Ini tidak adil. Kenapa saat semuanya mulai membaik harus berakhir seperti ini? Tidak bisakah Tuhan berhenti mempermainkan nasibku? Aku ingin merasa bahagia lagi seperti dulu sebelum aku membuat kesalahan.
Mi Bi hanya menatap jalanan di Yunani dari balik kaca taksi yang ia tumpangi. Wajahnya dan suasana hatinya benar-benar kacau hingga ia langsung keluar dari restaurant lalu menumpangi taksi yang berhenti tepat didepan restaurant dan meninggalkan Yoongi.
Seharusnya aku tahu kalau Yoongi oppa sudah memiliki gadis lain. Aku egois. Gadis itu terus menyalahkan dirinya. Tangannya mencengkram ujung bajunya dengan kuat dan kepalanya menunduk melihat kearah tangannya.
Taksi itu berhenti didepan hotel dan Mi Bi langsung membayarnya sebelum keluar dari taksi tersebut. Kakinya bergerak dengan cepat memasuki hotel itu dan menuju ke front office untuk meminta kunci kamarnya. Langkahnya berlanjut ke elevator yang membawanya ke lantai kamar tempat ia menginap.
Tangan gadis itu bergetar saat ia berusaha memasukan kunci kamarnya ke lubang kunci dan membuka pintunya, bahkan getarannya terasa saat ia memutar kunci itu. Mi Bi buru-buru mengemasi barang-barangnya yang terdapat dikamar itu. Ia sudah tidak sanggup lagi kalau sampai harus menunggu satu malam bersama Yoongi dikamar itu. Lebih baik ia tidur di bandara atau segera mencari tiket penerbangan hari ini juga daripada harus berhadapan dengan Yoongi.
Sebenarnya bukan salah Yoongi kalau ia tidak memberitahu yang sebenarnya ke Mi Bi tentang Yebin. Tidak. Itu salah Yoongi oppa juga. Kalau ia memberitahuku sejak awal, aku tidak akan sesakit ini. Aku sudah terlalu dalam menaruh harapan kepada Yoongi oppa bahkan sampai saat ini. Batin gadis itu.
Ya. Mi Bi menyadari harapan yang dia berikan kepada Yoongi hanya menjadi harapan kosong sekarang. Semuanya yang ia pertaruhkan selama ini hanya menjadi sia-sia. Bahkan saat ini Mi Bi dapat membayangkan dan mendengar cemooh apa yang akan dilontarkan staff dikantornya dan teman-temannya jika tahu apa yang terjadi dengan dirinya dan Yoongi sekarang. Ia dapat membayangkan teman-temannya menganggap dirinya gadis bodoh dan tidak tahu diri karena berusaha kembali ke mantan kekasihnya yang sudah memiliki gadis lain.
Tapi Mi Bi hanya ingin satu kali kesempatan. Satu kali untuk menebus semua kesalahan, kebodohan dan keegoisannya dulu. Ia ingin membuat Yoongi bahagia lagi karena dirinya setelah semua sakit hati yang ia berikan kepada pria pucat itu. Atau setidaknya mendengar langsung dari Yoongi jika ia bahagia bersamanya tanpa merasa ada beban saat mengucapkannya. Benar-benar ucapan dari hatinya.
"Mi Bi-ya."
Gadis itu langsung menoleh dan mendapati Yoongi berdiri di ambang pintu. Raut wajah pria itu terlihat berantakan, bahkan rambut dan pakaiannya juga tidak seperti yang ia lihat sebelumnya.
"Apa?" Mi Bi melanjutkan mengepak pakaian dan memasukkannya kedalam koper. "Aku akan pergi dari sini. Jadi Ye Bin bisa tenang. Aku tidak akan mengganggu oppa lagi seperti janjiku yang sebelumnya."
Kedua tangan gadis itu mencengkram kuat-kuat ke baju yang tengah ia pegang. Satu tetes air matanya jatuh kepunggung tangannya. "Seharusnya kita memang tidak seperti dari awal. Seharusnya aku tidak merengek meminta kembali padamu. Seharusnya aku tidak ikut liburan ini bersamamu. Seharusnya aku tidak membiarkan oppa menyentuhku."
Kedua tangan Mi Bi bergetar saat menutup resleting koper miliknya. Semua perasaannya ia tumpahkan dalam bentuk air mata. "Tapi nasi sudah menjadi bubur. Aku tidak bisa mengembalikan waktu juga," kedua kaki Mi Bi bergetar saat ia mencoba berdiri. Tangannya menggenggam pada pegangan di kopernya.
Ketika gadis itu berbalik, tiba-tiba Yoongi memeluknya dengan erat. Sangat erat. Bahkan Mi Bi tidak ingat apakah pria itu pernah memeluknya seerat ini sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanesce || Min Yoongi [NC]
Fanfiction[ WARNING 21+ || 1st Book of Evanesce || COMPLETE STORY] "Kita terbakar layaknya kembang api, tetapi hanya abu yang tersisa" - Min Yoongi "Hasrat yang membara berubah menjadi abu" - Shin Mi Bi