Part 12

98.7K 4K 92
                                    

Thomas menepuk-nepuk wajah Erina agar wanita itu bangun. Erina menepis tangan Thomas, rasanya ia sangat malas untuk membuka matanya yang terasa berat. Thomas tersenyum, ia membungkukkan tubuhnya lalu membisikkan sesuatu pada Erina.

"Ayo kita ke rumah sakit, adikmu sudah lahir," bisik Thomas membuat mata Erina terbuka dengan lebar.

"Benarkah?" tanya Erina sambil mengulum senyumnya. Thomas membantu Erina duduk, lalu ia merapikan rambut Erina.

"Ayo kita pergi sekarang," kata Erina dengan semangat. Thomas mengangguk, ia menggenggam kedua tangan Erina dan memejamkan matanya.

Lalu mereka berdua menghilang dari kamar itu, dan beberapa saat kemudian mereka sudah ada di depan pintu ruang rawat Lery.

"Thom, aku gugup sekali," kata Erina sambil meringis pelan. Ia bergelayut manja pada Thomas dan mereka masuk ke dalam ruangan itu.

Semua yang ada di ruangan itu mengalihkan pandangan ke arah Thomas dan Erina. Erina melepaskan tangan Thomas dan ia berlari menuju Lery yang duduk di ranjang rumah sakit.

"Mom, aku ingin menggendong adikku," kata Erina to the point.

Lery menatap Devward tapi Devward menggeleng membuat senyum di wajah Erina menghilang. Thomas yang menyadari perubahan wajah Erina langsung mendekat. Ia merangkul Erina yang mendadak kaku.

"Apa tidak boleh? Aku hanya ingin menggendongnya," desis Erina menitikkan air matanya.

Lery menatap Devward dengan sengit, "biarkan Erin menggendong Luke, Dev," kata Lery tapi lagi-lagi Devward menggeleng.

"Kalau tahu begini, lebih baik aku tidak perlu datang ke sini. Aku tidak mau datang lagi," kata Erina, ia menarik Thomas keluar dari ruangan itu.

"Kau tidak bisa seperti ini, Dev!" bentak Lery, Devward hanya mengangkat bahunya.

"Rica, aku yakin mereka masih di luar, tolong panggilkan dan bujuk Erin," kata Lery, Erica mengangguk dan menyusul Erina dan Thomas keluar.

Benar saja, Erina dan Thomas masih ada di luar. Mereka sedang duduk di kursi dengan Thomas yang berusaha menenangkan Erina.

Erica mendekat dan berjongkok di depan Erina, "Erin, kenapa menangis?" tanya Erica, Erina menggeleng.

"Ayo kita masuk lagi, kau bisa menggendong adik kita," kata Erica tapi Erina kembali menggeleng.

Erica menatap Thomas sekilas, lalu kembali menatap Erina yang menangis seperti anak kecil.

"Erin, kau yakin tidak ingin menggendong Luke?" tanya Erica tersenyum pada Erina.

"Aku ingin, tapi lelaki itu tidak memberi izin, hiks...." jawab Erina, ia meremas kuat tangan Thomas yang ada di dalam genggamannya.

"Daddy hanya bercanda, Erin," kata Erina membuat Erina menatap Erica sendu.

"Benarkah?" tanya Erina, Erica mengangguk. Ia mengusap wajahnya yang basah karena air mata dengan pelan.

"Ayo kita masuk," ajak Erica, Erina menatap Thomas tidak yakin. Rasanya Erina ingin pulang saja.

Erica menarik Erina kuat sampai gadis itu berdiri membuat Erina meringis. Erina menepis tangan Erica dari lengannya, lalu kembali menangis

"Erin, kenapa kau cengeng sekali?" tanya Erica kebingungan. Thomas bangkit berdiri, ia memeluk Erina agar gadisnya itu kembali tenang.

"Erin memang sangat sensitif, sedikit di usik dia akan menangis dan merajuk," jawab Thomas, Erica mengangguk pelan.

"Tapi dulu dia tidak seperti ini," protes Erica yang merasa heran melihat perubahan sikap Erina.

My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang