Part 13

83.4K 4.2K 254
                                    

Sudah dua bulan berlalu, kandungan Erina juga sudah memasuki bulan ketiga satu minggu. Perut itu sudah tidak rata lagi, dan hari ke hari Erina selalu membuat Thomas kewalahan.

Untung saja Thomas mempunyai kesabaran yang luar biasa besar dalam menghadapi sikap Erina yang berubah-ubah.

Namun meski begitu, Erina mampu menghibur hati Thomas yang kadang mulai jenuh melihat sikap Erina. Erina mampu memperbaiki mood Thomas.

Ternyata sikap polos Erina tidak berhenti hanya seperti selama ini, tapi juga saat perutnya perlahan-lahan membuncit.

"Thom, aku semakin gendut. Perutku juga membesar," kata Erina beberapa waktu lalu saat ia menyadari perubahan tubuhnya.

Thomas menjawab, "itu karena kau dan kandunganmu berkembang, Erin," katanya sambil tersenyum.

Namun pernah sekali Thomas lepas kendali melihat sikap Erina membuat wanita itu hampir keguguran. Hal yang paling ditakuti Thomas hingga sekarang karena kandungan Erina masih bisa dikatakan rawan keguguran.

Karena ia tahu, Erina tidak mengerti bagaimana mengurus kandungannya.

Saat mereka bertengkar, Erina mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa Thomas lupakan hingga sampai sekarang.

Tepatnya saat kandungan Erina menginjak usia dua bulan. Masa-masa Erina benar-benar labil dan seperti anak-anak.

Saat itu, hari sudah larut malam. Namun tiba-tiba saja Erina ingin melarikan diri tanpa sebab membuat Thomas marah besar. Karena tindakan Erina tersebut sangat berbahaya, apa lagi kekuatan Thomas yang sudah mulai melemah.

Erina yang keras kepala malah memaki-maki Thomas begitu juga Thomas yang balas memarahi Erina.
Membuat Thomas mengucapkan kata-kata yang tidak ia sadari.

"Kalau kau tidak sedang hamil, sudah kubunuh kau!" bentak Thomas saat itu. Kata-kata yang menohok hati Erina, kata-kata yang terlontar dari mulut berbisa Thomas itu membuat pikiran Erina benar-benar kacau.

"Maka bunuh saja sekarang atau setelah bayiku lahir, kau bisa membunuhku!" kata Erina sambil menangis saat itu.

Meski sekarang mereka sudah berbaikan, tapi Thomas masih kepikiran terus. Ia juga yakin Erina tidak lupa akan hal itu. Thomas sudah mencoba menghapus ingatan itu, tapi tidak berhasil.

Thomas mengelus perut Erina yang sedang tidur siang, ia menatap lekat wajah Erina. Pikirannya berkecamuk dan penuh kekhawatiran pada Erina.

Karena semakin hari, sikap Erina semakin aneh. Kadang suka marah-marah tidak jelas, kadang menangis, bahkan suka merajuk. Tubuh Erina seperti ada yang mengendalikan dari dalam. Thomas sudah menanyakan hal itu kepada kedua orangtuanya, tapi mereka mengatakan kalau itu bukan masalah besar selagi Erina masih mau di bujuk.

Thomas menutup perut Erina, lalu ia berbaring di setelah Erina. Ia mengusap peluh keringat yang membasahi kening dan leher Erina.

Mengecup kening Erina saat wanita itu membuka matanya.

"Thom, aku mimpi buruk," kata Erina membuat Thomas melepaskan kecupannya.

Erina memiringkan tubuhnya agar berhadapan dengan Thomas, ia membenamkan wajahnya di dada lelaki itu.

"Apa yang kau mimpikan?" tanya Thomas lantas memeluk Erina dengan erat sampai perut mereka bersentuhan.

"Aku bermimpi, dalam mimpi itu perutku sudah sangat besar. Namun aku di culik dan di kurung di sebuah menara," kata Erina mengingat kembali isi mimpinya.

Hal itu tentu saja membuat Thomas cemas, "siapa yang menculikmu?" tanya Thomas dengan lembut.

Erina berpikir sejenak, "emh, seorang pria yang gagah, katanya dia adalah iblis pencabut nyawa. Aku kan jadi takut," jawab Erina bergidik ketakutan.

My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang