Part 2

292K 10.8K 565
                                    

Erina menjinjing kotak bekal di kedua tanganya. Senyum di bibirnya seakan tidak pernah pudar dari wajah gadis itu.

Erina berhenti melangkah saat ia sudah sampai di depan gerbang taman kanak-kanak tempat ia mengajar.

Sebelum melangkah masuk, Erina melihat ke sekitar, Erina menaikkan sebelah alisnya saat ada seorang lelaki yang mengamatinya secara terang-terangan. Tapi sayangnya, Erina tidak bisa melihat sepenuhnya wajah lelaki itu.

"Siapa dia?" tanya Erina pada dirinya sendiri. Erina kembali melihat ke sekitar, lalu melanjutkan langkahnya dengan santai.

"Mungkin dia orang suruhan daddy yang mengawasi aku," desis Erina sambil terus melangkah.

Setelah sampai di ruang kelas yang masih kosong, Erina meletakkan bekalnya di atas meja, ia juga meletakkan tasnya di samping bekal tersebut.

"Aku hanya menunggu beberapa saat lagi, pasti kelas ini akan ramai lagi seperti biasanya. Aduh, aku jadi tidak sabar menunggu Mike—putra Agel dan Erica- bisa cepat berjalan," kata Erina dengan wajahnya yang berbinar-binar. Ia memang gemas pada Mike dan juga sudah merindukan keponakannya yang lucu.

Erina melangkah keluar dari dalam ruangan kelas, ia melangkah menuju kamar mandi yang tidak terlalu jauh dari kelas.

Saat sudah di dalam kamar mandi, Erina mencuci tangannya, ia menatap dirinya dalam cermin.

"Ternyata aku cantik juga, aku lebih cantik dari Rica, dan lebih seksi juga," kata Erina memuji dirinya sendiri.

"Itu memang benar, Erin...." suara berat itu membuat Erina terlonjak kaget. Erina kontan membalikkan tubuhnya dan ia menabrak tubuh kokoh di depannya.

"Astaga, dadanya bidang sekali," ucap Erina tanpa sadar. Lelaki di depan Erina terkekeh membuat Erina tersadar kembali.

"Hei ... ini toilet wani...." belum sempat Erina menyelesaikan ucapannya, tapi bibirnya sudah di lumat habis oleh lelaki yang tak di kenal olehnya.

Erina melenguh, matanya tidak dapat terpejam, ia tak membalas ciuman lelaki asing itu, tangannya mencengkeram kuat lengan lelaki yang memegang pinggang kecilnya.

"Tutup matamu, dan lakukan seperti yang aku lakukan padamu, mengerti?" Erina menggeleng. Hanya matanya yang terpejam, membiarkan lelaki itu menciumnya sesuka hati.

Ini semua terasa tidak asing, aku seperti sudah sering melakukan ini, batin Erina. Saat ia membuka matanya, Erina terlonjak kaget lalu mendorong kuat lelaki yang merengkuhnya dengan erat.

"Astaga, ini di mana? Kenapa aku bisa ada di tempat seindah ini?" tanya Erina dengan kegirangan. Erina melompat ke sana-sini lalu ia menghampiri lelaki yang memakai pakaian serba hitam itul.

"Tempat ini seperti yang ada di mimpiku, aku suka lavender. Terima kasih, Tuan, akhirnya aku bisa ke tempat ini," kata Erina lantas kembali melompat-lompat seperti anak kecil.

"Tidak masalah, Erin. Ini memang milikmu," kata lelaki itu mengikuti langkah Erina dari belakang.

"Milikku? Benarkah?" tanya Erina polos yang mendapat anggukan.

"Aku tidak pernah merasa seperti itu,aku rasa ini mimpi yang paling indah," kata Erina, lalu tiba-tiba ia berhenti melangkah.

"Hei, kenapa kau bisa tahu namaku? Kenapa kau bisa tahu kalau aku suka bunga lavender? Yah, meski aku tahu kalau aku ini punya banyak fans, tapi kau benar-benar yang paling keren!" kata Erina dengan percaya diri.

My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang