Jilid 17

3.6K 58 2
                                    

"Pinceng sekarang yang maju, hayo siapa yang mau mencoba pinceng?'' tantangnya dengan lagak sombong. Tak seorangpun di fihak Tiong-gi-pai yang merasa kuat menghadapi Raja Racun yang berilmu tinggi ini. Liem Han Sin melompat ke atas panggung, sikapnya tenang biarpun wajahnya agak pucat, la telah mengambil keputusan untuk mengorbankan diri. Biarlah kalau sampai ia binasa di tangan Tok-ong, asal kawan-kawannya yang lain dapat memperoleh kemenangan.

"Kai Song Cinjin, biarkan aku yang muda melawanmu!" kata pemuda yang tabah ini dengan sikap gagah.

Kai Song Cinjin mengerutkan keningnya dan merasa tertipu oleh fihak lawan. Ia maklum bahwa lawan mempergunakan siasat "menghadapi yang terpandai dengan yang terlemah" untuk memperoleh kemenangan. Akan tetapi ia tak dapat mundur Iagi, selain itu iapun sudah mempunyai siasat untuk akhirnya memperoleh kemenangan terakhir. Kalau sekarang, dan ini sudah pasti, ia menangkan pertandingan ini, berarti keadaan menjadi dua-dua dan pertandingan terakhir nanti yang memutuskan, la melihat fihak lawan sudah tidak ada jagonya lagi yang boleh diandalkan, maka kiranya kalau ia mengajukan muridnya saja, ia yakin pasti akan menang. Pertandingan ke empat ini memang harus menang, berbahaya kalau bukan dia sendiri yang maju. Soal yang terakhir nanti, mudah diatur belakangan.

"Orang muda, kau yang melawan murid pinceng saja sudah mau mati, bagaimana sekarang berani menghadapi pinceng? Apa ini bukan berarti mengantar nyawa dengan sia-sia?"

"Tidak ada perjuangan dan pengorbanan yang sia-sia, Tok-ong," jawab Han Sin gagah. "Dan orang gagah tidak sayang nyawa untuk membela kebenaran, nama dan kehormatan."

"Kau memang sudah bosan hidup. Nah,terimalah!" Dengan secara sembarangan saja Kai Song Cinjin menampar, akan tetapi angin tamparannya sudah cukup membuat Han Sin yang mengelak itu terhuyung huyung!

"Ha ha, kau bersikap seperti orang gagah. Hendak pinceng lihat sampat di mana kau mempertahankan kegagahanmu dan tidak melompat turun panggung menerima kalah!" Hwesio ini memang pandai sekali mempermainkan perasaan orang, la maklum bahwa pemuda di depannya ini memiliki kegagahan dan keberanian luar biasa, akan tetapi karena tak mungkin dapat melawan dia, kiranya nanti akan menyerah. Oleh karena itu, ia sengaja mendahului dengan ucapan itu yang tentu saja membuat Han Sin merasa malu kalau harus menyerah dan turun panggung! Ucapan ini sama saja dengan keputusan hukum mati bagi Han Sin.

"Jangan percaya padanya, Han Sin. Kalau kau tidak kuat, kau boleh lompat turun dan mengalah," kata Im-Yang Thian-Cu yang amat mengkhawatirkan keselamatan muridnya, la maklum akan watak Han Sin yang gagah dan berani, dan maklum pula bahwa ucapan Tok-ong itu dapat membuat Han Sin menjadi nekat dan pantang mundur. Memang betul seperti yang dikehendaki oleh Tok-ong. Mendengar ucapan itu, Han Sin mencabut Yang-pit Im-san, yaitu sepasang senjata pit dan kipas.

"Tok-ong, kau kira aku takut mati? MajuIah" Pemuda ini menerjang dengan kipas dan pitnya, melakukan serangan hebat sekali. Akan tetapi hanya dengan sampokan ujung lengan bajunya, kembali Tok-ong dapat membuat pemuda itu terhuyung ke samping. Semua orang fihak Tiong-gi-pai mengerutkan kening. Pemuda gagah itu benar-benar bukan lawan Tok-ong Kai Song Cinjin yang lihai. Sampai tiga kali Han Sin menyerang dan selalu ia disampok sampai hampir roboh oleh Kai Song Cinjin.

Hwesio Tibet ini sengaja hendak menghina Han Sin. Kalau ia mau, sebentar saja ia bisa merobohkan pemuda itu, akan tetapi ia ingin memaksa Han Sin melarikan diri untuk kemudian dipukul sebelum turun. Ia ingin fihak Tiong-gi-pai mendapat malu. Kalau ia bisa membikin pemuda ini ketakutan dan melarikan diri! la tidak khawatir pemuda itu akan terlepas dan tangan mautnya, karena andaikata pemuda itu melompat turun, sebelum kakinya menginjak tanah ia dapat menyusulkan pukulan jarak jauh untuk menewaskannya.

Akan tetapi, biarpun sampai terhuyung-huyung tiga kali, Han Sin masih tetap bersemangat. la maju dan melakukan serangan lebih hebat pula. Kai Song Cinjin kini tidak mengebutkan lengan bajunya, melainkan menangkis dengan tangannya. "Krakkkl" Kipas di tangan Han Sin hancur berantakan.

Pusaka Gua Siluman - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang