BAB19

54 3 0
                                    

Sesampainya di rumah, Zahra tidak bertemu dengan orang tuanya. Ia berfikir mungkin orang tuanya masih berada di kantor.

Tiba - tiba Zahra teringat akan sesuatu.
Shiren. Ya dia.

shiren mengenal Zahra. Tapi mengapa Zahra tak mengenalnya?

Apa mungkin Zahra pernah kecelakaan lalu hilang separuh ingatanya? Oh Tidak.

Zahra berjalan memasuki kamar kesayanganya. Tak lama setelah itu Zahra menanggalkan pakaian nya untuk membersihkan tubuh lengket nya akibat tadi ia berlari. Sampai saat ini ia masih merasa kacau karna itu ia sedikit lama di kamar mandi.

Disisi lain, Rafa mengetuk pintu rumah Zahra, dan akhirnya pembantu dirumah itupun membukanya dan membiarkan Rafa masuk.

"Mana Zahra?" Tanyanya pada pembantu--atau asisten? itu lebih baik.

"Non Zahra sedang dikamarnya. kau bisa menemuinya disana." Jelas asisten itu dengan sigap Rafa mengangguk lalu berjalan menuju kamar Zahra.

KNOCK! KNOCK!

Setelah Rafa mengetuk pintu berwarna putih tulang itu, Rafa tak mendapat jawaban. Akhirnya Rafa masuk dan pintu nya pun tidak dikunci.

Pendengaran Rafa menangkap adanya suara percikan air dari dalam kamar mandi dengan cepat ia keluar dari kamar Zahra ketika ia berhenti mendengar percikan air itu.

Setelah lama menunggu di depan kamar Zahra, Rafapun mengetuk pintu itu lagi.

"Masuk saja." Begitu Zahra mengizinkan nya, Rafa berjalan masuk.

Zahra's POV

Mataku membelak lebar saat Rafa masuk ke dalam kamarku. Beruntung aku sudah memakai pakaianku.

Tapi seketika badanku memanas, badanku mulai berkeringat,hatiku sesak dan penuh amarah ketika mengingat beberapa saat lalu Rafa sedang bersama Angel.

"Zahra? Kau baik?" Tanya Rafa seraya berjalan mendekatiku. Dengan spontan aku berjalan mundur.

Jangan! jangan sampai aku membentaknya.

Aku mengepalkan tanganku menahan penyakit ini.

Tapi Rafa semakin mendekat.

"JAUHI AKU!" Sial! Aku membentak Rafa.

"Ka-kau? apa penyakit sialan mu itu kambuh lagi? apa yg membuatnya kembali kambuh?" Pertanyaan bertubi - tubi yang ia berikan membuatku semakin kesal. Dengan satu gerakan aku mendorong Rafa sampai Rafa tersungkur ke belakang dan kepalanya terbentur dinding kamarku.

Rafa's POV

Sialan! penyakit Bipolar itu membuatnya menyakiti orang - orang disekitar nya.

Aku meringis kesakitan ketika ia mendorongku hingga kepalaku terbentur dinding.

"Rafa kau tak apa? Uh maafkan aku Rafa." Zahra datang menghampiriku dengan tatapan lembutnya.

Syukurlah ia sudah berubah kembali.

Zahra membantuku berdiri dan duduk di pinggiran kasurnya.

Seketika itu mataku dan matanya bertemu. Sampai beberapa detik kemudian Zahra melepaskan genggamannya.

Zahra's POV

Ketika matanya bertemu dengan mataku aku kembali mengingat kejadian di cafe itu. Dengan cepat aku merasa diriku kembali memanas, keringat kembali bercucuran nafaskupun kini tersengal - sengal menahan amarah yang akan meledak.

"Tolong tinggalkan aku." Ucapku dengan perlahan agar tak membentaknya.

"Zahra kau meng---"

"PERGI!" Bentakku memotong pembicaraannya.

MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang