Happy Reading ^^
***3 Bulan berlalu
Woohyun menjalani hari-harinya dengan penuh latihan keras. Tidak hanya vocal-nya yang dilatih. Tapi juga fisiknya. Itu hal yang wajar dialami setiap artis, bukan? Menguatkan fisiknya agar tidak mudah kelelahan saat schedule mulai padat nantinya.
Tak seharipun ia lewati tanpa memikirkan Saeron. Ya, sepertinya Woohyun memang sulit untuk move on. Hatinya telah jatuh pada yeoja itu. Meskipun Jiyeon selalu setia mengunjunginya setiap kali ada waktu luang, namun Woohyun masih belum bisa menggoyahkan perasaannya itu untuk Saeron. Namja itu amat mencintainya.
Ia duduk terdiam didalam sebuah ruangan yang keempat sisinya dilapisi cermin besar yang menutupi dindingnya. Ia dapat melihat pantulannya sendiri dari berbagai sisi.
"Lihatlah wajah ini. Sepertinya aku baru menyadari kalau aku itu tampan." Ujar Woohyun pelan sambil memperhatikan pantulan wajahnya didepan cermin.
Cklek
Handle pintu terputar, pertanda ada seseorang yang masuk kedalam ruangan itu yang sontak menghentikan pikiran narsis Woohyun terhadap dirinya sendiri.
Seorang pria berumur sekitar 30 tahunan datang menghampiri Woohyun dengan senyum indah yang menghiasi bibirnya. Ia adalah Lee Howon. Pelatih vocal Woohyun yang selama ini selalu setia membimbingnya.
"Oh, pelatih Lee." Seru Woohyun sedikit terkejut.
"Sudah siap untuk latihan? Disini sudah ada piano. Mulailah bermain." Sambungya, masih dengan senyuman manis dibibirnya.
Woohyun segera mendekati piano yang berada disampingnya itu. Duduk diatas kursi dan mulai memejamkan kedua matanya sambil menghayati sebuah lagu yang akan ia mainkan.
Perlahan, jari jemarinya mulai menari diatas tuts-tuts piano. Merangkai nada indah yang mengalun lembut ditelinga.
I need you boo
I gotta see you boo
And the heart's all over the world tonight,
Said the heart's all over the world tonightLagu 'With You' milik Chris Brown terlantun merdu dari suara yang keluar dari bibir Woohyun. Lagu-lagu bernada slow memang cocok sekali dengan warna vocal yang Woohyun miliki. Meskipun aslinya lagu tersebut bernada Up-Beat, namun Woohyun berhasil merubahnya menjadi lagu ballad yang terdengar sangat indah.
You mean to me
What I mean to you and
Together baby,
There is nothing we won't do.
'Cause if I got you,
I don't need money,
I don't need cars,
Girl, you're my all.
And...Semakin dalam ia terhanyut dalam lagu itu. Lagu itu mengingatkannya dengan sosok Saeron. Yeoja yang selama ini ia rindukan. Ia butuhkan. Ia harapkan. Seorang yeoja yang sangat berarti untuknya.
Oh!
I'm into you,
And girl,
No one else would do.
'Cause with every kiss and every hug
You make me fall in love.
And now I know I can't be the only one,
I bet there heart's all over the world tonight,
With the love of their life who feels
What I feel when I'm...Semua kenangan itu terus merasuki pikirannya. Membuatnya menjadi semakin menghayati lagu tersebut. Merasakan betapa hangatnya pelukan itu, betapa manisnya bibir itu.
With you, with you , with you , with you , with you
Girl.
With you, with you , with you , with you , with youYa, hanya bersama Saeron. Ia merasa tidak memerlukan apapun lagi. Hanya bersama Saeron, hidupnya terasa lebih indah. Lebih berwarna. Hanya bersama Saeron, luka dimasa lalunya perlahan mulai terobati. Ya. Hanya bersama yeoja itu.
And I
Will never try to deny,
that you're my whole life,
'Cause if you ever let me go,
I would die.
So I won't front.
I don't need another woman,
I just need your all and nothing,
'Cause if I got that,
Then I'll be straight
Baby, you're the best part of my daySaeron memang tetap menjadi bagian terbaik dalam hidupnya. Meskipun yeoja itu pergi entah kemana, ia masih memiliki keyakinan kalau yeoja itu pasti akan kembali untuknya. Hanya harapan yang selama ini setia menemaninya. Cinta akan selalu ada saat keyakinan masih menyertainya. Itu yang selama ini Woohyun lakukan.
Woohyun mengakhiri lagu itu dengan baik. Tanpa kesalahan sedikitpun. Ia lalu membuka kembali kedua matanya yang terasa perih karena menahan tangis. Lalu memandang sosok pelatih Lee yang hanya bisa tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Bagaimana, Pelatih Lee?" Tanya Woohyun sambil berdiri menghadap Pelatih Lee.
"Luar biasa. Kemampuanmu sepertinya semakin meningkat, Woohyun-ah. Tidak heran kalau Presedir Jang langsung menerimamu masuk ke menejemen ini tanpa audisi. Sepertinya, tidak lama lagi kau akan segera debut." Puji Pelatih Lee sambil memegang bahu Woohyun, bangga. Sementara Woohyun hanya bisa tersenyum puas atas usahanya selama ini.
Ini pertanda baik. Selama ini ia telah berusaha keras untuk berlatih. 10 jam dalam sehari. Berlatih vocal dan juga fisik. Kesibukannya itu memang terkadang membuatnya sedikit melupakan kerinduannya akan Saeron. Namun disaat malam menjelang tidur, rasa rindu itu mulai kembali mendera perasaannya.
Seperti malam ini.
Woohyun mendengus napasnya kasar. Melempar kaos berwarna putih yang tadi ia gunakan untuk latihan kedalam keranjang pakaian kotor miliknya yang terdapat didekat pindu kamar mandi dorm-nya. Lalu segera masuk kedalam kamar mandi dan menyalakan keran shower-nya.
Air dingin yang berjatuhan dari shower itu menyentuh langsung kekulit putihnya. Tubuh indah yang penuh dengan otot-otot mengagumkan itu mulai dibasahi oleh air. Ia menatap lekat-lekat pantulan wajahnya didepan cermin. Mencoba untuk meregangkan otot rahangnya yang setiap hari ia paksakan untuk menyunggingkan sebuah senyuman. Ya, senyum palsu.
"Apakah tersenyum rasanya sesakit ini, Saeron-ah?" Lirihnya, sambil terus memperhatikan pantulan wajahnya disana.
Semenjak perginya Saeron. Ia merasa kalau kebahagiannya ikut pergi juga dengan yeoja itu. Ia seakan kembali menjadi Woohyun yang pendiam dan murung. Yang selalu berusaha untuk tersenyum meski hatinya terasa begitu sakit.
Woohyun lalu keluar dari kamar mandinya setelah selesai menyegarkan seluruh tubuh dan pikirannya dengan air dingin. Kini ia hanya memakai sebuah celana training. Ia berjalan menuju walk-in-closet disamping tempat tidurnya untuk mengambil kaos yang akan ia kenakan untuk tidur.
Langkahnya seketika terhenti saat ia melihat sebuah benda berwarna putih melekat kuat dibahu kirinya. Ya, sebuah plester pereda rasa sakit. Seminggu yang lalu bahunya memang mulai terasa sakit lagi. Mungkin karena ia terlalu memaksakan tubuhnya untuk berlatih. Namun bukan rasa sakit itu yang menyita perhatiannya, melainkan kenangan yang dulu pernah terjadi saat pertama kali ia mendapatkan cidera dibahunya. Saat pertama kali ia bertemu dengan Byul, bertemu dengan Saeron.
"Saeron-ah, dimana sekarang kau berada? Apakah kau sudah melupakanku?"
Tanpa terasa, airmatanya jatuh membasahi kedua pipinya. Rasa kehilangannya terasa begitu menyakitkan. Dulu, ia sudah kehilangan segalanya. Kehilangan appa-nya, eomma-nya, kebahagiaan masa kecilnya dan sebagian hidupnya. Namun, semenjak yeoja itu masuk kedalam hidupnya dengan cara yang ajaib, secara ajaib pula kebahagiaan itu perlahan datang kembali.
Tak pernah sekalipun ia menangis karena seorang yeoja. Mungkin karena ini pertama kalinya ia merasakan bagai mana rasanya jatuh cinta. Merasakan bagaimana hatinya berdebar tak menentu saat berada disekitar yeoja itu. Merasakan bagaimana sulitnya tidur saat merasakan rindu yang selama ini selalu menyiksa kehidupannya.
Ini hal baru baginya, dan ia sungguh kesulitan untuk mengatasi hal ini. Tak ada yang bisa menggantikan yeoja itu. Memang tak kan pernah ada.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From The Sky (END)
Fiksi PenggemarKehilangan orang yang sangat berharga dalam hidup memang sangat menyakitkan. Membuat kita jatuh, terpuruk dan tak berdaya. Namun, kehilangan juga mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang masih kita miliki hingga detik ini. Karena, ketik...