Tujuh bulan kemudian...
Thomas terpaksa membawa Erina pulang ke rumah mereka karena Erina terus merengek dan ia juga sering menangis.
Pasalnya, sudah sejauh ini Erina belum juga hamil membuat Erina putus asa. Robert juga sudah membantu Erina, tapi tidak membuahkan hasil. Selama tujuh bulan mereka melakukan pengobatan, tapi semuanya sia-sia.
Thomas mengikuti langkah Erina dari belakang, gadis itu kini sedang menyusuri ladang lavender. Ia sama sekali tidak mau berbicara, wajahnya memancarkan kesedihan yang mendalam.
Erina menghentikan langkahnya, ia membalikkan tubuhnya membuat Thomas juga berhenti.
"Erin...." desis Thomas maju beberapa langkah. Ia memegang bahu Erina yang menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kau pembohong, Thomas! Kau mengatakan kalau kita melakukannya, aku akan hamil!" pekik Erina, lalu tangisnya pecah lagi membuat Thomas merasa tidak tega.
Ia memeluk Erina dengan erat, "maaf, kita sabar saja dulu...." ucap Thomas membuat Erina menggeleng.
"Kau selalu menyuruhku bersabar, sudah selama ini aku bersabar, Thom!" jeritnya tertahan.
"Erin, mungkin Tuhan belum memberikannya, jadi kita harus bersabar dan berusaha lebih keras lagi, oke?" Erina mendongakkan kepalanya. Ia menggeleng pelan.
"Thom, Erica bahkan dengan mudah punya anak. Greya, dia sebulan setelah menikah sudah hamil, ibuku juga sedang hamil. Lalu, kenapa aku tidak bisa? Kenapa aku sulit untuk hamil? Apa aku memang tidak bisa punya anak?" tanya Erina, lalu ia membenamkan wajahnya di dada lelaki yang memeluknya.
"Kau bisa hamil, bisa punya anak. Tapi, belum waktunya," ucap Thomas dengan sangat lembut.
"Jadi aku harus bersabar lagi?" tanya Erina.
"Benar, pokoknya kau tidak boleh menyerah hanya karena belum di beri keturunan, mengerti?" Erina mengangguk-angguk.
Erina melepaskan diri dari Thomas, lalu ia berbaring di rerumputan. Thomas juga melakukan hal yang sama.
Ia memindahkan kepala Erina ke lengannya."Thom, saat nanti ibuku melahirkan, aku ingin ada di sana. Bisa kah?" tanya Erina.
"Tentu saja, Sayang. Nanti aku akan menyuruh Amorette pulang dan kau bisa di sana bersama mereka beberapa saat," jawab Thomas. Erina memejamkan matanya sejenak.
"Apa kau ikut denganku? Atau kau akan membiarkan aku sendirian?" Thomas memiringkan tubuhnya, ia mengelus pipi Erina yang tirus menggunakan sebelah tangannya.
"Aku akan selalu ada di sisimu," bisik Thomas, Erina hanya mengangguk.
"Apa kau mau berjanji padaku untuk tidak meninggalkan aku?" tanya Erina tanpa menatap Thomas yang sedari tadi menatapnya.
"Aku berjanji, Erin. Percaya padaku," ucap Thomas penuh keyakinan.
"Aku akan memegang janjimu. Kalau kau sampai mengingkari janjimu, aku akan memotong organ vitalmu sampai putus dengan menggunakan tanganku sendiri!" ucap Erina dengan polosnya sambil sebelah tangannya mencengkeram tangan Thomas dengan kuat.
"Kau dengar?" tanya Erina melepaskan tangannya.
Thomas menghembuskan napasnya dengan kasar, lalu ia menarik Erina ke atasnya.
"Erin, kenapa kau kejam sekali, hmm?" tanya Thomas memelas.
"Aku tidak kejam," elak Erina sembari mengerucutkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband
RomanceSeri ke-III My Protective Husband [21+ Bijaklah memilih bacaan] Aku akan mengambil kembali wanita yang sudah seharusnya menjadi milikku!!! -Thomas Evangelos- -ROMAN-FANTASY-