BAB11

65 9 0
                                    

Mulutku kini membentuk huruf 'O' sempurna dan aku juga membelakan mataku karna kaget.

"Aku tidak mau! Aku kira kita akan audisi berkelompok." Ucapku dengan gelisah.

"Sudahlah Zah, kau terlanjur ikut audisi." Ujar Anita.

Oh baiklah! Aku akan menyanyi didepan juri,kamera,dan teman teman.

Sungguh ini diluar kendaliku.

Berjalan menuju tempat daftar ulang, aku merasa detak jantungku berdegup kencang.

"Ok, aku bisa." Aku berbicara pada hatiku.

Setelah selesai daftar ulang, aku kembali latihan. Dua lagu yang ku pilih, yang pertama 'Kau adalah' yang kedua 'Cinta dan rahasia', Sungguh lagu yang mewakili perasaanku saat ini.

Saat lirik demi lirik ku alunkan, tiba - tiba saja aku memikirkan Hendy, Ya Hendy, aku ingat. Saat Anniversary hubungan kita, Ia membuat video dengan lagu 'Kau Adalah' .

Sungguh menyedihkan, baru setengah tahun aku ditinggal olehnya, aku sudah merasa sangat rindu seperti tak bertemu 100 tahun.

"Zahra, kau habis ini." Salah satu penjaga tempat audisi tersenyum padaku.

Ok, kini detak jantungku sangat--bahkan sangat sangat cepat, tanganku dingin, kaki ku bergetar. Aku tak percaya diri!

Kini saatnya aku menampilkan bakatku.

Menarik napas secara perlahan lalu menghembuskannya secara perlahan juga.

Mengambil langkah kecil, aku masuk ke dalam ruangan tapi anehnya aku tak meras gugup lagi.

Huft, aku merasa jantungku hilang! Haha.

"Aku dan dirimu sudah jadi satu didalam ikatan percaya ooh."

"Ini asmaraku ini asmaramu kamu makin sempurna."

Sialan! Saat lirik itu kunyanyikan aku langsung terpikirkan Hendy. Wajahnya muncul dipikiranku.

Aku senang melihat juri menari diikuti alunan suaraku.

Dan wow! aku bisa menyelesaikan lagunya dengan lancar, Terimakasih Tuhan.

Dengan senyum yang tercetak di wajahku, aku keluar dari ruangan tadi.

"Yeay!!!" Aku berteriak sambil meloncat, semua orang menoleh ke arahku sekarang.

Malu? tentu tidak.

Sebutlah aku ini memalukan, urat maluku sudah putus saat ini.

"Zahra!!" Mendengar panggilan itu aku langsung menoleh ke bawah.

"Apa!?" Aku membalasnya dengan teriakan juga.

"Kemari!" Ucap temanku di sana.

Secepat kilat aku menuruni anak tangga dan hampir saja aku terjatuh.

                        ***

Aku merebahkan tubuhku le kasur yang sangat kucintai setelah Hendy.

Saat aku hendak terlelap, aku merasakan getaran disebelahku.

drrttt... drrttt...

Ponselku bergetar dan saat aku melihat ke layar ponsel aku terdiam karna syok.

"Ini aku:)"

Pesan ini begitu aneh, tapi perasaanku menyatakan itu Hendy. Ya! Hendy.

Lantas aku langsung menghubungi nomor tersebut.

Bravo! Tersambung.

"Ha-halo" Aku gugup dan terbata - bata.

Tapi nasibku sangat malang, ia memutuskan telfon nya.

MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang