Jilid 27

3.1K 51 1
                                    

Memang, sikap Siok Ho sudah terang-terangan bahwa pemuda ini suka kepadanya, amat setia dan manis sikapnya kepadanya. Akan tetapi belum pernah pemuda ini menyatakan cintanya. Kalau pemuda ini menyatakan cinta kasihnya, kiranya ia takkan ragu-ragu lagi karena bisikan hatinya memilih Siok Ho, biarpun sering kali ia termenung kalau teringat akan kebaikan hati dan besarnya cinta kasih Han Sin. 

Karena berada dalam kebimbangan dan kebingungan, gadis ini lalu "memperpanjang" sakitnya, tidak lain dengan maksud menahan tiga orang pemuda itu sampai ia dapat mengambil keputusan, kepada pemuda mana ia akan menyerahkan hatinya.

Karena kepandaian Lee Ing memang tinggi sekali, tentu saja ia dapat melihat kedatangan Han Sin dan Siok Bun, biarpun keduanya bersembunyi dan biarpun ia tidak melihat ke arah mereka. Dua orang anak murid Hoa-lian pai yang bertugas melayani nona yang sedang "sakit" ini, tentu saja tidak tahu bahwa ada dua orang pemuda yang mengintai nona ilu dari jauh. Selagi Han Sin dan Siok Bun hendak menghampiri, tiba-tiba terdengar orang memanggil,

"Adik Lee Ing...!" Lee Ing menengok, wajahnya berseri ketika ia melihat Siok Ho mendatangi dengan lenggang bergaya. Seperti biasa, pakaian, pemuda ini baru diganti, bersih dan halus, topi yang menutupi rambutnya juga rapi. Rambutnya berkilat, agaknya baru diminyaki, dan sedikit rambut yang kelihatan di bawah topi atau kain kepalanya nampak hitam dan tebal. Wajahnya yang tampan berseri, bibirnya tersenyum-senyum ketika ia menghampiri Lee Ing dengan langkah tegap.

"Oei-twako, kau kelihatan gembira, sekali pagi ini!" tegur Lee Ing sambil membetulkan rambutnya yang agak kusut...

"Betaapa tidak? Pagi seindah ini, langit cerah udara sejuk hangat oleh sinar matahari, kembang-kembang pada mekar, burung berkicauan dan kupu-kupu beterbangan."

"Aduh, kau agaknya hendak mengeluarkan sajak-sajakmu, siucai (sasterawan) muda!" Lee Ing juga gembira kini, matanya memandang dengan sinar berseri. Siok Bun dan Han Sin dapat melihat pandang mata ini dan diam-diam mereka mengeluh. Kalau saja sinar mata itu ditujukan kepada mereka, alangkah bahagianya.

Sambil tersenyum senyum Siok Ho menghampiri dan pada saat Lee Ing menunduk, ia memberi isyarat cepat dengan tangannya, menyuruh dua orang anak murid Hoa-lian-pai itu pergi. Sambil tersenyum dua orang wanita itu mengangguk lalu pergi, seakan-akan mereka sudah biasa menerima isyarat seperti ini dari Siok Ho. Dengan dalih hendak membersihkan ruangan, mereka berpamit dari Lee Ing yang tidak melarang. Lee Ing tidak melihat isyarat tadi, akan tetapi Han Sin dan Siok Bun melihat dengan jelas. Siok Ho lalu duduk di atas sebuah bangku dekat Lee Ing.

"Sudah baikkah kesehatanmu, adikku?" Lee Ing hanya mengangguk dan tersenyum. Hatinya berdebar-debar karena sekaranglah agaknya saat bagi pemuda ini untuk menyatakan perasaannya. Akan tetapi Siok Ho hanya mengoceh tentang keharuman kembang mawar, keindahan kembang seruni, kesegaran hawa di Ta-pie-san dan lain-lain lagi.

"Oei-twako, lihat alangkah indahnya kupu-kupu itu." Lee Ing menuding ke arah sepasang kupu-kupu yang beterbangan di atas serumpun bunga seruni. Memang indah kupu-kupu itu, yang seekor bersayap kuning polos, yang ke dua kuning berkembang. Mereka beterbangan di sekeliling bunga-bunga, kadang-kadang hinggap di atas bunga, kadang-kadang hanya berkeliling berkejaran, saling sentuh dan saling kejar. Nampaknya gembira sekali.

"Memang bagus sekali. Kau juga cantik seperti kupu-kupu itu, adikku." Berdetak jantung Lee Ing. Pemuda ini kadang-kadang mengejutkan. Memuji begitu tiba-tiba dan sejujurnya. Apa lagi yang sekarang hendak diucapkan oleh pemuda ini? Akan tetapi Siok Ho diam saja, memandangi kupu-kupu itu lalu menarik napas panjang seakan-akan terpesona sambil berkata lirih, "Pasangan yang cocok, bahagia sekali!"

Lee Ing memandang, lalu berkata, mukanya merah sekali, "Kalau bukan kau yang bicara, kalau aku belum mengenal baik padamu dan tahu bahwa kau seorang pemuda sopan, tentu aku akan marah dengan perbandinganmu tadi, twako. Mana aku dapat dibandingkan dengan kupu-kupu itu? Mereka berpasangan, aku hidup sebatangkara...."

Pusaka Gua Siluman - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang