Jilid 19

3.8K 55 0
                                    

Tadinya bocah ini mengira bahwa di dunia hanya ayahnya yang paling hebat dan tidak ada yang akan dapat menangkan ayahnya. Baru sekarang ia melihat orang yang dapat menandingi ayahnya dan orang itu hanya seorang gadis muda! Memang Ciong Thai amat mengabaikan anaknya ini sehingga boleh dibilang-bocah ini tidak pernah tahu apa-apa, tidak diberi tahu tentang segala sesuatu.

Pendidikan satu-satunya dari Ciong Thai hanyalah ilmu silat yang ia ajarkan kepada puteranya itu sewaktu-waktu. Kalau saja ia lebih memperhatikan nasib anaknya, tentu ia akan melihat bahwa sebetulnya bocah ini memiliki bakat yang besar sekali.

"Nona selain cantik juga lihai, cocok sekali dengan paman...." bocah gundul itu berkata sambil matanya terbelalak memandang Lee Ing.

"Swi Kiat, masuk kau...!" terdengar seruan nyonya Ciong. Swi Kiat bocah gundul itu meleletkan lidah memandang ke arah dalam, akan tetapi agaknya ia sudah biasa dengan perintah dan teguran ibu tirinya yang tidak boleh dibantah, maka ia-pun bangkit berdiri dan masuk setelah melempar kerling dan senyum main-main ke arah Lee Ing.

Melihat ini timbul rasa kasihan dalam hati Lee Ing terhadap bocah itu. la sudah dapat menduga sebagian besar dari keadaan anak ini. Akan tetapi pada saat itu ia lebih memperhatikan Han Sin yang dianggapnya bersikap aneh sekali. Begitu melihat di situ tidak ada orang lain lagi, Lee Ing segera membuka mulut menegur,

"Liem-twako, kau ini bagaimana sih...?" Tanpa disadari, sekarang Lee Ing tidak lagi menyebut saudara Liem, melainkan menyebut twako (kakak), sebutan yang membuat hati Han Sin berdebar bangga dan girang.

"Dan kulihat orang she Ciong itu menderita luka dalam atau racun yang amat hebat, mengapa sikapnya begitu aneh dan apa pula artinya segala tangis-tangisan tadi?"

"Duduklah, nona Souw. Memang amat membingungkan kalau kau belum mendengar duduk perkaranya. Tadipun aku sendiripun bingung sebelum mendengar penuturan mereka."

Lee Ing duduk menghadapi Han Sin dan pemuda itu mulai menuturkan pengalamannya semenjak tadi berpisah dengan nona ini. Ketika mereka berdua mengejar Ciong Swi Kiat si bocah gundul. Han Sin sudah mempunyai dugaan bahwa bocah itu tentulah anak atau murid orang sakti. 

Oleh karena ia sedang bertugas menghubungi dan menarik bantuan orang-orang sakti di daerah selatan, maka ia mencegah Lee Ing melukai bocah itu, kemudian ia mengejar Lee Ing yang jauh meninggalkannya. Ketika ia memasuki hutan lebat, tiba-tiba muncul Bu-eng-sin-kiam Giam Loan dan dua orang pembantunya, yaitu Thio Sam dan Ho Kai Beng. Tiga orang ini mengambil sikap mengancam, akan tetapi Han Sin tenang-tenang saja.

"Siapa kau dan mengapa kau berani sekali menghina Ciong-kongcu?" bentak Ho Kai Beng yang memegang gembolan dengan muka galak. Han Sin dapat menduga bahwa mereka ini tentulah kawan-kawan bocah gundul tadi, maka ia menjura sambil menjawab,

"Kalau sam-wi (tuan bertiga) maksudkan anak kecil gundul tadi, siauwte mengharap banyak maaf. Justeru siauwte hendak menemui sam-wi untuk menghaturkan maaf dan memberi penjelasan agar jangan timbul salah mengerti. Siauwte Liem Han Sin murid Im-yang Thian-cu dan siauwte datang ke daerah ini sengaja hendak mencari persahabatan dengan orang-orang gagah di daerah selatan."

"Siapa mau bersahabat dengari kau?" Ho Kai Beng yang berangasan membentak dan sepasang gembolannya bekerja, menyerang dada dan kepala Han Sin dengan hebat!

Han Sin kaget sekali. Serangan itu hebat benar. Baiknya ia sudah siap dengan kipasnya, maka cepat ia mengelak sambil mengebutkan kipas menangkis. Serangan Ho Kai Beng gagal, cara baik-baik," kata Han Sin karena memang sesungguhnya ia tidak menghendaki pertempuran dan permusuhan.

Akan tetapi tanpa menjawab, saking penasaran, Ho Kai Beng menyerang terus secara bertubi-tubi, mendesak Han Sin. Dua orang temannya hanya berdiri menonton saja. Karena serangan-serangan orang kasar ini memang berbahaya dan tidak boleh dipandang ringan, Han Sin terpaksa melakukan perlawanan dengan sepasang senjatanya. Dia juga masih muda, tentu saja dia tidak bisa mengalah terus-terusan, apa lagi terhadap lawan yang memiliki kepandaian tinggi. Di lain saat mereka sudah bertempur seru.

Pusaka Gua Siluman - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang