제 2 회

408 53 2
                                    

Happy reading ^_^
***



Hari ini terasa begitu panjang dan melelahkan. Mentari sudah mulai sampai pada puncaknya. Membuat suasana disekitar pertokoan itu menjadi sedikit panas. Woohyun memutuskan untuk segera kembali kerumah kecilnya itu untuk beristirahat sejenak sebelum memulai kerja paruh waktunya.

Hidup sebatang kara memang cukup sulit untuk ia jalani pada awalnya. Namun, seiring berjalannya waktu dan rasa kedewasaannya tumbuh, kesulitan itu kini berubah menjadi sebuah kebahagiaan. Ia tidak ingin menjadi manusia yang tidak berguna meskipun ia bukan orang kaya sekalipun. Orang tuanya disana pasti tidak ingin melihatnya hancur, bukan?

Langkah bahagianya tiba-tiba saja terhenti saat melihat seorang pria paruh baya tengah mengusir seekor kucing hitam yang tengah naik diatas meja makannya. Ia terus mendorong kucing tersebut dengan menggunakan pisau yang tengah ia gunakan untuk menyantap menu makan siangnya disebuah kedai kecil dipinggir jalan.

Yak! Pergi kau kucing bodoh!”

Ia terus menakut-nakuti kucing tersebut dengan pisaunya, hingga akhirnya kucing itu terjatuh dari atas meja. Pria tersebut lalu bangkit dari duduknya dan mengambil ancang-ancang untuk menendang kucing hitam malang itu.

Bugh…

"Aarghh..." Woohyun meringis kesakitan saat kaki si pria paruh baya itu melayang tepat dibahu kirinya.

"Yaa… Mwohaneungeoya?" Tanya pria paruh baya itu bingung.

Woohyun lalu bangkit sambil menggendong kucing hitam malang yang tadi sempat ia lindungi dari sikap kasar pria tersebut, "Ahjussi, apa yang kau lakukan? Tidakkah kau lihat kaki kucing ini sudah terluka. Kau masih mau menendangnya?." Woohyun terlihat begitu geram saat itu.

"Bawa pergi kucing sial itu dari hadapanku. Aku tidak ingin melihatnya." Teriak pria paruh baya itu dengan begitu emosi. Hingga membuat beberapa pasang mata tertuju kearahnya.

Karena tidak ingin timbulnya masalah yang lebih besar lagi, Woohyun lantas membawa kucing hitam itu pergi menjauh dari pria gila itu.

"Gwaencanha, kucing kecil? Ayo ikut denganku." Seru Woohyun riang sambil terus menggendong anak kucing itu.

Woohyun. Ia tumbuh dengan begitu baik. Meski appa dan eomma-nya telah tiada, namun Kang Ahjumma telah mengajarinya banyak hal dan membuatnya menjadi semakin dewasa dan memiliki hati yang begitu lembut. Terkadang, karena sifatnya yang terlalu baik, ia harus mendapatkan beberapa kesulitan. Entah ia terlalu peduli atau terlalu bodoh. Sampai harus mengorbankan dirinya sendiri hanya untuk menyelamatkan kucing hitam malang itu.

Ia meletakkan kucing hitam itu disebuah kardus bekas mie instan. Memasukkan beberapa helai kain yang sudah tidak dipakainya untuk menghangatkan tubuh mungil kucing itu lalu meletakkan kardus tersebut disamping kasurnya.

Ia melirik sedikit kearah jam yang berada diatas meja tuanya. Pukul 13.30. Masih ada waktu 30 menit lagi untuk nya pergi menuju sebuah restoran cepat saji. Tempat dimana ia bekerja.

"Arghh..." Ringis Woohyun kesakitan saat membaringkan tubuhnya diatas kasur untuk beristirahat. Bahu kirinya terasa begitu sakit saat tersentuh sesuatu. Ia tidak menyadari bahwa tendangan yang diberikan pria paruh baya itu ternyata cukup keras. Hingga membuat bahunya menjadi sakit seperti itu.

"Ahjussi itu ternyata memang sudah tidak waras. Bagaimana kalau kucing malang itu sampai ditendangnya? Mungkin dia akan mati menahan sakit." Ujar Woohyun pelan. Lalu mengalihkan pandangannya menatap kucing hitam itu. Kucing itupun menaikkan kepalanya dan menatap balik kearah Woohyun. Untuk sekian detik, mereka saling memandang. Lalu ia melompat dari dalam kardusnya dan berjalan dengan tertatih kearah Woohyun.

Love From The Sky (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang