제 21 회

236 27 1
                                    

Seperti janjiku tadi, aku double update hari ini ^^

Happy Reading♡♡
Jangan lupa tinggalkan jejak ya...
***

Jiyeon memandang langit malam dengan perasaan aneh yang tiba-tiba menyelimuti pikirannya. Bagaimana bisa, ia menjadi bungkam seketika saat sedang bersama namja yang sedang berada disampingnya saat ini, Myungsoo. Ini musim gugur. Udara yang berhembus terasa begitu dingin ketika menyentuh kulit. Tapi tidak dengannya saat ini. Suasana disekitarnya mendadak hangat saat tubuh tinggi itu berjalan disisinya.

Jiyeon memasukkan kedua tangannya kedalam coat coklat berbulu miliknya, sedangkan Myungsoo hanya berjalan santai dengan kaos dan celana pendek. Untuk ukuran manusia normal, itu sangat tidak masuk akal, bukan? Ayolah, ini adalah musim gugur yang dingin.

Myungsoo menendang iseng sebuah kerikil kecil yang tergeletak begitu saja dihadapannya kedepan, lalu mulai berdeham untuk mencairkan suasana yang canggung itu. Mendengar suara itu, Jiyeon langsung angkat bicara, "Kau, apakah kau dan Saeron benar-benar saling mencintai?" tanyanya ragu.

"Kenapa memangnya?" Jawab Myungsoo pelan, lebih tepatnya agak dingin. Well, memang seperti itulah sifat myungsoo yang asli saat berhadapan dengan sosok asing. Dasar si manusia es. Untung saja wajahnya tampan.

"Jika iya, kumohon tinggalkan Saeron. Woohyun sangat mencintai yeoja itu. Saat ia kehilangan Saeron, ia berubah seperti mayat hidup tanpa perasaan. Aku sungguh tidak ingin melihat fase-fase buruk itu terjadi lagi padanya. Sungguh sangat mengerikan, kau tahu?" jelas Jiyeon panjang lebar.

Myungsoo menghentikan langkahnya, begitupun Jiyeon. Kini mereka berdiri saling berhadapan, "Well, sepertinya kau sanagat dekat dengan namja bodoh itu. Apa kau menyukainya?" Tanya Myungsoo. Jiyeon bungkam sesaat sambil menatap dalam kedua manik hitam legam yang ternyata juga balik menatap manik hitam miliknya. Jiyeon berdeham, mencoba untuk men-stabil-kan debaran heboh didalam dada sebelah kirinya, "Aku memang dekat dengannya. Kami bersahabat. Aku sangat menyayanginya. Lebih seperti seorang noona kepada dongsaeng-nya, mungkin."

Myungsoo tersenyum kecil, "Benarkah itu?" Tanya myungsoo ragu.

"Tentu saja. Mungkin karena kami terlalu dekat, sering banyak orang yang salah untuk mengartikan kedekatan kami. Tapi jujur saja, aku sangat khawatir dengannya. Sepertinya ucapanmu mengenainya memang benar. Dia memang bodoh. Hatinya terlalu rapuh. Dan itu mengerikan."

Myungsoo menarik lengan Jiyeon untuk sekedar duduk disebuah bangku taman berwarna kecoklatan, "Apakah kau tidak penasaran akan jati diriku dan Saeron yang sebenarnya?"

Mendengar pertanyaan itu, Jiyeon langsung tertunduk. Ada perasaan sesak didalam dirinya, "Aku memang penasaran. Tapi aku takut kecewa ketika tahu rahasia itu."

Myungsoo menarik napasnya dalam, "Seperti yang Woohyun katakan tadi. Aku memang bukan manusia. Begitu pula dengan Saeron dan juga Woohyum."

Jiyeon tersentak kaget. Kedua mata kucingnya membola. Ia lalu mengalihkan pandangannya tepat ke sepasang manik hitam yang berada tepat didepannya, "Woohyun, bukan manusia?". Tanyanya, lebih kepada sekedar memastikan.

"Aku belum tahu pasti akan hal itu. Tapi dilihat dari keluatan yang ia miliki, Woohyun memang sepertinya bukan manusia. Kau tahu, kami adalah makhluk penghuni kerajaan langit. Seharusnya kami tidak boleh membocorkan rahasia ini kepada manusia, tapi-" Perkataan Myungsoo menggantung. Ia ragu unyuk melanjutkannya. Ia hanya bisa bungkam kemudian.

"Tapi apa, Myungsoo-ssi?"

"Ah tidak. Lupakan saja itu. Aku tahu, kau pasti bisa menjaga rahasia itu." ujar Myungsoo lembut. Disertai dengan senyuman yang lagi-lagi membuat kesehatan jantung Jiyeon perlu diperiksakan kerumah sakit.

***

Jiyeon berjalan riang saat akan kembali ke dorm milik Woohyun. Sementara Myungsoo sedikit kesulitan ketika harus berjalan sambil membawa empat buah kantong plastik super besar yang memenuhi kedua tangannya saat ini.

"Myungsoo-ssi, cepatlah sedikit jalannya. Aku tidak ingin dua makhluk disana melakukan hal yang iya-iya (?) saat kita tidak ada disana." Gerutu Jiyeon kesal, lantaran cara jalan Myungsoo yang super lamban.

Myungsoo mendengus kasar sambil menatap kesal yeoja yang berada dihadapannya itu, "Yak!!! Setidaknya bantu aku sedikit!"

"Arasseo, kemarikan plastik belanjaan itu. Aku akan membantumu."

Myungsoo sedikit berlari menghampiri Jiyeon lalu memberikan dua buah plastik yang tidak terlalu besar kepada yeoja itu, "Huh, baru bawa seperti ini saja sudah mengeluh. Kau tidak jauh berbeda dengan Woohyun ternyata." ujar Jiyeon kesal.

"Apa kau bilang? Yak!!! Aku berbeda dengannya. Awas kau!" teriak Myungsoo yang langsung mengejar Jiyeon yang ternyata sudah terlebih dulu kabur.

Akhirnya mereka berdua saling berkejaran. Seperti adegan di film-film India. Sangat klasik.

Jiyeon akhirnya menghentikan langkahnya didepan dorm milik Woohyun. Begitupun Myungsoo. Jiyeon mengetuk keras pintu tersebut sambil membersihkan dedaunan yang bersarang dirambutnya karena ulah Myungsoo yang tiba-tiba saja melemparinya dengan dedaunan kering saat tragedi kejar-kejaran tadi.

"Eoh, kalian sudah kembali? Kenapa cepat sekali sih?" Sungut Woohyun sedikit kesal, sementara Myungsoo dan Jiyeon hanya bisa diam membisu. Ada aura kecanggungan diantara mereka berdua.

"Apa tadi ada badai? Mengapa rambutmu berantakan seperti itu?" Tanya Woohyun sambil menunjuk kearah rambut jiyeon yang berantakan luar biasa.

"Diamlah. Aku lapar." Seru Jiyeon ketus, yang langsung duduk disofa dan memakan kimbab segitiga yang tadi dibelinya bersama Myungsoo.

Woohyun menatap Jiyeon aneh. Tidak biasanya yeoja itu bersikap dingin seperti itu. Ia lalu membukakan bungkus kimbab segitiga yang lain, lalu memberikannya pada Saeron, "Igeo. Makanlah."

Disaat mereka berempat tengah asik menyantap makan malam sederhana itu, tiba-tiba ada aura asing yang menyelubungi mereka. Kubah pelindung transparan itu kembali muncul dan tentunya menghentikan jalannya waktu serta pergerakan Jiyeon. Gadis itu membeku seketika. Sementara itu, sebuah lubang dimensi mulai muncul. Bentuknya seperti pusaran berwarna hitam yang dulu pernah membawa Myungsoo dan Saeron pergi meninggalkan Woohyun.

“Lagi? Sepertinya abeoji-mu sudah mengetahui keberadaan kita, Saeron-ah.” Seru Myungsoo.

“Tidak, jangan lagi seperti ini. Jangan tinggalkan aku lagi, Saeron-ah. Jebal.” Bujuk Woohyun yang saat itu masih menggenggam erat jemari Saeron.

Hingga pada akhirnya, lubang dimensi itupun menyedot Myungsoo dan Saeron beserta Woohyun yang entah kenapa bisa ikut masuk kedalam dimensi tersebut.

Ini kali pertama Woohyun melewati lubang dimensi itu. rasanya begitu sakit. Seperti tubuhmu mulai terpisah dari kawanannya. Woohyun hanya bisa menahan kesakitannya. Begitupun dengan Myungsoo dan Saeron. Meskipun mereka berdua sudah sering melewati portal dimensi itu, namun tetap saja rasanya sakit. Abeoji-nya Saeron memang benar-benar keterlaluan.

"Ini menyakitkan, sungguh." Batin Woohyun.

***

TBC
Entah sampai kapan.
Semoga kalian masih setia menanti ya!!!! ^^

Love From The Sky (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang