Part 17

76.5K 3.3K 103
                                    

Amorette melangkah mondar-mandir di samping tempat tidur di mana Thomas berbaring lemah dan tidak berdaya. Wajah Amorette tampak cemas. Ia ingin menyusul Erina, tapi ia sama sekali tidak bisa masuk ke rumah itu lagi.

Amorette menatap Thomas dengan gelisah, ia duduk dan mengguncang tubuh besar Thomas berkali-kali agar lelaki itu sadar.

"Ayolah, Thom! Kalau kau tidak bangun juga, bisa-bisa Alfred membawa Erin!" Amorette memukul dada Thomas, ia kembali berdiri dan melangkah mondar-mandir seperti yang ia lakukan sejak tadi.

"Aduh, kenapa mereka lama sekali pulangnya?" tanya Amorette pada dirinya sendiri karena Robert dan Queen belum juga kembali.

"Thom, kalau paman tidak mendapatkan ramuan penawar racunnya, kau bisa lumpuh seumur hidup!" pekik Amorette dengan kesal.

Amorette duduk di tepi tempat tidur saat ia melihat kelopak mata Thomas bergerak-gerak. Gadis itu menepuk wajah Thomas sampai mata itu terbuka dan tatapan mata Thomas begitu sayu. Wajah dan bibirnya pucat.

"Erin...." satu kata yang keluar dari mulut Thomas membuat Amorette semakin gelisah. Ia tidak akan memberitahu kalau Alfred sedang menyamar dan menggantikan posisinya menjadi Thomas.

"Oh, ah ... Erin baik-baik saja," kata Amorette gelagapan.

"Aku ingin melihatnya!" pinta Thomas dengan suaranya yang lemah dan bahkan hampir tidak terdengar kalau Amorette tidak mendekatkan telinganya ke mulut Thomas.

"Nanti saja saat setelah kau sembuh." Thomas menggeleng lemah, ia sangat khawatir pada Erina. Apa lagi saat ia mengingat lagi kata-kata yang di ucapkan Alfred padanya saat itu.

"Cermin," desis Thomas dan dadanya naik turun, hembusan napasnya tidak teratur saat di rasanya jantungnya seperti dipukuli menggunakan godam palu. Tubuhnya tidak bisa di gerakkan, begitu juga dengan tangannya. Sama sekali tidak bisa diangkat.

"Aku tidak bisa melakukannya, Thom! Paman dan bibi belum pulang sejak kemarin!" pekik Amorette.

"Erin!" ucap Thomas berusaha menjerit, tapi suaranya bahkan tidak terdengar lagi.

"Aku tahu dia ada di sana," desis Thomas membuat Amorette membesarkan matanya.

"Dia siapa yang kau maksud? Erin memang di rumah kalian menunggumu," ucap Amorette, Thomas menggeleng.

Saat Thomas hendak berbicara lagi, ia batuk, dan cairan merah itu keluar lagi dari mulutnya.
Amorette meletakkan tangannya di dahi Thomas, dan ia memejamkan matanya. Merapalkan mantra untuk mengurangi rasa sakit yang di rasakan oleh Thomas.

Thomas memiringkan kepalanya yang terasa berat, membiarkan Amorette membersihkan darah yang ia muntahkan barusan.

Lelaki itu merutuki dirinya, kebodohannya karena bisa-bisanya kalah dari Alfred. Dan lagi, ia benar-benar tidak menyangka kalau Alfred bisa menembus rumahnya. Padahal sudah di beri pelindung yang bahkan Redcap tidak bisa menembusnya.

"Erin!!!" jerit Thomas dalam hati, cairan bening itu mengalir begitu saja.

"Tenangkan dirimu, Thom. Aku tahu kau cemas pada Erina. Aku juga sama halnya denganmu. Aku tidak bisa masuk ke area rumahmu, sepertinya Alfred—" Amorette tidak melanjutkan ucapannya saat Thomas berusaha menggerakkan tubuhnya.

"Tidak ... tidak! Kau tidak boleh banyak bergerak dulu karena luka dalammu belum di beri obat. Paman kehabisan obat dan ramuannya, jadi kita tunggu saja paman pulang." Amorette menahan tubuh Thomas yang tidak bisa tenang.

"Erin...." desis Thomas, Amorette mengangguk pelan.

"Percaya padaku kalau Erina akan baik-baik saja. Alfred tidak akan membawa Erina ke mana-mana. Anak kalian akan melindungi Erina!" Thomas menggeleng, ia ingin Erina ada di sampingnya.

My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang