#
#
#"Ayah,!!!"
Kai berteriak seraya terbangun dari tidur nya. Nafasnya tersennggal berat. Ia baru saja bermimpi tentang sang ayah. Bermimpi buruk tepat nya.
Kai memejamkan matanya sejenak. Ia mulai bisa mengatur nafasnya dengan baik. Kai mengedarkan pandangannya dan mendapati kawan kawan nya sedang tertidur lelap tanpa ada yang terusik mendengar teriakannya. Ia membuang nafas berat.
'Ini hanya mimpi' ujar Kai meyakinkan diri.
Kai beranjak untuk segera membasuh muka nya. Ia tak mau lebih kalut dengan mimpi buruk yang baru saja ia alami. Meski otak nya masih mencoba mencerna arti mimpi yang baru saja mengganggu tidur panjang nya. Apalagi mimpi yang melibatkan sang ayah. Dan mungkin juga ibunya.
Kai mengusap wajahnya pada guyuran air yang kesekian kali membasahi mukanya. Ia masih saja tertegun. Membayangkan tentang mimpi yang tak bisa ia fahami. Namun hanya satu yang bisa Kai simpulkan, entah dirinya atau sang ayah, mereka berada dalam bahaya.
***
Kai berjalan di sebuah lorong yang di penuhi dengan lukisan lukisan abstrak yang terbuat dari emas. Lukisan yang begitu Indah. Sehingga Kai tak bisa berhenti menatap kagum dan melepaskan pandangannya dari lukisan lukisan tersebut.
Hingga ia sampai di sebuah altar yang luas. Kramik keramik Indah, tiang tuang yang berdiri kokoh dan juga kursi singgasana berbalut emas yang berada tepat lurus dari arahnya berdiri.
"Kai,?"
Kai menoleh ke arah kanan saat sosok yang sangat dirindukannya tiba tiba muncul.
"Ayah,". Kick -ayah Kai tersenyum lembut seraya melangkah mendekati Putra semata wayangnya.
"Aku merindukanmu, nak". Peluk sang ayah hangat.
"Aku juga,". Kai tersenyum simpul. Ia merasa begitu tenang berada di pelukan sang ayah. Satu satu nya orang yang sangat dirindukan kehadirannya. Sosok peran ayah yang mampu menuntun jalan sang Putra.
Namun, dibalik rasa bahagia nya yang amat dalam, ia menyimpan berjuta pertanyaan di benaknya. Tempat apa ini,? Ditambah dengan sang ayah yang mengenakan jubah berwarna merah maroon di sertai lambang yang mirip dengan miliknya.
"Kau apa kabar nak,?"
Kai menggeleng lemah, "tidak begitu baik ayah, aku di bebani tanggung jawab yang besar"
Kick tersenyum, ia mengangkat wajah Kai yang menunduk lesu. Menatap manik obsidian sang Putra, "it's okay, itu karna kau memiliki seluruh kepercayaan mereka, everything is gonna be okay, right,?"
Kai menganggukkan kepalanya. Seolah kata kata sang ayah adalah sebuah sihir yang mampu menyulap keadaan yang Kai anggap buruk menjadi surga.
Kai mengedarkan pandangannya ke segala arah. Melihat tempat bernuansa Balck Gold yang begitu Indah dan belum pernah ia ketahui sebelumnya.
"Ayah tinggal disini,?" tanya Kai sedikit ragu "dari mana ayah mendapatkan uang untuk membangun rumah seindah ini,?"
Kick terkekeh seraya mengusap rambut Kai pelan.
"Kau menjadi lebih cerewet sekarang" selorok Kick. "Tidak, ini adalah milik ibumu, kau tidak ingin bertemu dengannya,?"
Kai membisu seketika. Raut wajah antusias nya berubah datar. Ia tampak terkejut saat mendapat tawaran dari sang ayah.
Kai menggeleng pelan.
"Tidak,? Kenapa,?"
"Aku hanya takut, merasa asing saat menghadap ibu"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Apperentice Mages (KAI, V, SUNGJAE, HALLA, MINGGYU FANFICTION EXO)
FanfictionDiceritakan di sebuah sekolah dengan 5 murid terpilih yang akan melakukan pencarian atas utusan sang kepala sekolah. Mereka berlima yang terdiri dari Kai, Alex, Halla, Jo, dan V telah berbekal kekuatan yang akan membantu mereka dalam melaksanakan se...