Untitled Part 10

353 35 4
                                    

=

=

=

Api unggun berkobar menyala nyala. Menerangi ke 5 penyihir muda yang masih setia menyematkan diri di balik selimut hangat yang menutupi seluruh tubuh mereka. Mencegah cekat dinginnya malam yang semakin lama semakin membuat tubuh mereka menggigil.

Namun tak semuanya dari mereka memejamkan mata. Halla masih setia mengusap lembut kepala Kai yang tertidur di pangkuannya. Matanya masih tersolot lebar seraya tak melepas pandang dari wajah tampan yang kini sedang tertidur pilu dalam rengkuhannya.

Kai. Ia belum sadarkan diri dari siang tadi, semenjak pertarungannya dengan Asmodeus yang hampir merenggut keperawanan Halla. Hingga kini, Kai masih belum ingin membuka matanya meski pucat di wajah nya perlahan luntur.

"Kau belum tidur,?". Halla menengadahkan wajahnya saat suara Alex terdengar mendekat kesisi kanannya.

Halla menggeleng.

"apa keadannya sudah membaik,?". Alex berjongkok guna melihat keadaan Kai lebih jelas.

"Molla, dia selalu mencegahku saat aku ingin mengobatinya, aku tidakbisa memastikan ia baik baik saja taua tidak,"

Alexmembuang nafas dalam. Benar dugaannya bahwa Kai tidak tidur. Ia hanya memejamkan mata untuk kembali mengumpulkan energinya, seorang diri. Ya, pemimpin bodohnya itu tak akan mau di sembuhkan oleh siapapun apalagi Halla. Mengingat gadis keturunan Cleric itu pernah tumbang pasca mengobati Kai.

Perlahan Alex membuka sedikit kerah baju Kai yang robek akibat cakaran dari Asmodeus. Ia membuka kerah tersebut lebih lebar hingga mengekspos seluruh pundah bagian kanan milik Kai.

Halla sedikit terjengat saat melihat robekan yang begitu dalam menggores bebas di pundak Kai. Hingga robekan berbentuk cakaran kuku itu membelah sebuah gambar lambang berwarna merah pekat yang baru Halla ketahui keberadaannya.

"obati luka itu, luka tersebut yang membuat Kai selemah ini,"

"tapi,,"

"sudahlah, Kai benar benar terlelap sekarang, dia tidak akan mencegah mu lagi,"

Halla akhirnya menuruti perkataan Alex. Mengingat sedari tadi ia ingin sekali mengobati laki laki pujaan hatinya itu.

Perlahan, Halla menelangkupkan telapak tangannya menutupi luka cakaran Kai hingga tak terlihat. Cahaya samar berwarna biru mulai bermunculan saat proses pengobatan di mulai. Namun, tak selang lama cahay milik Halla beradu dengan cahaya samar berwarna merah pekat yang sedikit redup. Semacam kekuatan yang melemah. Beradunya dua kekuatan yang bertolak belakang itu itu membuat Halla sedikit kewalahan. Ia harus menekan secara extra saat Cleric nya serasa ingin mengundurkan diri. Bukan sebuah penolakan yang berat dari cahay merah itu, melainkan Halla merasa mengobati sebuah luka atau kekuatan yang berat yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.

Sekiranya satu jam telah berlalu. Sebuah usapan pamungkas menandakan pengobatan berakhir. Luka cakaran itu sembuh total tanpa bekas sedikitpun. Kulit pundak Kai utuh dengan sempurna, hingga gambar lambang yang semula terbelah, kini menjadi utuh seperti semula.

"selesai" celetuk Halla seraya tersenyum lega mendapati luka cakaran tak lagi menodai pundak laki laki dambaannya. Seolah Halla tak merasa lelah dan mengabaikan titik titik peluh yang terukir di dahinya. Asal Kai sembuh, Halla tak merasa terluka sedikitpun.

Lain Halla, Lain juga Alex. Tanpa Halla sadari, mengapa titik peluh lelahnya tak menetes sedikitpun, Gadis itu tak menyadari jika selama pengobatan berlangsung Alex lah yang menyeka nya. Ia tak akan mengizinkan satu tetes keringat pun menetes melewati pelipis Halla. Setidaknya hanya itu yang dapat Alex lakukan ketika Halla kelelahan.

The Apperentice Mages (KAI, V, SUNGJAE, HALLA, MINGGYU FANFICTION EXO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang