Happy Reading ^^
***"Ini, makanlah. Aku hanya bisa membuat sandwich ini." Seru Saeron sambil menyodorkan sebuah roti lapis diatas sebuah piring pipih berwarna putih kepada Woohyun.
"Hanya ini? Apakah kau tidak bisa memasak? Apakah ini beracun? Aku tidak akan matikan kalau memakannya?" Woohyun terus bertanya tanpa jeda sambil menunjuk jijik kearah sandwich itu yang membuat Saeron semakin jengah.
"Cerewet sekali. Makan saja. Aku tidak bisa memasak, kau tahu?!" Dengus Saeron kesal, lalu segera merebahkan dirinya diatas kasur.
"Kau tahu, kau bahkan tidak lebih hebat dari Jiyeon. Ia bisa melakukan segalanya. Memasak, membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika pakaian--" Ucapannya terhenti saat Saeron memotongnya.
"Lain kali, minta tolong saja pada dia untuk mengurusmu. Jangan membuatku sulit!" Saeron mulai tidak bisa mengkontrol emosinya. Namja itu memang benar-benar menyebalkan. Sekarang bahkan dia berani membandingkannya dengan yeoja bermata kucing itu.
Cih. Menyebalkan.
"Arraseo, arraseo. Akupun tidak pernah memintamu untuk membantuku." Balas Woohyun kesal, lalu memakan sandwich itu ragu.
Lihat saja tingkahnya. Setelah menghina Saeron, membandingkannya dengan Jiyeon, sekarang dia melahap habis sandwich itu tanpa mengucapkan rasa terima kasih. Ah, yang benar saja. Rasanya ingin sekali Saeron menghajar namja itu kalau saja bahunya tidak cidera.
Tok tok tok.
Seseorang mengetuk pintu kamar Woohyun. Woohyun segera bangkit menuju pintu kamarnya. Hanya ada dua kemungkinan yang datang berkunjung. Entah itu Kang Ahjumma atau yeoja bermata kucing itu. Saeron masih mendengus kesal. Memukul-mukul dinding yang ada dihadapannya untuk melampiaskan amarahnya. Woohyun menatapnya sekilas lalu tertawa, yeoja bodoh, batinnya.
Saeron berharap kalau yeoja menyebalkan itu tidak akan pernah lagi muncul dihadapannya. Woohyun memang benar, ia bahkan tidak lebih baik dari Jiyeon, si yeoja menyebalkan itu. Tapi setidaknya, jangan pernah membandingkannya dengan Jiyeon. Ia amat membencinya.
"Jiyeon-ah. Ada apa kau kesini lagi?" Tanya Woohyun terkejut lalu mempersilahkannya masuk.
Duarrr
Harapan Saeron pupus sudah ketika mendengar nama itu kembali disebut.
"Aku membawakanmu makan siang. Kau sudah makan?" Tanya jiyeon lembut, lalu duduk didepan kasur, "Saeron-ah, annyeong!." Sapanya, basa-basi tanpa melihat kearah Saeron. Harus digaris bawahi. Tanpa melihatnya.
Cih, dia pikir dia siapa?
Saeron hanya diam dan memberikan tatapan oh-yeoja-itu-lagi-yang-benar-saja kepada Woohyun. Sedangkan yang ditatap hanya mengendikkan bahunya, sok polos. Lalu tersenyum aneh.
"Aku belum makan. Lapar sekali rasanya. Hingga mau mati. Aku baru saja kembali dari rumah sakit untuk memeriksakan bahuku." Cerita Woohyun manja kepada Jiyeon yang sontak membuat Saeron semakin kesal melihatnya.
Hah, yang benar saja. Satu buah sandwich ia habiskan sendiri, dan sekarang ia mengadu kepada Jiyeon kalau dia belum makan siang. Rasanya Saeron sangat ingin membunuh namja itu saat ini juga.
"Benarkah? Apa cideranya parah?" Tanya Jiyeon lembut sambil mengelus bahu kiri Woohyun.
"Aku hanya harus kembali kesana 3 kali seminggu untuk terapi. Sejauh ini, masih baik-baik saja." Balas Woohyun tersenyum, lalu membuka bungkusan yang dibawa Jiyeon. Ada tteokbokki didalamnya. Mata Woohyun terlihat berbinar-binar saat melihatnya. Seperti habis melihat uang satu peti. Lalu memakannya tanpa memperdulikan Saeron yang masih memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From The Sky (END)
FanfictionKehilangan orang yang sangat berharga dalam hidup memang sangat menyakitkan. Membuat kita jatuh, terpuruk dan tak berdaya. Namun, kehilangan juga mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang masih kita miliki hingga detik ini. Karena, ketik...