BAB3

135 12 0
                                    

"Selamat pagi" pesannya.
aku kaget seakan tak percaya.

"Ada apa?." jawabku singkat.

"Tidak ada. apa kau sudah makan Ra?"
Lagi lagi dia perhatian padaku.

"Aku baru bangun. dan kau yang mengganggu ku!" sentakku dalam hati.

"Well, cepat mandi. aku dan Saddam akan datang kerumahmu."
si bajingan ini seperti mengontrolku.

Saddam adalah teman nya Rafa sekaligus aku saat di SMP.

dengan cepat aku memasuki kamar mandi.

selesai memakai baju aku langsung menemui temanku yang tak jauh rumah nya dari rumahku.

drrttt... drrttt..

"Kau dimana!" sial!aku lupa Rafa dan Saddam akan datang ke rumahku hari ini.

"Aku dirumah temanku. Ada apa?" jawabku seperti tidak tahu apa apa.

"Dimana itu?"

"Didekat Sekolah"

"Aku akan kesana" balasnya cepat.

beberapa menit kemudian aku mendengar raungan motor dari kejauhan.

Oh itu motor milik Rafa!

aku melihatnya berhenti dihadapanku. Tapi dia tidak bersama siapapun.

"Kukira kau bersama Saddam?"

"Dia tidak jadi ikut."

oh betapa dingin nya dia.

"Lalu ada apa kau kesini?" kataku mengintrogasi.

"Ada yang ingin ku katakan."

"Oh apa ada hal tidak beres?" aku mengerutkan keningku karna penasaran.

"Mau kah kau menjadi pacarku?"

"Apa kau bercanda Rafa! ini sama sekali tidak lucu!" sentak ku.

"memang tidak lucu. Tapi aku serius, dari sejak dulu aku menyukaimu. dan baru kali ini aku sempat mengatakannya padamu. Dulu aku hendak mengatakannya tapi keburu ada Angga mantanmu itu" dia menatap kedua mataku.
dan sekarang dia berjalan maju kedepanku. hingga otomatis aku mundur karna takut terjadi sesuatu. tapi sial! dibelakangku ada tembok yang menghalangi.

dia semakin dekat. Hingga jarak diantara kami hanya seinci. membuatku susah untuk bernapas.
aku mencium bau khas nya yang seperti bau bayi namun dia bukan bayi.

"Apa jawaban mu?" aku tersentak kaget karna keasikan menciumi bau khasnya itu.

entah dari mana aku mendapatkan anggukan itu.

aku mengangguk meng'iya' kan.

saat itu pula aku mendorong pelan tubuh Rafa agar menjauh dariku tapi dia itu laki laki,jadi doronganku tak berarti apa apa.

Dia langsung memelukku erat, tapi aku tak membalas pelukannya itu karna aku masih kaget akan perlakuannya.

"Aku menyayangimu" bisiknya ditelingaku.
aku tidak menjawab perkataanya karna masih terpaku dengan pelukannya yang semakin erat.
tapi akhirnya dia me
renggangkan pelukannya dariku.

"Well,ayo kita pulang Ra. aku akan mengantarmu" katanya sambil melepaskan pelukannya.

aku menuruti perintahnya tanpa memperdulikan teman ku yang sedang berada didalam rumahnya itu.

aku menaiki motor Rafa. aku tidak berani untuk memeluknya. meskipun aku sadar sekarang dia adalah kekasihku.

perjalanan sore ini sangat macet.
aku menengok ke samping ku. ternyata ada nenek dan kakek sedang menaiki motor vesva dan nenek itu memeluk kakek kakek tua itu.

MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang