Draco terus mengumpat melihat Buku paket matematikanya terjatuh ke pembatas pagar lantai dua. Ia baru datang tadi, dan tiba-tiba ada sekelompok anak yang berlari lalu menabraknya. Buku itu terlempar dari pegangannya dan berakhir di tempat nya sekarang berada.
Draco bisa saja memanjat melewati pagar itu dan mengambilnya, tapi Ia tidak ingin mendapat masalah. Bisa saja kan, kalau ada guru yang melihat dan menganggapnya akan bunuh diri dengan cara melompat dari lantai dua.
Ia benar-benar kesal. Muggle-muggle itu sudah merusak paginya yang tenang. Itu membuat penilaiannya terhadap muggle makin buruk saja.
"Dasar muggle bodoh, tidak tahu diri, ceroboh, biang masalah!!" Maki Draco sembari berkacak pinggang dan memperhatikan bukunya yang na'as itu.
Bagaimana aku mengambilnya?
Ia melihat kekanan dan kiri. Koridor masih sepi. Wajar, karna ini memang masih pagi. Apa dia bisa menggunakan sihirnya disini? Toh, tidak ada yang lihat? Lagipula hanya dikurangi sepuluh point asrama? Pikir Draco.
Ia bimbang. Hanya karna bocah-bocah sialan itu dia harus pusing begini.
"Ah, sudahlah!" Draco menyerah. Ia mengeluarkan tongkat sihir nya yang Ia sembunyikan di balik rompi sekolahnya.
Tongkat sudah di tangan nya. Baru beberapa hari Ia tidak menggunakan sihir, rasanya sudah begitu asing. Apalagi Ia menggunakannya di tempat asing pula.
"Wingardium Leviosa" Draco mengerakkan tongkatnya dan buku itu bergerak naik. Perlahan namun pasti, buku itu mendekat. Draco tersenyum puas ketika Ia sudah mendapatkan bukunya kembali.
Ia pun menaruh kembali tongkatnya dibalik rompi yang dikenakannya. Dengan langkah mantap, Draco hendak menuju kelasnya. Namun matanya membulat sempurna ketika mengetahui di hadapan nya sekarang berdiri seorang gadis berbando besar yang tengah memperhatikannya dengan mata melotot dan mulut yang megap-megap seperti ikan mas koki.
Keira. Gadis itu melihat semuanya. Tadinya Ia ingin menghampiri Draco yang nampak bingung. Namun langkahnya terhenti ketika pria itu mengeluarkan sebuah benda ramping dan panjang dari balik rompinya. Belum selesai keterkejutannya, Draco sudah menjalankan aksinya menggerakkan sebuah buku tanpa menyentuhnya.
"Shit!" Draco meraup wajahnya, frustasi. Ada apa dengan paginya hari ini? Kenapa harinya begitu sial?!
Keira mundur beberapa langkah. Ekspresi wajahnya tidak berubah. Ia tidak menyangka, orang yang dikaguminya adalah orang aneh dengan kemampuan yang juga aneh. Draco adalah seorang penyihir.
Draco menatap Keira yang terlihat sangat ketakutan. Seakan-akan didepannya terdapat monster ganas yang akan melahapnya kapan saja.
"Aku bisa jelaskan" Draco geli sendiri dengan ucapannya. Kenapa seakan-akan dia seperti seorang kekasih yang ketahuan berselingkuh? Oh demi merlin!
Draco maju selangkah, Keira mundur dua langkah. Ia maju dua langkah, gadis itu mundur lagi tiga langkah.
Draco mengerang frustasi. Apa dia akan menggunakan sihir obliviate untuk gadis centil ini?
Keira terus saja melangkah mundur. Sampai-sampai tubuhnya menabrak tembok. Ia harus lari. Ia tidak mau diubah jadi kodok. Dengan kekuatan yang tersisa, Keira berlari sambil berteriak histeris menuju ruang kelasnya.
"Tolong! Tolong! Ada penyihir!! Jangan sakiti aku tolong!!"
Draco membeku seketika melihat Keira yang tiba-tiba berlari dan berteriak histeris.
Ia ikut berlari dengan lesu sambil terus mengumpat dalam hati. Ini benar-benar hari tersial sepanjang hidupnya.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
One Month In Muggle World [DRAMIONE]
Fanfiction[COMPLETED] Setelah perang usai, Kementrian membuat peraturan baru. Dimana setiap sekolah sihir harus mengirim beberapa anak didiknya untuk belajar sementara di Sekolah Muggle. Begitupun dengan Hogwarts. Nah, bagaimana kelanjutan cerita mereka di du...