제 1 회

773 54 9
                                    

Happy Reading, readers ^_^

***




Pagi yang indah diawal musim semi. Bunga-bunga yang sudah lama bersembunyi karena belaian dingin salju, kini mulai menampakkan dirinya satu persatu, untuk menyambut indah dan cerianya hari ini.

Angin berhembus pelan, dedaunan yang mulai tumbuh seakan menari diujung ranting. Menebarkan aroma yang sangat menghangatkan.

Aroma musim semi.

Aroma yang selalu dirindukan banyak orang.

Hangatnya sinar mentaripun sangat terasa menyegarkan. Menerobos masuk kedalam sebuah ruangan kecil lewat sela-sela jendela yang masih tertutup rapat oleh sebuah gorden berwarna biru langit.

“Haaah…” Seorang laki-laki muda menarik napasnya dalam-dalam saat merasakan hangatnya sinar mentari yang mengganggu tidur nyenyaknya hari ini.

Ini adalah hari baru untuknya.

Nam Woohyun, seorang laki-laki muda berusia 22 tahun yang memiliki segudang talenta. Hidupnya dipenuhi oleh mimpi-mimpi besar yang selalu setia menemaninya yang hanya sebatang kara. Ibu dan ayahnya sudah lama meninggal saat ia berusia 8 tahun karena sebuah kecelakaan mobil, yang memaksanya harus hidup menyendiri dan penuh dengan kesulitan selama 14 tahun terakhir.

Woohyun, begitu biasa ia dipanggil. Ia melirik jam sebentar yang berada diatas meja kecil berwarna putih yang nampak usang disamping tempat tidurnya.

Pukul 08.25.

Ia menghela napasnya sebentar sambil meregangkan beberapa ototnya yang terasa begitu kelelahan. Lalu ia segera bangkit dari ranjangnya dan masuk kedalam kamar mandi sambil menggantungkan sebuah hanruk putih dibahu kirinya.

Untuk ukuran seorang laki-laki, kamarnya termasuk dalam kategori rapi. Ada banyak sekali poster James Ingram, penyanyi favoritnya, yang memenuhi dinding dan langit-langit kamarnya.

Tidak banyak barang-barang yang memenuhi kamar ini. Hanya ada sebuah lemari kecil berwarna biru langit untuk menyimpan segala koleksi buku dan CD favoritnya serta sebuah kayu panjang yang digantung secara horizontal tepat diatas kasur tuanya untuk menggantung beberapa pakaiannya. Ada pula sebuah meja kecil yang sering ia gunakan untuk menyantap makan malamnya atau sekedar menulis sebuah lagu yang diletakkan didekat lemari biru tersebut.

Baginya, musik adalah hidupnya. Dan karena musik, ia memiliki sebuah impian yang terus mendorongnya agar tetap bertahan hidup dan merasakan kebahagiaan meski dalam keterbatasan.

Meskipun kamarnya hanya sebuah ruangan berukuran kecil yang ia sewa dari seorang ahjumma yang usianya sudah cukup tua. Ia selalu memanggilnya dengan sebutan Kang Ahjumma, seorang wanita paruh baya yang ia temui saat ia sedang menagis disebuah taman di daerah Nampo saat kematian appa dan eommanya 14 tahun silam.

Selama ini, Kang Ahjumma selalu mengurusnya dan sudah menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Karena merasa berhutang budi kepada Kang Ahjumma, Woohyun mulai bekerja untuk membayar sewa kamarnya.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya, ia segera turun dari kamarnya yang terletak di lantai dua lalu menyambar dengan cepat sebuah roti lapis yang sudah disiapkan oleh Kang Ahjumma untuk sarapannya diatas meja makan.

Ahjumma, na kanda.” Teriak Woohyun dan langsung pergi begitu saja tanpa menemuinya terlebih dahulu.

Dengan dibalut kaos berwarna putih serta jeans yang sudah usang berwarna biru dengan lubang cukup besar dikedua lututnya, tidak lupa dengan topi favoritnya yang bernada sama dengan celananya, ia lalu menggendong gitar kesayangannya yang berwarna coklat itu dan menyusuri setiap jalan untuk segera sampai ditempatnya bekerja.

Sebuah kawasan perbelanjaan yang terletak tidak terlalu jauh dari rumahnya, adalah tempatnya bekerja. Ia lalu meletakkan sebuah kotak kecil dijalan tersebut dan mulai memetik senar-senar gitarnya yang mengeluarkan alunan musik yang indah dipagi hari.

Ya, Woohyun adalah seorang penyanyi jalanan yang mempunyai mimpi untuk menjadi seorang penyanyi yang terkenal dimasa depan.

Ia bernyanyi begitu riang. Membuat awal musim semi terasa lebih berwarna. Ia memainkan sebuah lagu favoritnya. Lagu yang selama ini selalu menemaninya dan membuatnya bersemangat. Ya, apalagi kalau bukan ‘Just Once’ milik James Ingram, penyanyi favoritnya itu.

I did my best
But I guess my best wasn't good enough
Cause here we are 
Back where we were before

Seems nothin' ever changes
We're back to being strangers
Wondering if we ought to stay 
Or head on out the door

Suara yang ia lantunkan begitu merdu. Suaranya tidak terlalu berat, tidak juga terlalu ringan. Sangat terdengar begitu indah dan memikat. Ia bernyanyi dengan begitu serius. Seakan mencurahkan semua perasaan yang ia rasakan didalam lagu tersebut. Membuatnya menjadi lebih hidup.

Just once...

Can't we figure out what we keep doin' wrong
Why we never last for very long
What are we doin' wrong

Just once...

Can't we find a way to finally make it right
To make the magic last for more than just one night
If we could just get to it
I know we could break through it

Semakin dalam ia bernyanyi, semakin dalam juga perasaan yang ia berikan pada lagu tersebut. Menarik beberapa orang yang sedang melintasi jalan tersebut untuk sekedar berhenti dan menikmati keindahan suaranya.

I gave my all
But I think my all may have been too much
Cause Lord knows we're not gettin' anywhere
Seems we're always blowin'
Whatever we've got goin'
And it seems at times with all we've got
We haven't got a prayer

Ia masih menyunggingkan sebuah senyuman indah disela-sela jeda lagu tersebut. Membuat para gadis terpana melihatnya. Terutama murid-murid SMA yang seharusnya sudah berada dilingkungan sekolah, namun karena terpana dengan merdunya suara Woohyun ditambah dengan parasnya yang sangat menarik, mereka rela datang terlambat kesekolah dan terus berseru ketika Woohyun melemparkan senyum andalannya itu kepada mereka.

Can't we find a way to finally make it right (Whoa)
Make the magic last for more than just one night
I know we could break through it
If we could just get to it
 
Just Once.....

Whoa oh, we can get to it

Just Once.....

Ia mengakhiri lagu tersebut dengan nada tinggi andalannya. Pitchnya begitu sempurna. Tidak ada cacat terdengar dari suaranya. Begitu indah dan menakjubkan. Riuh suara penonton dadakan mulai bergemuruh dan memberikan tepuk tangan. Tidak lupa memberikan beberapa uang atas indahnya lagu yang baru saja ia nyanyikan.

Gomabseumnida…” Woohyun terus memberikan senyum andalannya itu dan terus membungkukkan tubuhnya 90º untuk sekedar memberikan ucapan terima kasih.

Kerumunan yang sempat terjadi, kini sudah mulai sepi. Meninggalkan Woohyun sendiri ditengah jalan tersebut untuk merapikan uang yang berhasil ia kumpulkan hari ini.

Ada kelegaan didalam hatinya. Meski sudah lama ia bernyanyi ditempat itu, penontonnya menjadi semakin banyak dan tak pernah bosan mendengarnya bernyanyi. Ia sangat bahagia.

***

Love From The Sky (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang