Hermione termenung menatap kearah luar jendela. Ia duduk di pinggiran jendela yang terbuka. Sesekali Ia menyelipkan helaian rambutnya yang terkena hembusan angin sore.
Tatapannya terkadang kosong. Terkadang penuh dengan pikiran liarnya. Luka-luka memarnya yang terdapat dibahu dan kepala sudah disembuhkan dengan metode sihir. Namun tidak dengan luka goresan pisau di lengannya. Ia membiarkannya agar tidak ada yang curiga kalau tiba-tiba luka itu hilang begitu saja. Dan beginilah hasilnya. Ia duduk dengan balutan perban disekitar lengan kirinya.
Satu tetes air mata terjatuh begitu saja dari matanya. Ia membasuh air mata itu menggunakan punggung tangannya lalu kembali menatap halaman belakang yang penuh bunga dan lumayan luas.
Hatinya terasa sakit. Ingin rasanya Hermione berteriak sekuat mungkin. Bayangan itu masih jelas terpatri diotaknya.
Matanya yang berkilat marah. Pegangan tangannya yang erat menggenggam tangan orang lain. Dan perkataannya yang selalu membayangi Hermione.
Draco malfoy. Pria itu meluluh lantahkan hati Hermione. Menerbangkannya tinggi-tinggi, lalu menjatuhkannya tanpa belas kasihan.
Hermione menutup matanya perlahan. Air mata kembali berjatuhan. Ia memegang dadanya yang terasa sesak.
Dasar, perempuan penggoda.
Kata-kata yang singkat. Tapi mampu menghancurkan hati Hermione sampai sebegininya. Hatinya perih. Dan Ia menertawai dirinya sendiri karna Ia sakit hati bukan karna ucapan Draco yang menghina nya itu.
Ya, walaupun sulit diakui. Hermione merasa sakit hati, karna ucapan Draco yang seakan-akan membela Emma. Pria itu lebih memilih menyakiti hati Hermione hanya untuk tidak mau melihat Emma bersedih. Dan itulah yang sedari tadi membuat hati Hermione seperti tersayat.
"Bodoh!" Ujar Hermione dengan tertawa getir. Ia menghapus air matanya dengan kasar. Tidak seharusnya Ia seperti ini. Hermione adalah gadis yang kuat. Ia tidak akan goyah, apalagi hanya karna masalah ini. Lagipula, Draco memang sering menghinanya. Dan sedari dulu, Hermione tidak peduli. Tapi kenapa sekarang, hinaan Draco terdengar lebih menyakitkan.
Lagi-lagi Hermione menertawai dirinya. Sepertinya Ia telah salah memberikan hatinya untuk pria itu. Ia tidak ingin sakit hati lagi. Ia ingin hidupnya kembali seperti dulu. Tidak seperti ini, yang hanya diwarnai dengan air mata.
Hermione bangkit dari duduknya lalu menutup jendela karna hujan sudah turun rintik-rintik. Ia harus kuat. Ya, harus.
Hermione berjalan kearah saklar lampu. Kamarnya sedari tadi Ia biarkan gelap. Setelah lampu menyala, Hermione keluar kamar untuk mengambil beberapa cemilan. Karna sejak kembali dari rumah sakit, Hermione belum makan apapun.
Ia melihat ke sekitar rumah. Sepertinya yang lain belum pulang sekolah. Ia pun bisa bernapas lega. Ia belum siap bertemu Draco. Menatap pria itu akan semakin membuatnya sakit.
Hermione mengambil mangkuk lalu menuangkan sereal ke dalam nya. Setelah itu Ia menuangkan susu vanila. Hermione makan dalam diam. Ternyata berusaha melupakan itu lebih sulit dibanding mengingat. Ketika Ia berusaha melupakan kejadian itu, Ia malah semakin ingat.
Saat Hermione sedang makan, Ia mendengar pintu terbuka. Lalu diikuti oleh suara Harry dan Ron yang sedang berdebat. Hermione cepat-cepat menuju kamarnya. Namun sebelum Ia sampai dan membuka kenop pintu, matanya bertubrukan dengan mata abu-abu milik Draco.
Pria itu langsung berlari menghampiri Hermione. Karna jarak Hermione dengan pintu kamarnya yang sudah dekat, Ia langsung masuk dan menutup pintu itu dengan cepat.
Hermione mengunci pintu sebanyak dua kali, lalu bersandar dibaliknya. Napasnya terengah. Dari balik pintu Ia dapat mendengar Draco memanggil-manggil namanya. Pria itu juga mengetuk-ngetuk pintu kamar Hermione berulang-ulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Month In Muggle World [DRAMIONE]
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Setelah perang usai, Kementrian membuat peraturan baru. Dimana setiap sekolah sihir harus mengirim beberapa anak didiknya untuk belajar sementara di Sekolah Muggle. Begitupun dengan Hogwarts. Nah, bagaimana kelanjutan cerita mereka di du...