau darah ikan yang telah dibunuhnya, maka mereka menyerbu ke bawah dan sebentar saja tubuh ikan besar tadi telah dibuat bancakan (dikeroyok dan dimakan). Kepingan-kepingan daging ikan bercampur darah timbul ke permukaan air. Lee Ing timbul juga kegembiraannya melihat daging putih kemerahan yang terapung di dekat papan. Akan tetapi sebentar saja ikan-ikan hiu itu timbul kembali dan menyambari potongan-potongan daging itu.

"Haya.... hayooo.... binatang-binatang gembul. Jangan habiskan sendiri, dong..!" Lee Ing cepat menyambar segumpal daging yang cukup besar, mendahului moncong ikan yang sudah menyambar pula. "Ayaa, tidak kena, bung! Kau sudah cukup kenyang, bagi sedikit untuk nonamu, mengapa sih?"

Sambil tertawa-tawa Lee Ing memandang ikan yang berenang ke sekeliling "perahunya" kemudian ia membawa daging itu ke mulutnya terus digigit sepotong dan dikunyah. Mula-mula ia mengunyah dengan penuh nafsu dan selera karena perutnya memang sudah amat lapar, akan tetapi begitu daging yang dikunyah itu dimasukkan tenggorokan, kontan ia muntah-muntah. Rasa manis tercampur bau amis membuainya muntah-muntah. Akan tetapi ia dapat berpikir panjang. Keadaannya sudah cukup menderita dan berbahaya sekali, kalau ditambah lagi dengan perut kosong dan kelaparan, harapan tertolong makin tipis.

Dengan nekat Lee Ing meramkan mata dan kembali ia menggigit daging besar yang masih dipegangnya, lalu tangan kirinya memencet hidung dan daging itu dikunyah cepat terus ditelannya begitu saja. Sebelum habis segumpal besar daging itu memasuki perutnya, belum dilepasnya hidung yang dipencet, baru setelah ia mengambil air laut dengan sendokan tangan kanan dan diminumnya ia melepaskan pencetan hidungnya. Dengan cara demikian barulah ia dapat makan daging ikan mentah itu. Penciuman memegang peranan penting bagi rasa. Dengan memencet hidung, rasa yang tidak enak akan lenyap sebagian besar.

Akan tetapi setelah perutnya diisi, ia menghadapi kesukaran lain. Minum air laut membuat tenggorokannya menjadi kering dan tidak enak sekali. Rasa haus mengganggunya dan membuat leher serasa tercekik. Lee Ing menjadi kelabakan dan bingung sekali. Akan tetapi dasar ia memang tabah dan selalu gembira. Ia menghibur rasa yang amat tidak enak ini dengan berjenaka. Memandang ikan-ikan hiu yang berenang ke sana ke mari nampak segar itu. ia berkata,

"Ya Tuhan, alangkah senangnya menjadi ikan. Pada saat sekarang ini aku akan berterimakasih sekali kalau dijadikan ikan...!"

Sifatnya yang gembira menolong banyak. Betapapun payah keadaannya, dengan sifat periang ini tidak begitu menekan hati. Berhari-hari Lee Ing hidup dalam keadaan amat sengsara di atas papan itu. Yang paling hebat mengganggunya adalah panas terik matahari dan rasa dahaga yang mengamuk, dapat ia puaskan dengan minum air laut. Bahkan sekarang ia sama sekali tidak berani minum air laut karena setiap kali ia minum tenggorokannya makin sakit tercekik rasanya.

Pusaka Gua Siluman - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang