Part 8

182K 5.6K 143
                                    

Erina melenguh pelan, ia membuka matanya dengan perlahan yang masih terasa berat. Erina mengangkat tangan kanannya, ia meraba-raba wajah Thomas yang masih tidur. Kesadaran gadis itu belum pulih sepenuhnya, ia mengangkat wajahnya.

"Thom...." erang Erina saat tangan Thomas semakin mengeratkan pelukannya di pinggangnya.

"Thom, aku lapar," rengek Erina dengan manja membuat mata Thomas terbuka lebar. Erina melepaskan diri dari Thomas, lalu ia memeluk lengan Thomas dengan manja.

"Kau ingin makan?" tanya Thomas yang mendapat cubitan dari Erina.

"Iya, aku ingin memakanmu!" geram Erina, Thomas menaikkan alisnya sebelah.

"Lagi?" tanya Thomas menggoda Erina membuat wajah gadis itu merah merona. Erina kembali mengingat kejadian tadi malam, lalu ia menatap Thomas dengan malu-malu.

"Apa nanti aku akan hamil setelah ini?" tanya Erina mengesampingkan rasa malunya.

"Tentu saja," jawab Thomas, meskipun ia sendiri tidak yakin dengan hal itu.

"Semoga saja, Thom. Aku ingin anak perempuan," kata Erina dengan semangat. Thomas menarik Erina kepelukannya, ia mengecup puncak kepala Erina berkali-kali.

"Iya, Erin. Nanti kita pasti mempunyai anak perempuan yang cantik, sama sepertimu," kata Thomas. Ia dapat melihat mata Erina yang menatapnya dengan berbinar-binar.

"Kenapa kau ingin anak perempuan, hmm?" tanya Thomas dengan lembut. Erina menegakkan tubuhnya, lalu ia turun dari tempat tidur tanpa memperdulikan tubuhnya yang polos. Ia melangkah dengan santai ke kamar mandi membuat Thomas melongo.

"Astaga, dia mengabaikan aku," desah Thomas. Ia juga turun dari tempat tidur, memungut pakaiannya dan Erina yang berserakan di lantai, lalu memasukkannya ke keranjang pakaian kotor.

Setelah itu, Thomas masuk ke dalam kamar mandi, ia mendapati Erina yang sedang berdiri di bawah guyuran shower membelakanginya.

Thomas mendekat, lalu bergabung dengan Erina. Erina tidak banyak bicara, begitu juga dengan Thomas. Mereka mandi dalam diam, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Selesai mandi dan memakai pakaian, Thomas membawa Erina ke dapur.

"Kita memasak bersama," kata Erina. Thomas hanya mengangguk.

"Aku ingin makan daging yang banyak, aku juga ingin makan yang banyak," kata Erina dengan semangat.

Thomas mencubit pipi Erina dengan gemas, lalu ia mengecup kening Erina dengan sekilas.

"Kau tak ingin makan sayuran?" tanya Thomas membuat Erina menatap Thomas dengan lekat. Erina seperti mengingat-ingat sesuatu.

"Erin, ada apa, Sayang?" tanya Thomas.

"Thom, aku mengingatnya!" pekik Erina lalu ia memeluk Thomas dengan manja.

"Apa yang kau ingat?" tanya Thomas sedikit cemas.

"Aku ingat saat di supermarket, itu kau, kan, Thom?" tanya Erina.
Thomas menghela napasnya lega, ia mengangguk pelan.

"Iya, Erin," jawab Thomas. Erina melepaskan pelukannya lalu dengan gesit berlari menuju kulkas dan membuka kulkas itu.

"Thomas!!!" jerit Erina dengan kuat saat melihat kulkas Thomas kosong.

"Kenapa kulkas ini kosong?" tanya Erina, Thomas hanya tertawa. Ia mendekati Erina, lalu menjentikkan jarinya membuat isi kulkas itu terisi penuh dengan bahan makanan.

"WOW...." ucap Erina merasa takjub.

Thomas mengeluarkan beberapa bahan makanan, lalu ia meletakkannya di meja.

My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang