Jilid 26

3.3K 52 1
                                    

Begitu melihat munculnya kakek aneh ini, Siok Beng Hui sudah menjadi terkejut sekali. Biarpun selama hidupnya belum pernah ia melihat kakek ini sebelumnya, namun ia sudah sering kali mendengar akan adanya seorang tokoh kang-ouw aneh yang berjubah merah. Orang itu hanya dikenal sebagai Ang Sinshe (Tabib Ang) dan selain memiliki ilmu silat yang tinggi juga terkenal sebagai seorang tukang obat yang pandai. Sayangnya, nama Ang Sinshe tidak begitu harum karena praktek-prakteknya yang kotor. Dia termasuk seorang tokoh Hek-to yang ditakuti, akan tetapi tidak dimusuhi oleh orang-orang gagah karena selain ia kadang-kadang suka menolong orang-orang sakit, juga sudah lama tokoh ini tidak muncul di dunia ramai sehingga sepak terjangnya tidak begitu menyolok.

"Kalau aku tidak salah duga, bukanlah locian-pwe ini Ang Sinshe?" tanya Siok Beng Hui sambil melangkah maju. Kakek baju merah itu terbatuk-batuk, batuk buatan yang agaknya sudah menjadi kebiasaannya.

"Kau Siapa sudah tahu namaku dan mengapa berkelahi dengan orang-orang sakit?"

"Siauwte Siok Beng Hui tidak tahu bahwa mereka itu menderita luka. Karena mereka menghina Pek kong Sin-ciang Bu Kam Ki dan orang tua itu adalah guruku maka...."

"Oho... jadi kau murid Bu Kam Ki? Bagus, Dia menghina murid keponakanku, apa dikira aku tidak bisa menyerang muridnya? Ha-ha-ha, orang she Siok, kau harus mengantar murid keponakanku ke alam baka!" Setelah berkata demikian tiba-tiba tangan kakek itu bergerak dan segulung sinar merah menyambar cepat dan kuat sekali ke arah kepala Siok Beng Hui. Itulah ujung lengan baju kakek itu yang digerakkan dengan tenaga Iweekang yang luar biasa kuatnya sehingga kain baju itu menjadi seperti sebatang loya baja yang kuat. Jangankan baru kepala seorang manusia, biarpun kepala patung batu kiranya akan hancur lebur kalau terkena pukulan ujung lengan baju yang sudah membaja ini!

"Orang tua, jangan sombong!" bentak Siok Beng Hui sambil melompat mundur dan menggerakkan kaitannya menangkis. Akan tetapi alangkah terkejutnya ketika kaitannya yang kiri yang dipergunakan untuk menangkis itu, ujungnya telah terlibat kain baju merah dan tak dapat dibetot kembali. Sebaliknya, ia merasa tenaga betotan yang demikian kuat sehingga kalau ia berkeras mempertahankan kaitannya, tentu tubuhnya akan terbawa dan tertarik ke arah lawan. Hal ini amat berbahaya. Setelah mengerahkan seluruh tenaganya dengan sia-sia, akhirnya Siok Beng Hui terpaksa melepaskan kaitan kirinya, terpaksa mengorbankan sebatang kaitannya untuk menyelamatkan diri.

"Ho-ho-ho, begini saja kepandaian murid Bu Kam Ki?*' ejeknya.

"Siok lo-enghiong, aku datang membantumu!" kata Han Sin yang melompat maju dengan sepasang senjatanya. Melihat senjata pemuda ini, kakek itu mengeluarkan suara ketawa mengejek.

"Im-yang Thian-cu sendiri tak berani banyak berlagak di depanku. Kau ini bocah ingusan mau memamerkan senjata-senjatamu? Terimalah ini!" Sambil berkata demikian Ang Sinshe melontarkan senjata kaitan yang tadi ia rampas dari tangan Siok Seng Hui ke arah Han Sin.

Lemparan ini kuat bukan main sampai mendatangkan angin menyambar dan suara bersuitan ketika senjata itu bagaikan sebatang anak panah menyambar ke arah dada Han Sin. Pemuda ini maklum akan kelihaian kakek jubah merah itu, maka ia tidak berani sembarangan menyambut dengan tangan. Ia menangkis dengan kipasnya dan menyampok dengan pitnya. Terdengar suara keras dan kipas yang tadi sudah bolong oleh pedang Giam Loan, sekarang bolong lagi pinggirnya terkena kaitan, sedangkan pitnya hampir terpukul jatuh.

Baiknya Han Sin cepat memutar pit itu dan menggerakkan kipas dengan gerakan memutar pula sehingga daya pukul kaitan itu musnah, malah senjata Siok Beng Hui dapat dirampas kembali. Han Sin dengan muka berubah saking kagetnya tadi, lalu memberikan senjata itu kepada Siok Beng Hui, kemudian mereka berdua cepat menyambut datangnya serangan Ang Sinshe yang sudah datang, lagi dengan serbuannya, kini makin hebat karena ia marah dan penasaran melihat serangan-serangannya tadi tidak bisa sekaligus merobohkan dua orang, lawannya yang ia pandang ringan.

Pusaka Gua Siluman - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang