Part 6

188K 6.3K 217
                                    

Erina tiba-tiba saja membuka matanya begitu saja, ia menjerit tertahan saat mendapati Thomas sedang melakukan sesuatu di dadanya.

"Thom, jangan ... ah...." desis Erina sembari mendorong kepala Thomas untuk menjauh dari dadanya.

"Erin...." erang Thomas sembari mengangkat wajahnya. Langsung saja Erina menutup tubuhnya yang setengah telanjang.

Erina duduk lalu ia memukul Thomas, ia menggeleng kuat, dan cairan bening itu mengalir begitu saja dari pelupuk matanya.

"Thom, kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa kau melecehkan aku?" tanya Erina, ia menundukkan kepalanya, tak sanggup lagi menatap Thomas.

Thomas memejamkan matanya sekejap, lalu ia menarik Erina kepelukannya.

"Maaf, Erin...." ucap Thomas penuh sesal, "aku lepas kendali tadi," lanjutnya membuat isak tangis Erina semakin kuat.

"Kau melecehkan aku, Thom! Kau berbuat sesuka hatimu!" pekik Erina berusaha memberontak, tapi Thomas semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku tidak bermaksud melecehkan kau, Erin. Aku hanya kehilangan kendali tubuhku," ucap Thomas berkata jujur.

"Tapi kan aku sedang tidur," rajuk Erina, ia sudah tidak menangis lagi.

"Lain kali aku melakukannya saat kau tidak tidur," ucap Thomas mengecup puncak kepala Erina. Erina hanya mengangguk-angguk.

"Thom, aku merindukan orangtuaku, bisa kah aku melihat mereka?" tanya Erina, Thomas nampak berpikir sejenak, lalu ia mengangguk.

"Baiklah, kita akan pergi sebentar lagi, oke?" Erina menatap Thomas dengan senang lalu ia menarik tengkuk Thomas dan mengecup bibir lelaki itu sekilas.

"Terima kasih, Tuan...." kata Erina.

"Kau mulai nakal, Erin. Dan aku suka dirimu yang nakal seperti ini padaku," ucap Thomas membuat pipi Erina merah merona.

"Thom, aku jadi malu," desah Erina dengan pelan. Thomas memperbaiki dress yang di pakai Erina.

"Thom, ini terasa nyeri," kata Erina memegang dada kanannya. Thomas hanya tersenyum penuh arti pada gadis polosnya itu.

"Iya, nanti kalau sudah biasa, tidak nyeri lagi," kata Thomas membuat Erina lagi-lagi tersipu malu.

"Ganti baju dulu, setelah itu kita pergi," ucap Thomas, Erina mengangguk patuh.

Erina turun dari tempat tidur, begitu juga dengan Thomas yang mengikutinya dari belakang. Erina masuk ke dalam ruang ganti, kemudian ia membuka lemari pakaian.

"Thomas, aku pakai yang ini saja. Apa boleh?" tanya Erina, ia memegang dress tanpa lengan berwarna ungu muda pada Thomas.

"Kau boleh memakai yang mana pun sesukamu, Erin. Karena itu semua milikmu," jawab Thoam. Ia membuka dress yang melekat di tubuh Erina, lalu memakaikan dress pilihan Erina barusan.

"Thom, kenapa kau memperlakukan aku layaknya istrimu?" tanya Erina membantu Thomas mengancing dressnya.

"Kalau kau memang istriku, apa kau percaya, Erin?" tanya Thomas yang terdengar seperti bisikan.

"Hahaha, aku tidak yakin, Thom. Tapi aku sangat berharap akan hal itu," Erina tertawa dengan anggunnya, lalu ia memeluk Thomas sesuka hatinya.

"Erin, kita pergi sekarang sebelum hari gelap," kata Thomas.

"Baiklah, tapi aku mengikat rambutku dulu," kata Erina lalu ia berlari ke kamar. Erina mencari jepitan rambutnya yang kemarin, setelah menemukannya, ia mengikat rambutnya dengan rapi.

My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang