제 25 회

194 26 2
                                    

Happy reading ^^
***


Saeron ingin berlari untuk membantu Woohyun mengalahkan Raja Iblis mengerikan itu. Namun langkahnya seketika tertahan ketika Myungsoo menggenggam erat lengan kanannya. Saeron terdiam sejenak karena terkejut, lalu mengangkat pandangannya. Menatap lekat manik hitam legam itu dengan penuh tanya.

“Biarkan Woohyun yang menyelesaikan perang itu. Ia pasti akan baik-baik saja. Kita harus mengobati abeoji-mu dulu.” Myungsoo akhirnya membuka suara. Mencoba untuk membuat Saeron tenang.

Saeron mengangguk pelan. Raut wajahnya kini seakan sulit ditebak. Ia terlihat begitu hancur. Air matanya terus saja mengalir. Wajah cantiknya tertutupi cipratan darah hitam yang timbul akibat melawan banyak prajurit iblis. Myungsoo lalu tersenyum. Mengelus lembut puncak kepala Saeron. Lalu memapah Lord Kim untuk menjauh dari arena pertempuran.

Lord Kim masih belum sadar. Ia kini tengah berbaring diatas kasurnya. Beberapa tabib kerajaan sibuk mondar-mandir untuk menyelamatkan hidup raja mereka. Terlihat raut cemas dan panik dari wajah mereka. Sepertinya, luka ini benar-benar serius.

Saeron menunggu didepan pintu kamar bersama Myungsoo. Hatinya seakan diremas-remas. Perasaan begitu tidak karuan. Pikirannyapun mulai berantakan. Ia sungguh tidak ingin merasakan kehilangan itu lagi. Kehilangan benar-benar menyakitkan. Sungguh. Ia lalu mendudukan dirinya diatas lantai dingin istana. Memeluk erat kedua lututnya. Menenggelamkan wajahnya disana, lalu mengangis sekeras-kerasnya. Persetan dengan Myungsoo. Ia sungguh sangat tidak peduli. Membiarkan sahabatnya itu melihat sisi lain dirinya yang hancur, lemah dan menyedihkan

“Saeron-ah, geumanhae, eoh. Abeoji-mu pasti akan baik-baik saja. Percayakan semua pada tabib kerajaan.” Ujar Myungsoo pelan. mencoba untuk menenangkan perasaan Saeron. Namun gagal. Saeron malah menangis semakin keras. Ia hanya bisa diam sambil mengelus puncak kepala sahabatnya itu.

***

Sementara dimedan pertempuran, Woohyun masih bersemangat untuk menyerang Raja Iblis. Begitupun sebaliknya. Meski tubuh mereka sudah sama-sama terluka, namun keduanya masih keras kepala dan tak ingin menyerah.

Pakaian mereka sudah terkoyak. Celana jeans kesayangan Woohyunpun sudah banyak berlubang. Begitupun dengan kaos putih yang ia kenakan.

Keadaan Raja Iblis lebih memprihatinkan lagi. Sudah begitu banyak luka sayatan yang bersarang disekujur tubuhnya. Membuat darah hitam pekat itu mewarnai pakaian tempurnya. Namun semangatnya untuk menghancurkan kerajaan langit dan berniat untuk menguasainya tidak pernah surut.

“Apakah kau tidak penasaran, kenapa kau menjadi seperti ini? Memiliki kekuatan yang tak dimiliki manusia normal lainnya?” Raja Iblis memulai celotehannya. Berusaha untuk menghilangkan titik fokus Woohyun.

“Apa yang kau tahu tentang diriku. Makhluk terkutuk.” Woohyun mulai terpancing. Mereka berdua kini saling memandang dalam radius satu meter. Mencoba untuk beristirahat sejenak dan mengumpulkan kekuatan untuk kembali menyerang.

“Seharusnya kau mati bersama kedua orang tuamu.”

Rahang Woohyun mulai mengeras ketik mendengar satu baris kalimat yang tertangkap oleh pendengarnnya, “Apa yang kau tahu soal kematian orang tuaku?”

“Sebaiknya, kau tanyakan saja semua itu pada Sunggyu. Itupun kalau ia masih bisa bertahan hidup, atau malah kau yang tak sempat menanyakannya.” Raja Iblis kembali menyeringai. Ia berhasil membuat fokus Woohyun untuk bertarung menghilang.

Woohyun terdiam sesaat. Kembali memikirkan apa yang telah dikatakan oleh Raja Iblis. Serentetan tanda tanya mulai bermunculan dikepalanya. Ia mulai bingung. Sebenarnya, apa yang tengah terjadi pada dirinya?

Raja Iblis menggunakan kesempatan itu untuk kembali menyerang dengan sisa-sisa kekutan yang ia miliki. Ia genggam erat sword of hell miliknya, lalu berlari menerjang Woohyun.

Hyaaa

Srakk

Pranggg

Ayunan sword of hell itu berhasil mengenai pinggang kanan Woohyun sebelum akhirnya ditangkis oleh panah yang tiba-tiba saja melayang kearahnya.

“Sial!” Woohyun merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia lalai disaat tengah berada ditengah pertempuran seperti ini. Ia menyapukan pandangannya kearah datangnya anak panah yang sudah menyelamatkan nyawanya.

Disana, tepat diatas banteng istana, Myungsoo tengah berdiri. Masih memegang erat busurnya. Ia lalu melambaikan tangannya.

“Kau berhutang nyawa padaku. Cepat selesaikan urusanmu. Aku lelah melihat pertarungan lambatmu itu.” Ejek Myungsoo. Lalu pria tampan itu segera berlari menjauh dari atas banteng.

Woohyun tersenyum. Ia kembali memfokuskan dirinya. Mengumpulkan semua kekuatan yang tersisa didalam tubuhnya. Cahaya kebiruan itu kembali menguar dri dalam tubuhnya. Ia memegang erat pedangnya. Cahaya itu seketika menghilang. Terserap habis kedalam pedang yang tengah ia genggam. Dengan sekali terjangan, Woohyun berhasil menikam langsung tepat dijantung Raja Iblis yang saat itu tidak sempat menghalau serangan Woohyun.

Srakkk

Woohyun menarik keluar pedangnya dari dalam tubuh Raja Iblis. Membiarkan darah hitam pekat itu mengalir deras. Seketika ia tumbang. Jatuh tersungkur ketanah. Yang kemudian hilang. Hanya menyisakan debu yang berterbangan ditiup angin. Ia menang. Ia benar-benar menang dan mengakhiri pertempuran.

Para prajurit yang menyaksikan dari kejauhan mulai bersorak riuh. Mengelu-elukan kemenangan penyelamat mereka. Orang asing yang tiba-tiba muncul dan berhasil mengalahkan Raja Iblis.

Woohyun segera berlari menghampiri Myungsoo yang saat itu tengah berdiri dengan raut cemas diambang pintu istana. Ia tahu. Ada sesuatu yang tak beres yang sedang terjadi.

“Myungso-ya, waegeurae?”

Lord Kim. Sebaiknya kau menemuinya. Ia sudah sadar dan sedari tadi mencarimu.”

Woohyun berlarian menuju kamar Lord Kim dilantai dua istana. Langkahnya terhenti tepat didepan sebuah pintu. Ia membukanya perlahan. Ada Saeron disana. Yeoja-nya. Ia terlihat begitu berantakan. Kedua mata indahnya masih saja mengeluarkan airmata. Direngkuhnya yeoja itu dengan erat.

Gwaenchannha. Uljima, jebal.” Woohyun mencoba untuk menenangkan Saeron.

Saeron masih menangis dalam dekapan Woohyun. Lalu tiba-tiba berhenti ketika Woohyun menarik tubuhnya sedikit menjauh, “Ada yang harus aku bicarakan dengan Abeoji-mu. Bisakah kau meninggalkan kami sebentar?” Ujar Woohyun lembut. Sangat lembut. Seolah tak ingin membiarkan sebuah kaca tipis rapuh karena sedikit guncangan.

Saeron lalu mengangguk pelan. Melangkahkan kedua kakinya keluar meninggalkan Lord Kim bersama dengan Woohyun didalam sana.

Woohyun lantas mendudukkan dirinya dikursi yang tadi ditempati Saeron. Ia menghela napasnya dalam, sebelum akhirnya mengeluarkan pertanyaan yang sedari tadi mengganjal pikirannya, “Yang Mulia, apa kau yang memberiku kekuatan ini?”

Lord Kim mengangguk pelan sambil menatap intens kedua manik hitam milik Woohyun, “Maafkan aku. Seharusnya aku tidak ikut campur dengan urusan didunia. Seharusnya aku membiarkanmu mati bersama kedua orang tuamu.”

Woohyun tercekat. Ia benr-benar terkejut atas apa yang telah diutarakan oleh Lord Kim, “Apa maksud anda, Yang Mulia?”

***

TBC

yuhuuuu...
Tinggal 2 chapter lagi, dan FF ini bakal kelar.
Semoga kalian para readers masih bisa sabar menanti ya.
Ini seriusan udah mau abis kok.
Nanti aku juga bakal ceritain soal masa lalu Woohyun yang masih menjadi misteri.
Kidaryeyo, yeoreobun...

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.
Gomawoyo
Salam,
Aurelia

16 Januari 2017

Love From The Sky (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang