제 6 회

272 35 0
                                    

Happy Reading ^^
***

"Manusia, ayo kita ke rumah sakit. Kau harus menyembuhkan cidera itu." Bujuk Saeron sambil menarik-marik kaos army yang tengah Woohyun kenakan.

"Aish. Aku bilang aku tidak mau. Aku benci rumah sakit. Diamlah. Aku ingin tidur." Balas Woohyun kesal.

Sejujurnya, Woohyun merasa risih membiarkan seorang yeoja tinggal didalam kamarnya selama seminggu ini. Namun sekali lagi, salahkan hatinya yang sensitif, ia tidak bisa mengusir yeoja itu begitu saja. Bagaimanapun juga, yeoja itu selalu menemaninya selama seminggu ini. Menenangkannya ketika mimpi buruk itu tiba-tiba kembali menghantuinya.

Selama itu pula Woohyun tidak bisa bekerja direstoran ataupun bernyanyi dijalanan. Cideranya terasa semakin sakit. Lengan kirinya sulit untuk digerakkan. Jangankan untuk mengambil sesuatu, tersentuh sesuatupun, sakit itu bisa ia rasakan.

Woohyun hanya bisa menahan sakit itu dalam diam. Bagaimanapun juga, ia sudah memutuskan untuk tidak pernah menginjakkan kedua kakinya ketempat itu. Tempat yang sangat dia benci.

"Aku tidak ingin melihatmu terluka seperti ini. Manusia, ayolah. Kita kerumah sakit." Rengek Saeron. Namun kali ini lebih keras dari sebelumnya.

"Bisakah kau diam? Setidaknya jangan panggil aku manusia. Namaku Woohyun! Nam Woohyun. BaboYeoja!" Ujar Woohyun kesal. Ia lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Malas menanggapi permintaan konyol yeoja itu.

"Yak!!! Namaku Saeron. Bukan babo yeoja. Yak! Ireonna!!!." Saeron terus merajuk sambil berteriak melihat Woohyun yang diam, tak menanggapi rengekannya.

Cukup. Woohyun sudah jengah mendengar rengekan Saeron yang tak ada henti-hentinya. Iapun segera bangkit dari tidurnya. Menghampiri Saeron yang terduduk diatas kasur yang berantakan karena tidak mau berhenti merajuk.

"Kau bilang namamu Byul. Mengapa sekarang Saeron? Kau ingin membohongiku? Sebenarnya dari mana asalmu?" Tanya Woohyun sambil duduk disamping Saeron.

"Kalau aku ceritakan semuanya, kau pasti tidak akan mempercayaiku dan menganggapku tidak waras lagi." Ujar Saeron pelan sambil memajukan bibirnya sebal.

Manis sekali

Woohyun membatin. Namun dengan cepat ia menghamburkan khayalan tidak pentingnya itu dan menatap Saeron fokus.

Woohyun memegang kedua bahu Saeron. Memposisikan letak duduknya tepat menghadapnya, "Aku akan mendengarkannya. Malhaebwa." Bujuknya pelan. Berusaha untuk mengganti topik pembicaraan agar Saeron tidak merajuk lagi untuk memaksanya pergi kerumah sakit.

"Namaku Kim Saeron. Putri raja langit--"

Belum selesai Saeron bercerita, Woohyun sudah tertawa terlebih dahulu. Ia sampai jatuh terpingkal mendengar cerita yang diutarakan oleh saeron.

Pfftttt, Putri raja langit? khayalan yang bodoh!

"Woohyun-ah, aku belum selesai bercerita." Saeron mulai merasa kesal karena Woohyun yang tiba-tiba saja tertawa ketika mendengar ia menyebutkan putri raja langit. Memangnya apa yang lucu dari seorang putri raja langit. Kalau abeoji-nya mendengar berita ini, Woohyun pasti akan diasingkan dari bumi karena sudah menertawakan status anaknya itu.

"Arraseo, arraseo. Ceritakan lagi." Balasnya, masih memegangi perutnya dan mencoba untuk kembali duduk menghadapnya.

Sudah lama sekali tawanya tidak pecah seperti ini. Yang ada didalam hidupnya hanya kesedihan akan kehilangan. Meski acap kali Woohyun bisa menutupinya dengan sebuah senyuman, namun duka itu masih terus membayangi. Berbeda dengan hari ini. Ia tertawa begitu lepas. Tanpa ada bayang-bayang rasa sakit masa lalu. Ia begitu bahagia. Dan semua itu karena Saeron. Patut digaris bawahi. Karena Saeron. Seorang yeoja asing yang baru satu minggu hadir didalam hidupnya.

"Aku memang seorang putri dari raja langit. Aku tinggal dilangit. Dan karena aku memiliki hutang budi padamu, aku diijinkan turun kebumi untuk menjadi manusia selama 30 hari." Jelas Saeron. Masih dengan bibir yang ia majukan karena kesal.

"Aish... Mana ada cerita seperti itu. Tidurlah. Lihat, sudah jam berapa ini. Selamat malam." Balas Woohyun masih dengan wajah enteng tak percaya. Lalu ia bangkit dari duduknya menuju kasur lantai miliknya dan merebahkan tubuhnya disana.

"Oh, tunggu. Seharusnyakan kita kerumah sakit tadi. Kau mengelabuiku, heh? Dasar manusia menyebalkan!" Teriak Saeron, begitu kembali mengingat apa yang seharusnya mereka lakukan tadi. Ia kini menjadi semakin jengkel karena Woohyun berhasil membodohinya. Memaksanya bercerita tentang asal usulnya agar tidak perlu pergi kerumah sakit. Trik yang cukup baik.

"Kau tahu, kau memang benar-benar babo yeoja. Raja langit pasti malu memiliki putri bodoh sepertimu." Sahut Woohyun pelan, menanggapi ucapan Saeron tadi, "Tidurlah. Suara berisikmu akan membangunkang Kang Ahjumma nanti."

Saeronpun menurut dan mulai menenggelamkan tubuhnya dibawah selimut. Sebenarnya, Saeron merasa tidak nyaman memakai pakaian Woohyun yang serba kebesaran ini. Celana kebesaran serta kaos putih yang kebesaran. Ia lebih suka mengenakan hanboknya. Tapi, mau bagaimanapun juga, ini bukan rumahnya. Ia tidak bisa bersikap seenaknya disini. Dan ia tidak mau mengenakan pakaian milik Kang Ahjumma lagi. Sangat memalukan.

***

“Eomma, appa… Eomma, ireonna.” Woohyun terus mengguncang-guncangkan tubuh appa dan eommanya yang sudah tak lagi bernyawa.

Tiiii nuuu

Tiiii nuuu

Ambulance akhirnya datang.

Dua orang pria berseragam seperti perawat turun dari dalam ambulan sambil menurunkan dua buah brankar. Disusul dengan turunnya seorang laki-laki muda berjubah putih ala dokter.

“Tolong angkat kedua korban ini keatas brankar. Biar aku yang tangani anak kecil ini.” Titah sang dokter kepada dua orang perawatnya.

“Appa, jangan tinggalkan aku. Eomma, ireonna. Aku tidak ingin sendirian." Woohyun kecil masih saja menangis. Menatap haru kedua orang tuanya yang sudah tak lagi bernyawa dan ditutup kain putih.

“Kemarilah. Jangan menangis lagi. Appa dan eomma sedang tidur. Kau tidak ingin mengganggunya kan?” Ujar Dokter Song, membujuk Woohyun agar tidak kembali menangis.

Woohyun langsung berlari kedalam dekapan Dokter Song. Iapun lantas menggendongnya dan masuk kedalam ambulance untuk membawa kedua orang tua woohyun kerumah sakit.

"Appa, eomma. Jangan tinggalkan aku!"

***

Woohyun kembali terjaga dari tidurnya. Mimpi buruk itu kembali menghantui tidur nyenyaknya. Keringat mulai bercucuran. Begitupun dengan airmatanya. Namun ia terkejut ketika melihat Saeron yang sedang tertidur tepat disampingnya. Menggenggam erat tangannya sambil terus meracau.

"Gwaencanha, na yeogi isseo." Seru Saeron berulang-ulang sambil terus menggenggam tangan Woohyun.

Melihat sikap yang diberikan Saeron, Woohyun tersenyum getir. Yeoja ini begitu aneh. Ia datang tiba-tiba. Lalu memberinya sebuah kehidupan baru yang ia yakini lebih berwarna. Yeoja itu telah memberikan sebuah kehangatan didalam dirinya. Memberikan sebuah cahaya didalam hatinya yang selama ini gelap. Meski cahaya itu tidak terlalu terang, namun cahaya itu mampu menghangatkan hatinya.

Ada perasaan asing yang Woohyun rasakan ketika jemari lembut yeoja Itu menggenggam erat jemarinya. Namun Woohyun tidak ingin ambil pusing soal perasaan aneh yang menggetarkan batinnya itu. Yang ia tahu, ia hanya merasa nyaman ketika bersama yeoja ini. Bersama Saeron.

Woohyun lalu membelai lembut pipi Saeron, "Gomawo, Saeron-ah" Bisiknya lirih sambil terus menatap wajahnya.

Hidupnya tidak pernah terasa sebahagia dan sehangat ini. Meskipun ia cukup banyak mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang-orang disekitarnya, terutama Kang Ahjumma, Jiyeon dan Park Ahjussi, namun ia tidak pernah merasa sebahagia ini saat bersama Saeron, yeoja asing yang baru seminggu ini ia kenal. Yang tiba-tiba datang dan menjadi benalu didalam kamarnya.

***

Love From The Sky (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang