Part 7

200K 6.1K 106
                                    

"Emh ... Thom ... kita pulang saja," desah Erina melepaskan diri dari Thomas. Thomas mengangguk lalu ia memperbaiki rambut dan pakaian Erina yang sangat berantakan.

"Kau semakin pintar dan nakal, Erin...." kata Thomas, ia mengecup bibir Erina sekali lagi.

"Kau yang mengajariku dan membuat aku seperti ini, Thom," balas Erina sembari mengerlingkan sebelah matanya pada Thomas.

Thomas hanya tertawa pelan, ia lalu melajukan mobilnya pulang ke rumah.

Diperjalanan, Erina terus bergelayut manja dan menggoda Thomas membuat lelaki itu harus ekstra sabar menahan diri. Pikirannya juga tidak bisa konsentrasi pada jalanan membuat Thomas beberapa kali hampir menabrak pepohonan.

Setelah mobil sudah berhenti di depan rumah, Erina langsung melepaskan diri dan ia turun lebih dulu dari dalam mobil tanpa menunggu Thomas.

Thomas menyeringai, "sepertinya kau masuk perangkapku, Erin...." desis Thomas lalu ia turun dari dalam mobil. Ia mengikuti langkah Erina yang menuju ladang lavender.

Jantung lelaki itu semakin berdebar-debar. Semakin dekat pada Erina, semakin berdebar pula jantungnya.

"Erina, berhenti di situ, Permaisuriku...!" jerit Thomas membuat Erina berhenti.

"Kemarilah, Thom...." ucap Erina merentangkan kedua tangannya, siap untuk menyambut Thomas.

Thomas mempercepat langkahnya, dan saat sudah berdiri di depan Erina, ia memeluk gadis itu dengan erat.

"Aku pikir kita akan melanjutkan yang tadi di kamar," desah Thomas kecewa.

Erina meremas punggung Thomas, lalu ia mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah tampan Thomas.

"Apa setelah kita melakukannya aku akan hamil seperti ibuku? Apa nanti aku akan mempunyai anak yang lucu seperti Mike?" tanya Erina penuh harap.

"Kalau pun kita melakukannya, belum tentu kau hamil, Erin...," ucapan itu membuat Erina menundukkan kepalanya. Tatapan matanya yang tadi berbinar-binar kini berubah menjadi redup.

"Apa kita harus melakukannya berulang-ulang?" tanya Erina dengan pelan.

"Semoga saja," kata Thomas yang merasa kasihan melihat Erina yang wajahnya kini murung sekali.

"Baiklah, mari kita coba," kata Erina, tapi tidak ada gairah sama sekali dalam wajahnya.

Thomas menarik dagu Erina agar gadis itu menatapnya. Ia menatap Erina dengan sendu, lalu Thomas mendekatkan wajahnya ke wajah Erina.

Saat Thomas hendak mencium bibir Erina, gadis itu meletakkan jari telunjuknya di bibir Thomas.

"Aku mohon Erin, jangan tolak aku lagi, Sayang...." ucap Thomas memohon.

Erina menggeleng, "aku tidak mau, Thom. Kau ingin melakukannya di sini? Bagaimana kalau ada yang mengintip?" tanya Erina dengan wajahnya yang polos.

Thomas menggertakkan giginya, lalu ia menggendong Erina dan membawa Erina masuk ke dalam rumah dengan langkah yang sangat-sangat tidak sabaran.

Erina tersenyum dalam hatinya, meski ada rasa takut karena ia belum pernah melakukannya atau ia bukan gadis yang berpengalaman.

Setelah sudah ada di kamar, Thomas membaringkan Erina. Lalu ia mengunci pintu dan juga jendela agar tidak ada yang mengganggu aktivitas mereka nantinya.

Thomas membuka kancing kemejanya, ia membuangnya ke sembarang tempat lalu ia mendekati Erina yang cekikikan melihat Thomas yang tidak sabaran.

"Santai saja, Tuan. Aku tidak akan ke mana-mana," ucap Erina mengerlingkan matanya pada Thomas.

My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang