Happy Reading ^^
***Siang itu, udara terasa tidak terlalu panas. Saeron menarik lengan Woohyun dengan paksa menuju kesebuah pelataran rumah sakit. Ia masih saja bersih keras untuk membawa Woohyun memeriksakan dirinya kesana. Namun Woohyun menolaknya mentah-mentah.
Jiyeon sudah terlebih dahulu pulang saat keluar dari toko baju untuk membantu abeoji-nya merapikan restoran yang sebentar lagi akan dibuka.
Saeron menghentakkan kaki kirinya kelantai, kesal, sambil mem-pout-kan bibirnya, "Woohyun-ah. Cideramu itu sudah cukup lama diabaikan. Cepatlah masuk. Aku tidak tahan melihatmu terus menderita menahan sakit." Bujuk Saeron sambil menarik-narik lengan kanan Woohyun.
"Aku tidak ingin kesana. Aku membenci rumah sakit!" Triak Woohyun kesal, lalu menghempaskan pegangan tangan Saeron begitu saja dan pergi dari sana.
Saeron hanya bisa diam lantaran terkejut atas apa yang baru saja Woohyun lakukan terhadapnya,"Sebegitu bencinyakah kamu dengan rumah sakit?" Ucap Saeron lirih sambil terus memperhatikan punggung Woohyun yang berlari menjauhinya hingga menghilang dari pandangannya dibalik sebuah apartemen besar berwarna kecoklatan.
Rumah sakit selalu mengingatkannya kembali pada tragedi menyedihkannya itu. Aroma rumah sakit, desas desus dokter yang berbicara, serta bunyi-bunyi alat aneh yang ada disana terus saja menghantuinya. Entah kenapa, tiba-tiba saja kepalanya menjadi sakit. Sangat sakit, seperti ingin pecah rasanya.
Woohyun terus memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Menghentikan langkahnya seketika lalu berlutut ditepian dijalan. Terus mengerang untuk menahan rasa sakit. Beberapa pasang mata yang melihatnya hanya mengabaikan dan terus berjalan melewatinya.
"Arghhhh" Woohyun meringis kesakitan sambil memukul-mukul kepalanya dengan kedua tangannya, "Bodoh, kenapa aku selalu saja seperti ini?"
Trauma yang ia hadapi memang sangat besar. Dan parahnya, ia selalu menyembunyikan itu semua dari Kang Ahjumma. Seandainya saja ahjumma-nya itu tahu tentang apa yang terjadi kepadanya, ia pasti akan langsung menyeret Woohyun kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan agar trauma itu menghilang. Namun Woohyun terlalu pandai berbohong dan menyimpan rahasia.
Selama 14 tahun ia hidup menderita seperti ini. Tidak ada satu orangpun yang tahu. Sekalipun itu Jiyeon, sahabatnya. Tak ada seorangpun yang pernah melihatnya tersiksa seperti ini. Ia memang terlalu pandai bersandiwara. Seandainya saja ia menjadi salah satu aktor Hollywood, berbagai macam penghargaan pasti dengan mudah ia dapatkan. Hanya Saeron yang tahu semua itu. Ya, yeoja aneh yang baru beberapa lama ia kenal namun ia tahu semua rahasia besar yang selama ini Woohyun sembunyikan. Bahkan dari ahjumma-nya.
Ketika sakitnya sudah mulai reda, Woohyun melanjutkan perjalanannya menuju kesebuah taman. Ya, taman itu lagi. Ia duduk di ayunan yang sama. Sambil termenung dengan wajah sedih. Memegangi bahu kirinya yang masih sakit dan menyandarkan kepalanya kerantai berkarat yang menggantung ayunan tersebut.
Drrtttt drttt ddrtttt
Ponselnya bergetar. Tidak ada nama yang tertera disana. Melainkan hanya sederet nomor asing. Iapun mengangkatnya, "Yeoboseyo?" Sapanya.
"Nam Woohyun-ssi?" Tanya seseorang disebrang telepon.
"Ye, Nam Woohyun Imnida. Nuguseyo?"
"Saya dokter Song dari Rumah Sakit Nampo. Apakah anda mengenal Saeron Ahgassi? Ia mengalami kecelakaan dan saat ini sedang berada diruang ICU." Jelas dokter yang bernama Song tersebut.
Deg
Tut
Ia mematikan panggilan tersebut. Pikiran Woohyun menjadi tidak beraturan. Saeron, yeoja bodoh itu kecelakaan. Apa yang harus ia lakukan? Kecelakaan? Rumah sakit? Darah? Tangisan? Semua kata-kata itu terus berjejalan masuk kedalam pikiran Woohyun. Membuat kepalanya kembali berdenyut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From The Sky (END)
Fiksi PenggemarKehilangan orang yang sangat berharga dalam hidup memang sangat menyakitkan. Membuat kita jatuh, terpuruk dan tak berdaya. Namun, kehilangan juga mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang masih kita miliki hingga detik ini. Karena, ketik...