BAB9

80 10 0
                                    

Karena hukuman tadi, aku sekarang berada ditempat yang paling aku benci.

UKS! Sialan!

Ya karena terlalu lelah. Tapi,tunggu? Kak Satria ada disini? Duduk disamping ranjang UKS?

Ada apa dia disini?!

Ia mendongkak sontak akupun membuang muka dari hadapannya.

"Bagaimana perasaanmu?" Ia menarik selimut untuk menyelimutiku.

"Aku merasa lebih baik Kak, ngomong - ngomong kenapa kakak ada disini?" Dia kembali duduk.

"Hanya menemanimu."

"Aku baik - baik saja Kak, Ak-aku akan kembali ke kelas." Aku mencoba bangkit dari kasurku. Tapi mengapa tubuhku sangat lemah? membuatku terjatuh.

Kak Satria memegangiku agar tidak terjatuh.

"Kau harus istirahat. Karna hukuman brengsek tadi tubuhmu menjadi lemah." Ia menidurkan diriku ke kasur seperti semula.

Tak lama kemudian, bel pulang berbunyi. Dan aku segera siap siap pulang. Ya, tas ku sudah ada di UKS, Marissa yang membawanya kemari.

"Biar kuantar kau pulang." Kak Satria menjulurkan tanganya. Akupun menurutinya.

Tapi kemana Hendy? Ia tidak menjenguku? Ah masa bodoh!

                       ***

Sesampainya dirumah, aku bergegas mencari obat untuk mengurangi rasa lelahku.

Tapi tiba - tiba saja ponselku berdering.

Hendy is calling ...

"Halo?Zahra?"

"I-iya?"

"Kenapa kau tidak bilang kalau kau sakit?"

"Kau tahu dari mana?"

"Dari Dafa temanku."

Oh sialan! aku memang melihat Dafa juga sedang sakit di UKS tadi. Apa jangan jangan Dafa juga bilang kalau aku bersama Kak Satria--Ah sudah lah.

"Zahra!kau baik baik saja?"

"Ah- iya iya aku baik"

"Ah sudah lah! beristirahat dan jangan lupa minum obat."

Oke! sekarang ia mudah marah, Entah kenapa.

Tanpa memperdulikan Hendy, aku langsung mencari kontak Line Kak Satria.

Oh ini dia!

'Satria Laksana'

"Hai kak"

1 detik ...

2 detik ...

Ting Tong!

Yes! dibalas!

Batinku meloncat kegirangan.

Tunggu. Mengapa aku senang? Aku hanya ingin berterimakasih padanya.

"Hai."

"Aku ingin berterimakasih kak."

"Untuk apa?"

"Karena sudah menemaniku selama hukuman tadi, dan juga UKS"

"Tidak masalah."

Aku hanya tersenyum, tidak membalas pesannya.

Tapi! Kenapa Hendy tiba - tiba marah saat aku tidak memberi tahu nya jika aku sakit?

MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang