14 - Apa iya?

10.1K 1.4K 144
                                    

Kedua manusia itu hanya menunduk. Memperhatikan kaki mereka masing-masing, seolah-olah dengan cara itu dapat menghapuskan rasa gugup yang melanda.

Terdengar suara-suara obrolan dari arah ruang makan. Namun itu tidak menutupi keheningan ditempat mereka duduk sekarang.

Draco mengusap telapak tangan kirinya dengan tangan kanan, begitu terus sebaliknya. Ia tidak tahu harus mulai dari mana. Ia tidak pandai berbahasa. Apalagi bicara hal-hal manis pada wanita. Itu benar-benar bukan bagiannya.

Duduk diam seperti ini membuat jantung Hermione berdetak lebih cepat. Matanya masih enggan menatap ke depan. Rasanya Ia ingin kabur saja. Kenapa semuanya membuatnya sulit? Ia tidak mau sakit lebih dalam lagi. Ia tidak mau rasa yang Ia miliki terhadap pria didepannya ini semakin besar.

Draco berdeham sebentar, lalu mencoba mencairkan suasana yang beku ini. "Kau sudah baikan?"

Hermione mengeraskan rahangnya. Entah kenapa pertanyaan Draco barusan membuatnya naik pitam.

Draco menghela napas ketika Hermione tidak menjawabnya. "Okey, aku tidak bisa berbasa-basi lagi. Aku.. aku minta maaf" Lirihnya.

Pandangan Hermione mengabur. Air mata sudah memenuhi pelupuk matanya. Tapi Ia harus menahannya agar tidak menetes. Ia tidak mau terlihat lemah.

"Aku tidak tahu apa yang aku katakan. Saat itu aku sedang kesal"

Hermione tertawa getir. "Hhh.. bukannya kau memang sudah biasa menghinaku? Aku tidak masalah. Di matamu aku hanya mudblood hina dan juga perempuan penggoda. Tidak apa-apa. Kau ingin berpikir apa tentangku, terserah. Aku tidak peduli"

Draco mengusap wajahnya dengan keras. "Bukan begitu, granger. Aku tidak pernah berpikiran seperti itu. Aku tidak sengaja mengatakan itu semua"

"Ketidaksengajaan itulah yang biasanya berasal dari hati yang paling dalam"

Draco menatap wajah Hermione, tidak percaya. Ia tidak menyangka gadis itu akan berpikir seperti itu. Ia sama sekali tidak menganggap Hermione wanita seperti itu. Ya, walaupun Ia mengatakan itu dengan tidak sengaja. Tapi bukan berarti kata-katanya berasal dari hati.

"Granger, percaya padaku. Aku tidak sungguh-sungguh mengatakan itu semua"

Hermione menatap lekat manik mata Draco. Ia seakan mengisyaratkan betapa terlukanya dia lewat tatapan mata. "Bagaimana aku bisa percaya dengan orang yang tidak percaya padaku?"

Draco menghela napas berat. Ia benar-benar merasa bersalah. Ia juga tidak tahu harus berbuat apa.

"Kau bisa gunakan mantra legiliman padaku jika kau mau" ucap Draco putus asa.

Hermione menggeleng lemah. Ia mengangkat tangan kanannya diudara, meminta Draco untuk berhenti bicara.

"Kalau kau ingin aku memaafkanmu, I will. Tapi kalau kau memintaku untuk melupakan itu semua" Hermione mengambil napas terlebih dahulu, lalu menghembuskan nya perlahan. "Aku butuh waktu" ucapnya sebelum Ia memutuskan untuk beranjak dari duduknya dan masuk kembali kedalam kamar.

Draco menatap lirih punggung Hermione yang semakin menjauh, lalu hilang dibalik pintu. Ia tahu, setelah ucapan bodohnya itu, semuanya tidak akan lagi sama.

..

Raisa - Bersama

Dibalik rak buku yang tinggi, Ia memperhatikan seseorang yang sedang membaca buku dengan seriusnya. Wajahnya begitu teduh ketika sedang serius seperti itu. Beberapa kali Ia melihat orang itu menyelipkan helain rambut kebelakang telinga. Senyum kecil tersungging dibibirnya ketika melihat orang itu mengoceh sendiri. Itu membuatnya semakin menggemaskan.

One Month In Muggle World [DRAMIONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang