Hermione menatap pantulan dirinya dicermin seukuran tubuhnya. Senyum terukir diwajah cantiknya. Beberapa kali Ia harus mengusap matanya yang berair. Ia menangis bahagia. Pasalnya, hari ini adalah hari pernikahannya. Hari paling membahagiakan. Bahkan lebih membahagiakan dari hari perpisahan Hogwarts dan penobatan dirinya sebagai lulusan terbaik.
"Mione? Kau sudah siap, sayang?" Hermione menoleh ke belakang, ke arah pintu masuk. Ia tersenyum ketika melihat ibunya dan juga Narcissa masuk kedalam ruangannya. Dua wanita itu nampak cantik dengan gaun yang senada.
Helga Granger, menghampiri putrinya lalu mengusap kepala Hermione dengan lembut.
"Mom tidak menyangka, anak mommy sudah besar ternyata" ujarnya sambil menitikkan air mata.
Lain lagi dengan Narcissa. Ia tersenyum lebar sembari membenarkan riasan rambut Hermione.
"Dear, bimbing Draco ya. Anak itu terkadang suka nakal dan susah diatur" Seru Narcissa yang membuat Hermione terkekeh geli.
"Pasti, ibu" Jawabnya. Ya, Hermione memanggil Narcissa dengan sebutan, ibu. Agar lebih akrab tentunya.
Setelah kedua orang tua itu pergi, kini Harry, Ron, dan Ginny datang menghampiri.
"Bagaimana keadaanmu? Kalau mau membatalkan masih ada waktu, Mione" celetuk Ron yang langsung diberi tendangan keras di tulang keringnya oleh Ginny.
Hermione terkekeh melihat Ron yang meringis dan Ginny yang mengusap-usap perutnya.
"Kakak nanti kalau sudah lahir jangan seperti paman Ronald ya. Amit-amit jabang bayi.. amit-amit jabang bayi" Gumamnya sembari menutup mata. Sedangkan Ron memberengut kesal.
Harry tertawa sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan istri dan sahabatnya itu.
"Oh ya, Hermione. By the way kau terlihat sangat cantik" Ujar Ginny setelah puas memberikan petuah-petuah kepada jabang bayinya yang masih berbentuk zigot.
Hermione tersenyum, "Terimakasih, Ginny"
"Mione, ayo kau harus berangkat. Pernikahan akan segera dimulai" Ajak Harry sembari membantu Hermione bangun dari duduknya. Gaunnya yang panjang dan berat ini sangat menyulitkan.
Hermione mengambil napas panjang sambil menutup matanya. Ia merasa jantungnya akan jatuh ke perutnya sekarang juga. Tangannya pun mendingin. Ia tidak pernah berada di situasi seperti ini. Ia memang sering hadir di acara pernikahan. Tapi kali ini berbeda. Sekarang, dirinyalah yang akan menikah. Oh God!
"Kau siap?" Tanya Harry setelah mereka sampai di depan gereja.
Hermione lagi-lagi mengambil napas dalam.
"Yes, I'm ready"
...
Pintu utama gereja terbuka. Menampilkan Mr.Granger dan putri semata wayangnya yang berjalan dengan anggunnya. Hermione Granger.
Gadis itu-setidaknya sekarang Ia masih gadis 'kan- melangkah gugup sembari menggenggam erat tangan ayahnya. Ia melihat sekeliling. Banyak sekali orang yang datang ditambah silaunya blitz kamera membuatnya tambah gugup.
Pipinya merona ketika melihat Draco dengan gagahnya berdiri diatas altar. Pria itu sangat tampan. Dengan jas abu-abu dan rambut pirang platinanya yang jatuh disekitar dahinya.
Jantung Hermione sudah tidak terkendali. Sebentar lagi Ia akan menjadi seorang istri. Seorang istri!!
Semua orang bertepuk tangan ketika Hermione sudah sampai di samping Draco. Rasanya lututnya melemas. Ia berdoa agar dirinya tidak jatuh kebawah. 'Kan itu tidak elit sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Month In Muggle World [DRAMIONE]
Fanfiction[COMPLETED] Setelah perang usai, Kementrian membuat peraturan baru. Dimana setiap sekolah sihir harus mengirim beberapa anak didiknya untuk belajar sementara di Sekolah Muggle. Begitupun dengan Hogwarts. Nah, bagaimana kelanjutan cerita mereka di du...