BAB8

83 8 0
                                    

Aku berlari menuju kelas.

"Oh My God!!" Aku berteriak saat di dalam kelas.

"Zahra kenapa?" Gerutu teman sekelas.

"My god! Matanya!" Aku kembali berteriak.

"Ciee." Seru teman tamanku.

Aku menghempaskan bokongku ke kursi tapi temanku menarik kursiku.

BRUK.

"Aw!" Aku terjatuh kelantai dan sekarang bokongku sangat sakit.

"Siapa yang melakukan ini!!?" Aku melototti semua temanku yang sedang membungkam mulut mereka menahan tawa.

"HaHaHa." Satu temanku tertawa lepas.

Pasti dia orangnya!

"Calvine!!!" Aku mengejarnya mengelilingi kelas.

                         ***

Sampai aku dirumah bokongku masih terasa sakit.

Sialan Calvine!

drrttt... drrttt...

ponselku bergetar tanda pesan masuk.

Unknown number.
"Jika kau tidak menjauhi Hendy. Nyawa kau Hendy terancam."

Sontak membuat tubuhku mematung ditempat.

Siapa ini! Apa yang ia inginkan?

Aku tak membalas pesan dari orang yang tidak jelas asal usulnya itu.

Aku masih mematung ditempat.

"Zahra?" Ibuku memecahkan lamunanku.

"I-iya bu?" Aku menunduk seraya memainkan ujung bajuku.

"Ada apa? kenapa kau terlihat khawatir?"

"Tidak bu,aku hanya sedikit kecapean" Aku mengigit bibir bawahku.

Semoga ibu percaya, semoga ibu percaya.
Aku mengulang kata kata itu dalam otakku.

"Baiklah kau istirahat sekarang ya" Ibuku berjalan mundur dan menutup pintu kamarku.

Aku mendesah lega dan sejurus kemudian mengecek ponselku.

Kenapa Hendy tidak menghubungiku?

Sial! Aku merasa cemas sekarang.

Aku mencoba menelfonnya tapi tidak di angkat.

Tapi tiba - tiba hpku bergetar.

Amelia.
"Zahra? bisakah kau datang kerumah sakit sekarang?."

Oh kakak nya Hendy.

Lantas aku berlari menuju mobil dan membalas cepat pesan itu.

                        ***

TOK!TOK!TOK!

Dengan sigap aku mengetuk pintu.

Aku tambah khawatir.

Ada apa dengan Hendy?

Saat pintu terbuka terlihat Kakaknya Hendy tersenyum padaku.

"Ayo masuk cepat, ia membutuhkanmu." Amelia menarikku masuk dengan cepat.

Ia membawaku ke kamar Hendy. Saat pintu dibuka, aku melihat sosok laki - laki yang terkulai lemas diranjang nya. Ia sangat pucat.

Bahu ku merosot melihat Hendy begitu pucat.
Secara naluriah aku berlari lalu mendekapnya dalam pelukan.

MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang