Suara flash trigger dari kamera memenuhi ruang studio pemotretan siang itu.
Mi Bi mengenakan topi fedora berwarna coklat susu dengan kemeja putih bergaris-garis hitam dan skirt berwarna coklat. Tak lupa kitten heels yang senada dengan topinya. Ia tengah beraksi didepan kamera dengan pose-pose yang menakjubkan.
"Oke, kita akan istirahat sepuluh menit lalu kita lanjut dengan Jung Gie," ucap sang fotografer setelah ia mengambil gambar Mi Bi untuk yang terakhir. "Kerja bagus, Mi Bi-ya. Kau boleh pulang."
Gadis itu melebarkan senyumnya saat mendapat pujian dari Ji Ho, sang fotografer. "Gomawo, oppa," ucapnya sambil membungkuk dan ia pergi menuju ke ruang makan yang selalu disediakan oleh staff di studio.
Ketika ia tengah berjalan menuju ruang makan, ia berpapasan dengan Jung Gie, mantan kekasihnya. Walaupun mereka sudah putus, namun agensi mereka masih terus memaksakan mereka untuk menjadi partner dalam pemotretan couple karena publik menyukai pasangan Jung Gie dan Mi Bi. Bahkan agensi menutupi masalah putusnya mereka dari publik agar semua orang masih percaya kalau Mi Bi dan Jung Gie masih berpacaran.
Tatapan mata kedua saling bertemu dan mereka membeku ditempatnya masing-masing. Tiba-tiba Jung Gie menyeringai kearah Mi Bi.
"Aku dengar kau melakukan pemotretan dengan si mayat hidup beberapa hari yang lalu," katanya dengan nada sarkas. Ia melipat kedua tangan di depan dadanya.
Mi Bi mendengus sambil membuang mukanya ke arah lain lalu kembali menatap Jung Gie dengan tajam. "Tidak ada urusannya denganmu."
Tawa sarkasme terdengar keluar dari mulut Jung Gie. "Oh, aku tidak ingat kau bisa bersikap dingin seperti ini. Biasanya kau bersikap hangat bahkan manja. Apalagi saat diatas ranjang."
Mi Bi menggeram mendengar perkataan Jung Gie. Ia harus menenangkan dirinya jika tidak ingin menarik perhatian sekitar. "Aku menyesal dengan keputusanku dulu untuk berselingkuhan denganmu. Aku terlalu bodoh dan dibutakan."
"Well, itu bukan salahku. Kau saja yang mudah terpengaruh dan terbawa suasana."
"Tapi setidaknya aku tidak memanfaatkan orang lain demi keuntungan sendiri. Bahkan aku tidak sebrengsek dan sepengecut itu untuk memanfaatkan seorang gadis. Aku tidak percaya akan bertemu dan jatuh kedalam perangkap seorang pria pengecut sepertimu. Pantas saja dulu Hye Jeong eonni meninggalkanmu sebelum kita saling kenal."
Napas Jung Gie semakin memburu akibat semua perkataan Mi Bi. Ia melayangkan telapaknya ke udara dan bersiap untuk menampar pipi putih berpolesan blush on berwarna peach yang terlihat natural.
Ketika tangan itu hampir mendarat, tiba-tiba seseorang langsung menggenggam pergelangan tangan pria itu dengan erat untuk mencegah telapak tangan itu mendarat di pipi Mi Bi.
Mi Bi yang awalnya menutup rapat kedua matanya dan siap menerima tamparan yang ia yakini pasti sakit, langsung membuka matanya dengan perlahan. Ia heran kenapa tidak ada tangan yang menampar pipinya. Ia terkejut melihat sosok lain yang mencegah tangan Jung Gie.
"Kau memang pengecut, Jung Gie-ssi," ucap Yoongi dengan suara dingin dan menatap tepat ke mata Jung Gie. "Kau bahkan bukan seorang pria karena sudah memiliki niat untuk melukai seorang wanita."
Jung Gie menyentakkan tangannya agar lepas dari cengkraman Yoongi. Lalu mereka berdua saling bertatapan dengan sorot kebencian memenuhi mata keduanya.
"Apa lihat-lihat?" Sergah Yoongi sambil masih menatap Jung Gie. "Kau naksir padaku? Laki-laki pengecut sepertimu seharusnya mati saja."
"Kau!" Bentak Jung Gie. Lalu ia pergi meninggalkan Mi Bi dan Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanesce || Min Yoongi [NC]
Fanfiction[ WARNING 21+ || 1st Book of Evanesce || COMPLETE STORY] "Kita terbakar layaknya kembang api, tetapi hanya abu yang tersisa" - Min Yoongi "Hasrat yang membara berubah menjadi abu" - Shin Mi Bi